Reswara POV
Aku sangat bersyukur karena Inda bisa memaafkan kesalahanku. Aku tidak memungkiri jika semasa SMA dulu terbilang nakal. Dan aku juga tidak menyalahkan kemarahannya.
"Mikirin apa, Res?" tanya Idwan, temanku semasa SMA. Sekarang dia tengah menjadi dokter magang di salah satu rumah sakit swasta.
"Nggak," sahutku sambil meneguk kopi.
"Tumben ngajak nongkrong. Gak sibuk?" tanyaku.
"Mumpung hari ini gue libur. Lo juga, tumben bisa dateng," cibirnya. Aku balas tertawa kecil.
"Otak gue butuh refreshing. Sekarang lagi ngurus ujian-ujian."
"Istri lo mana? Kok gak diajak sih?"
"Inda pergi sama teman-temannya."
"Oh ...."
"Gue ... mau ke toilet dulu ya," pamitnya sambil beranjak.
Namun, karena tidak memperhatikan jalan dia malah menabrak pengunjung lain.
"Sorry sorry," paniknya.
"Idwan?!" Seru wanita itu sambil menunjuk ke arahnya.
"Risti? Ngapain di sini?" tanya Idwan.
"Ya ngopi lah, masa iya belanja bahan bangunan," decak perempuan tersebut.
"Eh iya, kenalin temen gue. Risti ini Ares, Ares ini Risti. Gue cabut ke toilet dulu." Ia langsung saja melesat meninggalkan kami.
"Dasar aneh," gerutunya seraya menatap kepergian Idwan.
"Gue boleh duduk di sini, 'kan?" tanyanya beralih padaku.
"Boleh, silakan." Wanita berpenampilan tomboy itu duduk di seberangku. Sesaat ia melihat-lihat menu dan memesan kopi beserta spoons cake.
"Lo mau spoons cake? Biar gue traktir deh," tawarnya.
"Gak usah. Saya gak terlalu suka manis," balasku.
"Apa? Saya?" Dia malah tertawa geli.
"Lo gue aja kali, jangan formal. Kita gak lagi rapat dewan," kikiknya. Aku balas tersenyum kecil.
"Lo temen TK, SD, SMP, SMA, atau kuliah si Idwan?"
"SMA. Kamu sendiri?"
"Gue ... gimana ya ... susah jelasinnya. Pokoknya kita bukan temen sekolah. Gue ketemu sama dia gara-gara temen gue yang iseng. Temen gue itu bilang kalo gue suka Idwan, padahal kenal aja nggak. Tapi selepas kejadian itu ... kita malah deket dan semakin akrab. Gue merasa udah kayak sahabat, bahkan terasa lebih. Idwan itu cinta pertama gue, tapi sayangnya gue malah bertepuk sebelah tangan. Idwan malah ngenalin ceweknya ke gue. Nyesek banget 'kan, ya?" Di akhir kalimat dia tertawa sumbang.
Terbilang cukup berani untuk bercerita pada seseorang yang baru ditemui dalam beberapa menit.
"Eh, tapi awas jangan bilang-bilang Idwan. Nanti kalo dia tau ... gue yakin itu pasti ulah lo!" gerutunya dengan raut wajah yang khas.
"Oke ...." Aku membuat gerakan menutup mulut rapat-rapat.
Dia mengangguk-angguk. Tidak berselang lama Idwan kembali, bersamaan dengan datangnya pesanan Risti. Jadilah kami bertiga mengabiskan waktu dengan mengobrol. Idwan bercerita tentang masa-masa SMA kami yang terbilang nakal.
"Wah, masa?" kagetnya ketika Idwan bilang bahwa kami pernah tertangkap razia rambut karena sedikit gondrong.
"Beneran. Alhasil sepanjang hari kita harus pake topi buat nutupin karya seni bapak guru." Penjelasan itu membuat Risti semakin tertawa. Aku juga masih ingat semua kejadian itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/219327713-288-k987968.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Guru Agama (TAMAT)
Roman pour AdolescentsReswara adalah seorang guru Pendidikan Agama Islam yang dijodohkan dengan Anindya---gadis yang tak lain merupakan anak didiknya sendiri. Keduanya tidak bisa menolak perjodohan tersebut dan harus menerima dengan lapang dada. Namun, bisakah cinta tumb...