20

233 15 0
                                    

Langit malam dipenuhi bintang dan juga bulan. Rani terdiam diatas balkon kamarnya. Pikirannya terus memutar suara Bian pagi tadi. Rani memegangi kepalanya, berusaha membuang suara Bian jauh-jauh.

"Kenapa lo selalu hadir di setiap lamunan gue?" ucap Rani frustrasi.

Sementara itu, Bian masih setia duduk diatas meja belajarnya. Ia sengaja membeli banyak cokelat dan kartu ucapan. Bian berniat untuk memberikan itu kepada Rani besok. Hitung-hitung sebagai tanda awal perjuangannya.

"Gue nggak sabar untuk ngasih ini. Semoga lo suka ya," ucap Bian sembari tersenyum.

****

Irfan sudah berada di depan rumah Rani seperti biasanya. Mereka selalu berangkat dan pulang bersama. Rani duduk di sebelah kursi pengemudi, pandangannya terus menatap ke arah jalanan yang lumayan padat.

"Lo kenapa?" tanya Irfan cemas.

"Eh, gue nggak apa-apa kok. Cuma lagi capek aja," jawab Rani.

"Capek kenapa? Gara-gara gue? Apa lo ngerasa kurang nyaman sama hubungan ini? Maafin gue, gue bukan tipe cowok yang romantis. Maaf kalau ngebuat lo nggak nyaman," ucap Irfan.

Rani tertawa kecil yang membuat Irfan kebingungan mendengarnya. Irfan menatap ke arah Rani dan melontarkan ekspresi bingung.

"Kenapa?" tanya Irfan.

"Lo lucu. Maksud gue capek itu bukan capek sama lo kok. Gue capek aja sama rutinitas gue akhir-akhir ini. Lagi pula gue nyaman banget kok dekat sama lo."

Irfan tersenyum lalu mencubit pipi Rani karena kelewat gemas. "Syukurlah. Kalau ada apa-apa, cerita sama gue ya? I love you."

"Love you too."

Jam menunjukkan pukul enam kurang lima belas menit. Bian menaruh sebatang cokelat dan kartu ucapan di dalam laci meja Rani. Ia berdiri dan memandangi bangku Rani sekilas. Senyumnya mengembang kemudian melangkah pergi.

Rani duduk di bangkunya. Ia meletakkan tasnya di dalam laci. Tangannya tidak sengaja menyenggol sebuah benda, ia mengambil benda tersebut.

"Cokelat? Dari siapa?" gumam Rani. "Eh, ada suratnya nih," sambungnya lalu membuka surat itu.

Halo Rani. Ini gue, Bian.
Maaf kalau misalnya cara gue kampungan atau bahkan norak di mata lo. Tapi cuma dengan cara ini gue bisa merasa dekat sama lo. Biarkan gue memperjuangkan cinta gue ya?

Selamat menjalani aktifitas, Rani.

Love.

Rani menutup surat itu dan menyimpannya di dalam tas. Pandangan Rani beralih menatap Bian yang sedang memperhatikan dirinya dari luar kelas.

"Lo ngapain ngasih gue cokelat sih? Nggak guna tau nggak. Gue udah punya pacar Bian. Jadi, stop ganggu gue," ucap Rani dengan penuh kesal.

Bian terdiam. Ia tahu jika gadis pujaan hatinya itu telah menaruh hati pada Irfan.

"Gue nggak masalah lo punya pacar atau nggak. Gue cuma mau memperjuangkan cinta gue kok. Sampai jumpa di cokelat selanjutnya ya," jawab Bian dengan tersenyum lalu pergi meninggalkan Rani.

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang