Reswara POV
Yogyakarta
Akhirnya setelah perjalanan berjam-jam kami sampai di kota Jogja pukul dua pagi.
Karena tujuan pertamanya adalah Goa Jatijajar, maka kami diharuskan menetap di penginapan dekat-dekat sana.
Sayang sekali aku dan Inda tidak berada dalam satu bus yang sama. Apa dia baik-baik saja? Semoga saja dia tidak mabuk perjalanan.
Namun, sepertinya aku bisa bernapas dengan lega. Inda tampak baik-baik saja walaupun beberapa koyo terlihat menempel di kedua sisi pelipisnya.
"Mari, Pak!" ajak Pak Rian membuatku beralih pandang terhadapnya.
Aku mengangguk dan langsung mengikutinya.
Tampak anak-anak langsung merebahkan diri beralaskan karpet di lantai bawah. Sedangkan aku naik ke lantai dua untuk mencari terminal charger.
Memang bukan penginapan semacam hotel. Di sini hanya tersedia dua lantai tanpa kamar ... dengan lima kamar mandi di lantai bawah.
"Kita di sini aja Pak Ares," ujarnya.
"Iya." Aku duduk bersama Pak Rian sambil men-charger ponsel.
Tangga yang tadi kuinjak itu berbahan kayu. Ah, sepertinya semua bangunan ini hampir berbahan dasar kayu.
"Saya ngantuk Pak Ares. Tidur dulu ah sambil nunggu subuh," ujar Pak Rian sambil merebahkan diri.
"Haduh ... masih ngantuk nih," gumam Pak Erwin bersama Pak Tara juga Pak Dhika.
Mereka turut berbaring bersama Pak Rian. Tidak berselang lama beberapa siswi datang dan meminta izin untuk berada di sana. Mereka duduk di pojokan cukup jauh dari kami.
"Mau ke mana, Pak Ares?" tanya Pak Tara ketika aku beranjak.
"Saya mau ke belakang sebentar."
"Mungkin maksud Pak Ares ke bawah. Kamar mandinya 'kan ada di bawah," kekeh Pak Dhika.
"Iya, Pak," balasku sedikit tertawa.
Di belokan anak tangga, aku berpapasan dengan Inda, Siska, dan Titi. Sepertinya mereka memang selalu bertiga ke mana-mana. Sudah seperti ban becak saja.
"Di atas ada siapa aja, Pak?" Titi bertanya.
"Banyak. Ada Pak Erwin, Pak Rian, Pak Tara, Pak Dhika, sama anak-anak perempuan."
"Oh .... Kita boleh ke atas 'kan, Pak?"
"Boleh."
"Terima kasih." Titi dan Siska melewatiku. Namun, aku sedikit menahan tangan Inda.
"Ini masih malam, lebih baik kamu tidur lagi sebelum subuh," bisikku.
"Iya ... ini kepalaku juga udah minta ditidurkan."
Aku tersenyum melihat keadaannya yang sangat kacau. Rambutnya yang diikat rapi, kini malah berantakan ke mana-mana.
"Mukaku bantal banget, ya?" rengutnya.
"Nggak kok. Kamu masih tetap cantik." Aku tertawa pelan.
"Gombal ih," ketusnya.
"Mas ada koyo gak? Punyaku abis," rengutnya.
"Ada, tapi Mas mau ke toilet dulu," pamitku langsung melesat. Rasanya sudah tidak tahan lagi.
Usai membuang air kecil, aku hendak kembali ke lantai atas. Namun, Bu Fara menghentikan langkahku tepat setelah aku menginjak anak tangga nomor satu.
"Pak Ares di bus berapa?" tanyanya.
"Saya bus dua, Bu."
"Nanti habis dari Jatijajar pindah ke bus tiga ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Guru Agama (TAMAT)
Dla nastolatkówReswara adalah seorang guru Pendidikan Agama Islam yang dijodohkan dengan Anindya---gadis yang tak lain merupakan anak didiknya sendiri. Keduanya tidak bisa menolak perjodohan tersebut dan harus menerima dengan lapang dada. Namun, bisakah cinta tumb...