42: Kecewa

196 13 0
                                    

"Untuk kedua kalinya, aku dikecewakan oleh cinta yang membara."

****

Satu minggu telah berlalu. Bian dan Rani harus masuk sekolah seperti sedia kala. Mereka juga semakin sibuk karena belajar untuk ujian kenaikan kelas. Mereka juga semakin jarang bertemu karena sama-sama sibuk.

"Ma, Rani berangkat dulu ya," pamit Rani lalu mencium telapak tangan Ratih.

"Hati-hati ya. Bawa mobilnya jangan ngebut."

Rani mengangguk lalu menyalakan mobilnya. Ia memutuskan untuk membawa mobil karena ada belajar kelompok sepulang sekolah nanti. Bian juga sudah mengirimkan pesan pada dirinya jika tidak bisa menjemput. Rani memaklumi, mungkin Bian memang benar-benar sibuk.

***

Rani sudah sampai di sekolah. Ia langsung berjalan menuju ruang ujian yang sudah ditentukan. Rani satu ruangan dengan ketiga sahabatnya.

"Gue kira lo nggak masuk," ucap Insha.

"Nggaklah. Gue nggak mau ikut ujian susulan. Nggak bisa nyontek," jawab Rani lalu tertawa kecil.

Fina tersenyum. "Dasar."

Ujian berlangsung sangat ketat. Guru pengawas tidak membiarkan satu orang pun menoleh ke arah kiri maupun kanan. Bian berusaha fokus untuk mencari jawaban di dalam otaknya namun tak kunjung menemukan. Sedari tadi, ketiga teman-temannya saling berbagi contekan. Sementara Bian, ia hanya bisa diam karena guru pengawas menatapnya terus.

Bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaring. Bian bernafas lega karena penderitaan ini segera berakhir.

"Gila! Susah banget soal-soalnya. Apa yang gue pelajarin, nggak keluar sama sekali. Ngeselin gak tuh," ucap Dafa.

"Sama gue juga," sahut Bian datar.

"Btw, lo baik-baik aja kan?" tanya Farel kepada Bian.

Bian mengangguk. "Kenapa emangnya? Gue nggak terlihat baik-baik aja?"

"Nggak juga sih, tapi kelihatan kayak gak semangat gitu. Lagi ada masalah ya sama ibu negara?"

"Nggak. Cuma kita belum tukar kabar aja," jawab Bian.

Bian melihat Rani di ujung kooridor. Ia langsung berjalan menghampiri Rani dan menanyakan kabarnya. Sejujurnya sewaktu ujian tadi, Bian tidak fokus karena memikirkan keadaan Rani. Ia takut jika gadisnya itu dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Maaf gue belum tanya kabar lo hari ini," ucap Bian.

"Nggak papa. Gue tau lo sibuk, begitu juga dengan gue. Jadi maaf kalau misalnya gue jadi jarang chat sama lo."

Bian mengangguk lalu tersenyum. "Yaudah, gue balik kesana dulu ya. Pulangnya hati-hati. Jangan ngebut," ucap Bian lalu membelai rambut Rani.

"Siap bos."

Bian berjalan menjauh dari tempat Rani berdiri. Ia sangat ingin sekali pulang bersama Rani dan menghabiskan waktu dengan dirinya. Namun, Bian juga harus menyelesaikan tugas kelompok untuk menambah nilai.

"Udah pamitnya?" tanya Gandi.

Bian hanya mengangguk.

"Yaudah ayo pergi, keburu sore nanti," sahut Farel.

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang