29: Fakta baru

193 17 0
                                    

"Gue nggak nyangka lo bakal ngelakuin ini sama gue. Ternyata lo sama aja kayak yang lainnya."

******

Rani sudah sampai di sekolahnya dengan selamat. Ia sedang berjalan menuju kooridor yang sepi--hanya ada beberapa murid saja. Rani tidak diantar oleh Irfan karena dia sedang ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan.

Pandangan matanya melihat sosok yang sedang duduk dan memegangi sudut bibir. Awalnya Rani takut, tapi ia mencoba meyakinkan diri dan mendekat ke arah sosok itu.

"Bian?" tanya Rani dengan kaget.

Bian menatap Rani. "Kenapa?"

Rani langsung melihat seragam putih Bian yang sangat lusuh dan ada bercak darah. Kantung matanya juga sangat hitam dan sudut bibirnya terluka.

"Itu bibir lo nggak kenapa-napa? Terus kenapa seragam lo jadi lusuh kayak begini? Kenapa ada bekas darah? Lo habis ngapain sih?" tanya Rani dengan raut wajah khawatir.

Bian tersenyum simpul. "Gue nggak kenapa-napa."

"Jangan bohong, Bian! Masa kayak begini lo bilang nggak apa-apa?"

Lagi-lagi, Bian terkekeh. Ia senang melihat raut wajah Rani yang sedang cema seperti ini. Rasanya Bian ingin mencubit pipi Rani dan memeluknya erat.

Rani menatap Bian yang sedang memandangi dirinya. Rani menepuk pundak Bian supaya tersadar dari lamunannya.

"Jangan lihat gue kayak gitu!"

"Abisnya lo lucu sih kalau lagi khawatir kayak gini. Gue jadi gemas dan pengen peluk," goda Bian.

Rani diam dan memasang wajah datar.

"Bercanda kok. Gitu aja deg-degan. Gimana besok kalau udah jadi pacar gue, hm?" ucap Bian sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Apaan sih!"

Irfan berdiri di ujung kooridor kelas Bian. Awalnya ia ingin memberikan bunga kepada pacarnya itu. Namun, Irfan tidak sengaja melihat semuanya. Bunga yang ada di tangannya terjatuh di lantai dan menimbulkan suara yang cukup keras.

Refleks, Rani menoleh ke arah tersebut. Ia langsung berlari ke arah Irfan yang mulai beranjak menjauh.

"Irfan tunggu!" ucap Rani.

Irfan menghentikan langkahnya. "Apa lagi? Gue udah lihat semuanya. Awalnya gue nggak percaya, tapi dari wajah lo udah kelihatan banget. Gue nggak nyangka lo selingkuhin gue. Gue nggak nyangka lo ngelakuin ini sama gue. Ternyata lo sama aja kayak yang lainnya!"

Tubuh Rani seakan membeku di tempat. Ucapan Irfan sangat menusuk hatinya. Irfan mulai menjauh dari posisi Rani dan Rani hanya melihat saja. Ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Lo kenap--" ucap Bian terpotong.

"Jangan dekat-dekat sama gue lagi! Lo cuma bawa petaka buat hubungan gue sama Irfan! Sekarang lo puas, lihat hubungan gue hancur berantakan?"

Bulir air mata Rani terjatuh. Ia membiarkan air mata itu membasahi pipinya karena hanya dengan cara ini, hatinya bisa lega.

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang