25 : Menyerah?

262 15 0
                                    

"Kayaknya gue nyerah deh," ucap Bian dengan menatap layar televisinya.

Dafa, Farel, dan Gandi menatap Bian.

"Kenapa?" tanya Gandi.

"Iya nih, baru berjuang dikit udah nyerah aja. Tunjukin dong kalau lo bener-bener memperjuangkan dia," sahut Farel.

"Nah bener. Cewek tuh seneng banget kalau diperjuangkan. Apalagi kalau lo berjuang sekuat tenaga. Gue jamin, dia pasti bakalan luluh sama lo," timpal Dafa.

Bian terdiam. Ia tidak tahu harus melanjutkan atau menyerah sampai disini. Bian sangat menginginkan Rani bahagia dengan dirinya. Tapi ia juga tau, bahagia Rani bukan bersama dirinya tapi bersama Irfan.

"Tau ah, gue pusing."

***

Semenjak kejadian kemarin, Rani dan Irfan kembali dekat seperti semula. Bahkan mereka semakin dekat dan tidak bisa dipisahkan. Dari kejadian kemarin, mereka banyak belajar dan ingin lebih memahami satu sama lain.

"Nanti kalau pulang, tunggu gue ya? Mungkin gue agak telat buat jemputnya," ucap Irfan.

Rani mengangguk. "Nggak apa, gue bakal tunggu. Gue masuk dulu ya. Semangat belajarnya."

"Makasih sayang," kata Irfan.

Rani lebih semangat menjalani hari ini. Entah mengapa suasana hatinya sedang baik-baiknya. Mungkin karena ia berhasil membuat Irfan memaafkan dirinya dan mereka kembali dekat seperti sedia kala.

Di dekat jendela kelas Rani, Bian menatap gadis itu dari jauh. Hatinya bahagia ketika melihay senyum yang terpancar indah dari wajah Rani.

"Mungkin ini saatnya gue nyerah buat dapetin lo. Gue pengen lo bahagia seperti sekarang," ucap Bian.

Gandi menepuk pundak Bian lalu menatapnya serius. "Lo yakin mau nyerah?"

Bian mengangguk.

"Cupu banget sih! Masa gitu aja udah nyerah? Kalau lo nyerah, gue yakin si Irfan bakal tersenyum kemenangan. Lo nggak mau harga diri lo diinjak sama dia kan? Makanya nggak usah nyerah!"

Bian memutar bola matanya. "Entahlah, gue pusing banget. Nggak mungkin gue maksa Rani untuk cinta sama gue."

"Semua ada prosesnya. Coba aja deketin Rani lagi dan perlakukan dia seperti raja yang memperlakukan manis ratunya. Kalau pakai cara itu, gue yakin dia bakal luluh sama lo," ucap Gandi.

Bian terdiam cukup lama. Banyak pertanyaan yang timbul di benaknya. Ia juga masih bimbang dengan keputusannya.

"Good luck, ya!" ucap Gandi lalu pergi.

Rani sedang asyik menatap layar ponselnya. Ia berbalas pesan dengan Irfan. Sesekali Rani tersenyum karena gombalan Irfan yang menggelitik perutnya.

"Senyum-senyum aja!" ucap Emil.

"Iya, percaya deh yang udah ada pacar. Kita mah apa atuh," sahut Insha.

"Jomlo cuma bisa diem doang," timpal Fina.

Rani terkekeh melihat para sahabatnya. Ia mematikan ponsel lalu memasukkan ke dalam saku roknya.

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang