13

275 24 0
                                    

Rani sengaja tidak berangkat ke sekolah karena ia malas, semangatnya seolah hilang entah kemana. Rani hanya ingin duduk di rumah dan terbebas dari segala jeratan tugas yang menumpuk. Tangan Rani terulur mengambil ponsel yang berada di meja samping kasurnya, ia ingin mengabarkan kepada teman-temannya jika tidak masuk sekolah.

"Enak banget jadi anak orang kaya, nggak masuk sekolah aja nilai nggak mungkin jelek," ucap Rani dengan tersenyum bangga.

"Kamu nggak sekolah, Ran?" tanya mama Rani.

"Nggak ma, Rani nggak enak badan. Lagipula hari ini banyak tugas, Rani malas ngerjakannya," jawab Rani dengan tidak semangat.

"Yaudah, kamu istirahat aja ya. Mama sama papa ada rapat ke luar kota."

"Pulang kapan?" tanya Rani.

"Besok, kamu jaga diri ya." Rani mengangguk lalu tersenyum.

Beginilah kehidupan Rani, ia merasa kesepian ketika orang tuanya ada rapat di luar kota maupun luar negeri. Rani hanya ingin memiliki seseorang yang selalu ada untuknya, selain kedua orang tuanya.

Bian menyalakan mesin sepeda motornya, ia segera meninggalkan rumah dan bergegas menuju sekolah. Entah mengapa Bian ingin cepat sampai di sekolah, juga ia ingin bertemu dengan Rani.

Bian berjalan menyusuri kooridor untuk sampai ke kelas Rani, ia ingin mengajak Rani berbicara.

"Rani kemana?" tanya Bian dengan menatap Emil.

"Oh, Rani nggak masuk."

"Kenapa? Dia sakit?" Emil mengangguk pelan. "Makasih ya," sambung Bian lalu bergegas pergi meninggalkan kelas Rani.

Bel istirahat berbunyi, Bian segera mengganti baju dengan jersey basket starlight. Hari ini adalah jadwal putaran final yang akan diadakan di SMA Kertajaya.

Gandi menatap Bian yang sedang memasang sepatu, ia tampak sangat lesu dan tidak semangat. Gandi bingung karena tidak biasanya Bian seperti ini, apakah ada masalah di keluarga Bian hingga membuatnya seperti ini?

"Lo lagi ada masalah ya?" tanya Gandi.

Bian menggelengkan kepalanya pelan. "Gue nggak kenapa-napa kok," jawab Bian.

"Seriusan? Habis ini kita tanding final round pertama, lo harus fokus supaya starlight bisa menang," ucap Gandi.

"Iya, gue coba untuk lebih fokus."

Pertandingan berjalan dengan sengit, starlight sudah tertinggal lima poin atas lawannya. Bian berkali-kali diteriaki pelatih untuk memfokuskan pikirannya. Berkali-kali juga Bian mencoba fokus, tetapi tetap saja pikirannya tertuju pada Rani.

Pertandingan hari ini telah selesai, starlight harus menerima kekalahan. Bian menyesal karena timnya harus kalah, seharusnya Bian tidak mencampurkan urusan pribadinya dengan pertandingan kali ini.

"Kamu kenapa Bian? Lagi banyak masalah? Permainan kamu jelek sekali," ucap pelatih dengan menatap Bian.

"Maaf coach, karena saya starlight harus menelan kekalahan," jawab Bian.

"Kalau kamu punya masalah, seharusnya jangan dicampurkan dengan urusan pertandingan seperti ini. Saya cuma berdoa semoga kalian bisa juara, untuk strategi pertandingan selanjutnya akan saya kirim melalui grup."

Bian menunduk, ia sangat merasa tidak enak hati dengan teman-temannya. Menrurutnya, ia adalah sumber kekalahan hari ini.

"Nggak apa, kita bisa berjuang lagi lusa. Lagipula kalau kita ditakdirkan juara nggak bakal kemana kok," ucap Dafa dengan menepuk pundak Bian.

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang