Part 40 Titi dan Mas Fredy

4.3K 335 3
                                    

Anindya POV

"Inda, Titi ... gue kangen banget!" seru Siska pada saat kami tengah melakukan video call.

"Siska jangan teriak-teriak! Kebiasaan deh," tegur Titi yang kini tengah duduk di sampingku.

Kebetulan dia tidak ada jadwal kuliah, sehingga memutuskan untuk menemaniku selama Mas Ares pergi ke pabrik.

"Ya abisnya gue kangen banget sama lo berdua!" Semangatnya empat lima.

"Aduh Siska ...! Udah dibilang jangan teriak-teriak masih aja ngeyel. Inget, lo di situ nggak sendirian," jelas Titi.

"Oh iya, gue lupa!" ucap Siska seraya celingukan.

"Serasa dunia milik sendiri, sih," cibirku membuatnya tertawa kecil.

"Gue tuh kalo udah berurusan sama lo berdua suka gak inget tempat dan suasana. Eh, tapi Inda baik-baik aja, 'kan?"

"Ya ... seperti yang lo lihat, gue baik-baik aja," jawabku seadanya.

"Eh, tapi beberapa hari kemarin Inda sempet ketemu Putri," sela Titi membuat Siska lantas terbelalak.

"Hah? Putri? Tapi dia gak ngomong yang aneh-aneh, 'kan?"

Aku dan Titi saling melempar pandangan satu sama lain.

"Elah, ngasih tau tanggung amat," gerutu Siska.

"Iya, sebentar. Gue lagi menyusun kalimat nih," ketus Titi.

"Si Putri sempat nuduh yang nggak-nggak sama Inda. Tapi lo tau gak?"

"Titi ... kalo deket, baku hantam lah kita," kesal Siska yang terlihat tidak sabaran.

Titi malah tertawa pelan, "Pak Ares dateng, terus mengakui pernikahannya dengan Inda, mengatakan bahwa anak yang berada di kandungan Inda itu adalah anaknya. Oh My God! Manis banget sih."

"Wah? Beneran? Terus si Putri reaksinya gimana?"

"Ya lo pasti tau gimana lah reaksinya. Kaget setengah mati, dia! Rasanya kek mao meninggoy gitu," kekeh Titi dengan nada alay-nya. Aku hanya diam menyimak sesi ghibah di antara keduanya.

"Ah, andai aja gue ada di sana menyaksikan, pasti seru itu!" serunya menyayangkan.

"Iya Sis, gue juga sangat menyayangkan dan berharap ada di sana," balas Titi.

"Eh udah dulu ya, kelompok gue udah pada dateng," ucap Siska.

“Tapi nanti kapan-kapan kita video call lagi,” kataku.

"Iya, sebenernya tuh gue masih kangen sama kalian berdua." Siska sedikit merengut.

"Nanti kalau udah beres, gue call lagi. Bye!"

Tanpa menunggu perkataan dariku dan Titi, Siska memutus panggilan.

"Dasar Mbak Sis," cibir Titi seraya metakkan ponsel.

Ia mengambil makanan ringan di meja kemudian langsung melahapnya.

"Da, mau nonton drama gak?" tawarnya.

Cinta Guru Agama (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang