7

344 29 0
                                    

Hari ini adalah salah satu hari sibuk bagi Rani, ia harus mengerjakan tugas sekolah yang tadi malam belum sempat dikerjakan. Masih jam enam pagi, Rani sudah berada di dalam kelasnya. Ia memasang musik untuk mengisi keheningannya. Tangan Rani tidak berhenti menulis walaupun pegal. Ia ingin agar tugas ini cepat selesai.

Bian sedang berlatih basket di lapangan, ia menatap ke arah kelas 10 MIPA 8. Rani terlihat sangat cantik ketika ia diam seperti ini.

"Duh, mikir apaan sih gue. Nggak, Bian lo nggak boleh suka sama cewek bawel kayak gitu," ucap Bian sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian ia kembali fokus kepada latihannya.

Teman-teman Rani bingung ketika melihat Rani karena tidak biasanya ia rajin seperti ini. Rani masih tetap fokus kepada pekerjaannya, ia tidak menghiraukan para temannya yang sedang asyik mengobrolkan tas keluaran terbaru. Sejujurnya Rani ingin bergabung dalam obrolan, tapi ada tugas yang harus ia selesaikan.

"Tumben rajin, kesambet aapan lo?" tanya Emil dengan memakan jajan yang ada di tangannya.

"Gue lupa ngerjain semalam dan gue nggak mau dihukum sama guru. Masa iya gue cantik begini tapi dihukum guru, apa kata anak-anak nanti," jawab cewek itu. Emil mengangguk paham, Rani tidak ingin mencoret reputasinya.

"Eh gais, minggu depan ada lomba menyanyi online. Kita ikut yuk? Itung-itung pembuktian ke SMA ini kalau kita juga berbakat," usul Fina dengan semangat.

"Gimana Ran?" tanya Insha.

"Gue sih oke-oke aja." Ketiga temannya bersorak gembira, mereka tidak sabar untuk menujukkan bakatnya.

Jam pelajaran terasa sangat lama, Rani beberapa kali menguap. Matanya terasa berat, ia ingin tidur saja. Akhirnya bel istirahat berbunyi, Rani membawa bekalnya dan berjalan menuju rooftop. Disini suasananya sangat sejuk, Rani bisa menikmati makanan tanpa kepanasan.

Emil, Rani, Insha, dan Fina sedang berdiskusi untuk konsep yang akan mereka tampilkan pada saat lomba itu. Mereka sepakat untuk menyanyikan lagu Walking in The Wind dari One direction. Rani sangat menyukai boyband dari Inggris itu, lagu-lagunya sangat enak didengar. Selain itu, para member-nya juga ganteng dan kece.

"Gimana, udah fix pakai lagu ini aja?" tanya Fina dengan menatap teman-temannya.

"Fix dong, lagu pacar-pacar gue emang enak-enak," jawab Emil dengan percaya diri.

"Balik ke kelas yuk." Rani melangkahkan kaki menuruni tangga yang ada di sebelah kiri rooftop. Kemudian semua temannya mengikuti langkah kaki Rani.

Pelajaran hari ini telah usai, Rani memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Ia ingin berlatih dengan teman-temannya di lapangan, mumpung lapangan sepi dan tidak sedang digunakan.

Rani memutar lagu dan menyalurkan ke speaker-nya. Mereka mulai membagi bagian untuk menyanyi. Namun tak lama kemudian, ada anak-anak yang memakai jersey basket masuk ke dalam lapangan. Rani menyiritkan dahinya, setahunya hari ini tidak ada jadwal basket latihan. Anak-anak basket mulai memainkan bola mereka.

"Loh? Ngapain kalian disini? Nggak lihat nih lapangan mau dipakai?" tanya Farel dengan menatap Rani dan teman-temannya.

"Bukannya sekarang nggak ada jadwal basket latihan?" jawab Rani.

"Iya emang nggak ada, tapi terserah kita dong. Kan kita habis menang kemarin, jadi kita bisa sepuasnya main di lapangan ini. Udah sana pergi," sahut Dafa sekaligus mengusir Rani.

"Kok nyolot sih?" ucap Emil.

"Lo yang nyolot!" jawab Dafa tak terima.

"Udah jangan berantem! Gimana kalau kita berempat lawan mereka? Nanti yang menang bisa menempati lapangan ini. Gimana?" usul Rani dengan menatap teman-temannya.

"Mana bisa kalian main basket. Udah peri aja." Ucapan itu membuat Rani marah. Walaupun teman-temanya perempuan, mereka juga bisa bermain basket.

"Lo takut lawan kita?" tanya Rani.

"Nggaklah, lawan sama lo mah gampang banget. Yakin masih mau lawan?"

"Ayo!" jawab teman-teman Rani.

Rani menempatkan posisi, lalu ia mulai memainkan bola basketnya. Dafa mencoba merebut tetapi Rani bisa mengelabuinya. Rani mengoper ke Emil, lalu memasukkan ke dalam ring. Kini Rani unggul satu poin atas mereka. Mereka bertanding secara sengit, poin mereka saling  bersusulan. Akhirnya, pertandingan ini dimenangkan oleh Rani dan teman-temannya.

"Mana yang katanya jago? Mana yang katanya menang puluhan kali? Dasar, omong doang," ucap Rani dengan menatap Bian dan teman-temannya tajam.

"Lo boleh ngehina teman-teman gue, tapi jangan ngehina starlight! Lo itu baru masuk sini baru beberapa bulan, lo nggak tau tentang starlight gimana. Jadi, jangan asal ngomong aja! Gue nggak suka," ucap Bian dengan memegang tangan Rani.

"Lepasin!" ucap Rani.

Setelah tangannya dilepas oleh Bian, ia langsung pergi menjauh dari lapangan. Rani sakit hati karena omongan Bian yang seperti itu, ia tidak suka laki-laki yang kasar dan ucapannya menyakitkan. Rani segera menelpon supirnya untuk segera menjemput dirinya.

"Lo nggak kasihan sama dia?" tanya Gandi dengan menatap Bian.

"Nggak. Gue nggak suka ada orang yang ngehina starlight tanpa tau sebenarnya," jawab Bian. Ini adalah sifat Bian yang sudah paten. Walaupun terlihat keras kepala dan menyakitkan, tapi aslinya Bian sangat penyayang keluarga.

"Oke, gue paham kok."

Rani berjalan masuk ke kamarnya, ia menutup pintu dengan keras. Rani tidak bisa melupakan kejadian tadi bersama Bian.

Bian sedang merenung di kamarnya, entah mengapa pikirannya terus tertuju pada Rani. Apakah ucapannya tadi terlalu kasar hingga membuat Rani sakit hati? Bian mengusap rambutnya gusar, hatinya sangat tidak tenang.

Jam menujukkan pukul tujuh malam, Rani sedang berlatih menyanyi bersama teman-temannya. Sepanjang latihan, Rani hanya diam dan tidak fokus. Ia masih sakit hati dengan ucapan Bian tadi. Rani tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya.

"Lo kenapa?" tanya Fina dengan menatap Rani.

"Eh, nggak kok. Gue cuma agak nggak fokus aja, kenapa emangnya? Kalian ada kendala latihan kah?" tanya Rani dengan menatap Fina dan teman-temannya.

"Gue tau kalau lo sedang mikirin sesuatu, cerita aja sama kita," ucap Insha sembari berjalan mendekat ke arah Rani.

"Nggak."

"Cerita aja, kita siap dengarin kok," sahut Emil.

Rani tidak mengatakan apapun, ia langsung memeluk sahabatnya itu. Rani sangat bersyukur karena bisa memiliki sahabat sebaik mereka. Sedangkan Bian, ia masih bingung tentang ucapannya tadi. Apakah itu terlalu menyakiti hati Rani?

Part 7 sudah selesai nih. Gimana sama part ini? Kepo nggak sama kelanjutan Bian dan Rani? Ada yang bisa nebak ngga apa yang bakal terjadi?

Kalau kepo, jangan lupa vote dan komen yang banyak ya. Jangan lupa juga share ke teman-teman kalian supaya cerita ini banyak yang baca 😌

Bantu cerita ini 100 pembaca yaa <3

--Happy Reading 🌻--

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang