Anindya POV
Sebenarnya aku malu mengatakan hal tersebut. Seperti semua adalah keinginanku. Ada sedikit penyesalan ketika harus mengingat bagaimana aku mengatakannya tadi. Aku ingin menyembunyikan wajahku ke dalam tanah saja rasanya.
"Inda ...?" Suara itu lantas saja membuyarkan pikiranku. Padahal Mas Ares hanya menegurku pelan, tetapi rasanya seperti menyambar.
"Kapan masuk kuliah?"
"Hmm ... masih lama, pertengahan bulan depan."
"Ooh."
"Memangnya kenapa?"
"Nggak. Nanya aja," jawabnya lalu mengambil minum.
Aku hanya diam memerhatikan gelagat Mas Ares yang sedari tadi tampaknya mondar-mandir tidak jelas.
"Mas kenapa sih?"
"Hm?" Kedua alisnya naik.
"Nggak. Mas cari klip. Tadi jatoh, gak tahu ke mana." Ia menunduk-nunduk. Aku menghampirinya, turut mencari benda kecil itu. Mas Ares bahkan sampai melihat ke bawah meja makan.
"Gak ketemu. Kamu punya klip gak?"
"Eh, kayaknya ada. Waktu itu aku beli buat klip berkas pendaftaran. Sebentar." Aku setengah berlari menuju kamar, mencari paper klip di dalam tas. Setelah berusaha beberapa saat, akhirnya benda itu aku temukan juga.
"Ini, Mas," ujarku seraya menyodorkan sekotak klip ke hadapannya.
"Makasih," ujarnya disertai senyuman yang hangat. Aku balas tersenyum kecil.
"Apa?" Aku merasa gugup diperhatikannya. Apalagi melihat mas Ares berkacamata begitu. Tidak biasanya dia mengenakan kacamata.
"Jangan senyum malu-malu gitu! Mas bisa naik gula darah," kekehnya.
"Ish apaan sih? Ngeselin banget." Aku mengerucutkan bibir lalu melenggang ke arah dapur untuk mengambil minum.
Aku mencari makanan di lemari, tetapi tak kutemukan. Ah ralat, sebungkus kue sandwich bertengger manis di sana. Kuambil dan langsung santap di meja makan. Namun, setelah beberapa saat aku baru teringat. Mungkin Mas Ares juga merasa ingin camilan.
Aku beranjak, membawa kue itu ke ruang tengah. Namun, ternyata aku melihat pemandangan lain.
"Mas Ares tidur?" Aku bermonolog.
Tubuhnya bersandar ke sofa, dan matanya terpejam. Namun, layar laptop dan beberapa berkas itu masih belum dibereskannya. Masih berantakan memenuhi meja.
"Mas ...?" gumamku pelan sambil duduk di sebelahnya.
"Hm?" Ia hanya bergumam tidak membuka mata.
"Aku bawain kue," ujarku.
"Iya."
"Mas sakit?"
"Nggak." Mendengar jawaban singkat itu aku hanya ber-oh kecil.
Aku hanya menundukkan pandangan, bingung harus berbicara apa lagi. Sepertinya keadaan Mas Ares sedang tidak baik.
![](https://img.wattpad.com/cover/219327713-288-k987968.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Guru Agama (TAMAT)
Teen FictionReswara adalah seorang guru Pendidikan Agama Islam yang dijodohkan dengan Anindya---gadis yang tak lain merupakan anak didiknya sendiri. Keduanya tidak bisa menolak perjodohan tersebut dan harus menerima dengan lapang dada. Namun, bisakah cinta tumb...