23

193 12 0
                                    

Bian termenung di dalam kamarnya. Ia memikirkan tentang Irfan dan dirinya. Ucapan nenek kemarin sangat terngiang-ngiang di kepalanya. Puluhan kali Bian sudah mencoba melupakan, namun tidak bisa.

"Duh? Kenapa sih ingatan itu kembali? Gue malas berurusan sama Irfan lagi," ucap Bian dengan mengusap rambutnya gusar.

Di tempat lain, Irfan yang sedang asyik bermain play station mendadak memberhentikan aktivitasnya. Pikirannya kembali membawa ke kejadian tadi sore. Irfan membanting stick ke arah yang tidak jelas.

"Kenapa lo muncul lagi di hadapan gue dan nenek? Kenapa? Lo mau ngerebut nenek gue lagi? Nggak akan bisa, Bian! Nggak akan," ucap Irfan dengan berteriak.

****

Rani sudah sampai di sekolah dengan selamat. Ia sibuk mengerjakan tugas yang menumpuk. Setelah mengerjakan selama lima menit, Rani mulai merasa bosan dengan tugas ini. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengecek sosial medianya dan melihat akun Bian.

"Ini kan fofo Bian sama Irfan? Kenapa dulu mereka sangat akrab tapi sekarang kayak orang nggak kenal. Ada apa sebenarnya?" tanya Rani dalam hatinya.

Foto itu memperlihatkan dua remaja yang berusia tiga belas tahun. Mereka terlihat sangat akrab dan sayang satu sama lain. Foto itu diabadikan tepat empat tahun yang lalu. Sebelum semuanya berubah menjadi seperti ini.

"Serius amat neng main ponselnya," ucap Emil yang tiba-tiba datang.

Rani langsung memasukkan ponsel ke dalam sakunya. "Ngagetin aja lo."

"Kayaknya ada yang galau nih," sindir Fina.

"Siapa yang galau?" tanya Rani.

"Lo lah. Lo galau kan mau milih Irfan atau Bian? Jujur aja sama kita. Dari ekspresi wajah lo itu sudah mengungkapkan semuanya," jawab Insha.

"Ih! Sok tau deh kalian. Sebenarnya gue pengen cerita sesuatu sama kalin, tapi kayaknya nanti aja deh. Gue lagi males ngomong panjang lebar," kata Rani.

Insha, Emil, dan Fina menatap Rani tajam. Mereka sangat tidak suka dibuat penasaran seperti ini. Rani hanya terkekeh pelan lalu melanjutkan mengerjakan tugasnya.

Suasana kelas Bian sangat ramai. Banyak murid yang keluar masuk kelas. Sedangkan Bian, ia hanya duduk di pojokan sambil melamun. Ia terus memikirkan tentang kemarin.

"Ada masalah?" tanya Farel.

Bian menggeleng pelan.

"Cerita aja, siapa tau kita bisa bantu. Ya nggak?" sahut Dafa lalu dibalas anggukan oleh Farel dan Gandi.

"Rani udah tau kalau gue sama Irfan sepupuan."

Gandi, Dafa, dan Farel saling menatap satu sama lain. Mereka bingung mengapa Rani bisa tau tentang ini? Bukannya Bian maupun Irfan selalu menutupi tentang hubungan darah mereka?

"Dia tau gara-gara kemarin diajak Irfan ke rumah nenek gue. Kebetulan gue juga ada disana," sanbung Bian.

"Terus reaksi dia gimana?" tanya Farel.

"Iya. Terus reaksi Irfan gimana? Gue yakin, pasti dia makin benci sama lo," sahut Dafa.

Gandi menatap kedua temannya tajam. "Jangan di dengarin omongan Dafa."

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang