45: Masalah baru

165 12 0
                                    

"Aku sudah memberimu kesempatan kedua. Jadi tolong, jangan merusak itu dan membuat hatiku sakit."

***

"Jadi, dimaafin nggak?" tanya Bian lalu keluar dari mobil Rani.

"Yaudah, gue maafin. Tapi jangan rusak kepercayaan yang udah gue kasih," jawab Rani.

Bian tersenyum lalu mengangguk.

"Lo nggak mau masuk dulu?" ajak Rani.

"Nggak usah deh. Supir gue udah mau sampai. Gue pulang dulu ya. Sampai bertemu besok."

Rani melambaikan tangannya ke arah Bian yang menaiki mobil hitam miliknya. Ia berjalan masuk ke dalam rumah dan berharap semoga Bian bisa menjaga kepercayaan yang diberikannya.

***

Kembali seperti rutinitas semula, Bian menjemput Rani di rumahnya. Ia sedang menunggu gadisnya bersiap-siap. Bian juga sudah menyiapkan sebuah bunga dan cokelat untuk Rani. Tak lama kemudian, Rani keluar dari rumahnya.

"Yuk," ucap Rani. Bian mengangguk lalu berjalan menuju mobil.

Rani membuka pintu mobil dan bingung melihat bunga dan cokelat yang ada di kursi.

"Ini buat siapa?"

"Buat lo lah. Hitung-hitung permintaan maaf gue," jawab Bian.

"Makasih ya."

"Sama-sama. Gue harap, setelah ini hubungan kita nggak ada rintangan lagi dan selalu baik-baik saja."

Rani memejamkan matanya seraya berdoa. "Aamiin."

Sepanjang perjalanan, mereka menghabiskan waktu untuk saling mengobrol satu sama lain. Maklum saja, mungkin mereka rindu dengan suasana ini.

Gerbang sekolah hendak ditutup--untung saja Rani dan Bian sudah memasuki area sekolah. Mereka menjadi pusat perhatian karena sudah kembali bersama. Tidak lama lagi, pasti mereka menjadi topic pembicaraan yang hangat.

"Udah nggak usah diliatin gitu. Mungkin mereka iri sama posisi lo," bisik Bian ke telinga Rani.

"Tapi merek--"

Bian langsung menutup bibir Rani dengan telunjuknya. "Nggak usah diladenin. Oke?"

Rani mengangguk.

"Semangat belajarnya tuan puteri. Semoga hari ini lancar dan kebaikan menyertaimu," ucap Bian lalu mengusap rambut Rani.

"Lo juga harus semangat belajar."

"Siap laksanakan!"

Sementara itu, dibelakang ada yang mengamati mereka dengan tatapan tajam. Tangannya mengepal dan nafasnya memburu. Gadis itu tidak suka melihat Rani dan Bian kembali dekat.

"Tunggu aja, gue bakal rusak hubungan lo," ucap gadis itu lalu pergi.

***

Jam pertama hingga kedua banyak guru yang tidak mengajar. Rani hanya diam saja ketika semua teman-temannya berlarian kesana kemari dan ada yang bermain bola di lapangan.

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang