Rani memakai seragam sekolahnya, ia sengaja tidak memakai dasi karena sangat mengikat lehernya. Rani juga tidak memakai sabuk sekolahnya, ia tidak level dengan sabuk murahan seperti itu.
Pukul setengah tujuh Rani sudah sampai di sekolah, suasananya sudah sangat ramai. Ia berjalan turun dari mobil dan masuk ke dalam gerbang sekolahnya. Banyak sorot mata yang menatap Rani, terutama cowok-cowok yang sedang memarkirkan sepeda.
"Hai, Rani."
"Halo, Rani. Boleh kenalan nggak?"
"Gila, cantik banget. Idaman gue pokoknya."
Kurang lebih seperti itu kalimat yang diucapkan ketika Rani lewat. Rani hanya menatap anak-anak itu sembari tersenyum kecil, ia tahu jika dirinya sudah terkenal dan banyak yang memuji kecantikannya.
"Hai gais," sapa Rani dengan menatap teman-temanbya.
"Eh, Ran. Gue dapat info tentang cowok yang nimpuk lo waktu itu, namanya Biantara Langit Angkasa. Dia itu kapten tim basket sekolah kita, Starlight," ucap Insha dengan semangat.
"Yakin, lo? Nggak salah infomasi?"
"Enggak, Ran. Gue lihat di instagramnya, dia punya followers yang banyak. Terus setiap post-nya itu banyak komen dari siswi disini, kayak asrama putri gitu deh," ucap Insha.
Rani menganggukkan kepalanya, ia sedang menyusun strategi untuk membuat Bian dan teman-temannya malu. Kemudian mereka akan meminta maaf pada Rani dengan memohon, senyum di sudut bibir Rani mengembang. Ia sudah menemukan rencana itu.
"Eh, gue punya rencana," ucap Rani.
"Apaan?" jawab ketiga temannya, lalu Rani menyuruh temannya mendekat.
"Pulang sekolah nanti, kan ada latihan basket. Kita jangan pulang dulu, kita sabotase jersey Bian dan teman-temannya gimana? Semacam dikasih tulisan gitu, biar mereka malu," kata Rani.
"Gue sih oke aja," ucap Insha.
"Gue juga," sahut Emil dan Fina.
Bian sampai di sekolah lima menit sebelum bel berbunyi, ia berlari menuju kelasnya. Bian bisa bernafas lega karena belum ada guru di kelasnya, ia duduk di bangku paling pojok bersama teman-temannya.
"Nanti pulang sekolah jagan lupa latihan ya, Starlight harus menang pokoknya," ucap Gandi.
"Iya, gue nggak akan lupa kok. Starlight itu udah kayak hidup dan mati gue," jawab Dafa lalu menatap Bian yang diam saja. "Lo kenapa, Bi? Ada masalah?" tanya Dafa.
"Ng-nggak, gue cuma ngantuk aja."
Dafa hanya membulatkan bibirnya membentuk huruf O, lalu kembali fokus dengan game yang ada di ponselnya.
Bel istirahat berbunyi, Rani bersama teman-temannya berjalan menuju rooftop. Tempat itu sangat sepi, hanya ada mereka disini. Rani menyusun pembagian tugas untuk mengerjai Bian dan teman-temannya yang songong itu. Rani yakin jika rencananya akan berhasil.
Jam menunjukkan pukul tiga sore, inin waktu yang sangat dinanti-nanti oleh Rani. Ia tidak sabar untuk membuat malu kapten starlight itu, Rani masuk ke dalam loker ruang ganti pemain basket sekolahnya.
"Ayo cepetan," ucap Rani lalu teman-temannya menempelkan semua tulisan yang sudah dibuat. Tak lupa juga, Rani menempelkan posh it berwarna hijau di pintu loker Bian. Posh it itu bertuliskan 'Jika lo pengen hidup tenang, minta maaf ke gue sekarang juga'
"Udah selesai nih, ayo keluar cepet sebelum mereka lihat kita," ucap Emil lalu berlari keluar dari ruang ganti.
Rani dan ketiga temannya duduk di depan kelas, mereka berpura-pura mengobrol santai agar anak-anak Starlight tidak terlalu curiga. Ia tidak sabar menungu Bian, Dafa, Gandi, dan Farel keluar dari ruang ganti.
Ketika Bian keluar, banyak murid yang menatapnya dengan tertawa keras. Ia menatap sekelilingnya, Bian merasa bingung dengan mereka yang menertawai dirinya dan teman-temannya.
"Emangnya ada apaan sih? Kok mereka ketawa gitu?" tanya Bian bingung.
"Gue juga nggak tau," jawab Dafa.
"Gue juga," jawab Gandi dan Farel bersamaan.
Pelatih basket Starlight sudah datang, mereka mengumpulkan semua pemain di tengah lapangan. Pelatih berjalan ke arah Bian dengan tertawa, Bian hanya diam saja. Ia tidak suka ditertawakan tanpa sebab seperti ini.
"Kenapa coach?" tanya Bian dengan menatap pelatihnya itu.
Pelatih tersebut mengambil semua tempelan kertas yang ada dibalik punggung Bian dan teman-temannya. "Kalian nggak sadar? Daritadi ada tempelan ini."
Bian, Dafa, Farel, dan Gandi mendekat ke pelatihnya lalu membaca tulisan itu. Di kertas itu tertulis 'Aku jelek, aku diam' tangan Bian mengepal, ia tidak terima diperlakukan seperti ini.
Ia menatap sekitarnya, lalu pandangannya tertuju pada Rani dan teman-temannya. Rani terlihat sangat puas, ia tertawa keras bersama temannya. Bian tidak bisa terima, ia langsung menghampiri Rani. Namun, tangannya dicekal oleh Gandi, ia tidak mengizinkan Bian kesana.
"Sabar, Bi. Ingat, turnamen di depan mata. Lo jangan hiraukan mereka," bisik Gandi dengan penuh penekanan.
"Oke."
Rani sedang menunggu supirnya di gerbang sekolah, ia sudah menunggu selama lima belas menit tetapi tak kunjung datang. Teman-temannya sudah pulang daritadi, kini hanya tersisa Rani sendiri.
Bian mengendarai motornya keluar dari sekolah, latihan hari ini hanya singkat. Ia menatap Rani yang sedang duduk sendirian sembari memainkan ponsel, Bian mematikan mesin sepeda motornya lalu berjalan mendekat ke arah Rani.
"Lo yang nempelin tulisan di jersey gue, kan? Ngaku deh lo," ucap Bian dengan menatap Rani tajam.
"Iya, kenapa? Lo nggak suka? Lo pantes dapatin itu! Makanya jangan sok ngadepin gue, lihat aja nanti lo bakal dapat yang lebih dari ini," jawab Rani lalu tersenyum sinis.
"Lo pikir lo siapa? Anak kepala sekolah? Nggak usah sok nyolot sama gue! Gue ini kakak kelas lo, tau sopan santun nggak sih?"
"Bodo amat," balas Rani lalu pergi.
Bian hanya diam menatap Rani yang mulai menjauh, emosinya sudah memuncak tapi Bian menahan agar tidak keluar. Ia menyalakan motornya dan mengendarai ke arah rumahnya.
Badan Rani terasa sangat lelah, Bian telah menguras emosinya hari ini. Rani merebahkan tubuhnya ke atas kasur, lalu mengecek semya sosial media yang ia punya. Rani tersenyum ketika banyak siswa maupun siswi SMA Kertajaya yang mengikuti instagram pribadinya.
"Emang yah, kalau cantik tuh nggak butuh waktu lama untuk terkenal. Pasti habis ini gue jadi primadona SMA Kertajaya, senangnya," ucap Rani dengan tersenyum lalu membayangkan jika dirinya akan disanjung semua murid SMA Kertajaya.
Part 2 sudah selesai, gimana sama part ini? Udah menguras emosi? Wkwk, sabar ya, Rani mah emang gitu. Shombong 🤣
Jangan lupa share yang banyak ke teman teman kalian, juga vote dan komen yang banyak ❤
Bantu cerita ini 100 orang pembaca ya! Bisa kan? 🙂
--Happy Reading guyz--
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANTARA [Completed] ✔
Teen FictionBiantara Langit Angkasa adalah siswa SMA Kertajaya yang duduk di kelas 11. Bian sapaan akrabnya, suka bermain basket dan menjabat sebagai ketua tim basket SMA Kertajaya. Arani Sharilla Mahajaya adalah siswi yang duduk di kelas sepuluh, walaupun masi...