Hari ini starlight akan berlatih di sebuah gor yang terletak ditengah Jakarta. Bian berangkat bersama Gandi, Dafa, dan Farel. Mereka sudah ada di rumah Bian dan sedang menunggu Bian siap-siap.
"Kenapa akhir-akhir ini sikap Bian aneh ya? Apa jangan-jangan dia suka sama adik kelas itu?" tanya Dafa dengan menatap Gandi dan Farel bergantian.
"Menurut gue sih gitu," jawab Gandi.
"Gue setuju. Bian selalu marah-marah nggak jelas kalau si Rani jalan sama Irfan."
Bian mendengar semua percakapan teman-temannya, ia langsung berjalan menuju garasi dengan memasang wajah kaku. Gandi, Dafa, dan Farel hanya menelan ludah saja. Mereka tahu jika Bian akan memarahi mereka.
Rani sudah sampai di sekolah. Sama seperti hari kemarin, ia diantarkan Irfan hingga depan gerbang SMA Kertajaya. Rani berjalan menyusuri kooridor untuk sampai di kelasnya. Senyum di bibirnya tidak pernah padam.
"Cie, yang habis dianterin gebetannya," ucap Dafa yang sedang duduk di depan kelas Rani.
"Apaan sih," jawab Rani cuek.
"Bian suka sama lo, yang peka dong jadi cewek. Bian juga nggak suka lihat lo dekat sama Irfanjir itu," sahut Farel.
"Jangan suka bikin berita hoax."
"Nggak usah didengarin. Semua yang dibilang mereka itu salah. Ngapain juga gue suka sama cewek manja dan suka marah-marah kayak lo? Mending gue suka sama mimi peri," ucap Bian yang tiba-tiba berada di belakang Rani.
Tangan Rani mengepal dengan sempurna. Ia berusaha mengatur emosinya agar tidak terlalu terpancing dengan ucapan Bian. Rani ingin memukul wajah Bian sedari tadi, tapi ia lebih memilih untuk mengendalikan emosinya agar hari ini berjalan dengan baik. Rani tidak ingin merusak suasana hatinya yang sudah sangat baik.
"Awas lo!" teriak Rani lalu pergi.
Bian menatap punggung Rani yang mulai menjauh lalu menghela nafas panjang. Sorot matanya beralih menatap ketiga temannya, Bian tidak suka dengan cara mereka yang tidak jelas itu.
"Maksud kita baik kok. Kita pengen lo juga bisa bahagia sama pujaan hati lo," ucap Gandi.
"Siapa pujaan hati gue? Jangan sok tahu deh." Bian melangkahkan kakinya menjauh dari teman-temannya.
"Dasar, gengsi mulu yang digedein. Heran gue," sahut Dafa.
"Orang jatuh cinta emang gitu. Yuk ke kelas aja," kata Farel lalu berdiri dari duduknya dan disusul semua teman-temannya.
Selama pelajaran berlangsung. Pikiran Rani tertuju pada semua ucapan teman-teman Bian tadi, apakah semuanya benar? Tapi mengapa Bian tidak mengaku saja? Ah, entahlah. Rani tidak mau terlalu pusing mengurusi Bian.
Bel istrahat berbunyi. Rani duduk di dalam kelas sembari memainkan ponselnya.
"Yuk ke rooftop," ajak Insha dengan semangat.
Kepala Rani menggeleng pelan. Ia tidak ingin keluar kelas karena malas bertemu dengan Bian. "Gue disini aja makan bekalnya."
"Kenapa?" tanya Fina.
"Nggak apa, lebih enak disini untuk hari ini," jawab Rani berbohong.
"Oke, kalau gitu kita makan disini aja," sahut Emil lalu mendekat ke arah bangku Rani yang berjarak dua meter. Mereka makan bersama dan saling bertukar cerita satu sama lain.
Sementara itu, Bian duduk di tepi lapangan dan melihat teman-temannya yang sedang memainkan bola basket. Starlight akan ada pertandingan persahabatan antar sekolah. Starlight akan menghadapi tim basket SMA Raspati. Entah mengapa rasanya sangat malas, Bian malas melihat Rani yang akan mendukung Irfan.
"Lo nggak main?" tanya Gandi sambil mengambil minuman.
"Nggak, nanti sore aja."
Gandi duduk di sebelah Bian dan menatapnya. "Lo kenapa sih? Uring-uringan terus dari kemarin. Masih mikir Rani sama Irfan?"
"Apaan sih, lagi pula gue nggak suka sama tuh cewek."
Gandi tertawa kecil. "Di mulut bisa bilang gitu, tapi di hati beda lagi. Udah lah ngaku aja, kita juga udah tau kok kalau lo sebenarnya suka sama Rani."
Bian tidak menjawab, ia langsung berdiri dan mengambil bola basket yang ada di tangan Farel. Bian malas mendengar ucapan Gandi yang terus menyudutkan dirinya.
"Gue balik duluan ya," pamit Rani kepada teman-temannya.
Irfan sudah menunggu Rani di gerbang sejak lima menit yang lalu. Rani melihat mobil Irfan dan langsung masuk ke dalamnya, ia tidak enak hati karena Irfan lama menunggu dirinya.
"Maaf ya, lo udah nunggu lama," ucap Rani.
"Nggak apa. Gue rela kok nunggu lama, asal nungguin lo," jawab Irfan. Wajah Rani merah merona, jantungnya berdegup cepat tak karuan.
"Kok pipinya merah?" tanya Irfan dengan tertawa.
Rani memukul lengan Irfan pelan. "Jangan gitu ah, gue malu nih jadinya."
"Nggak usah malu, lo kan calon pacar gue."
"Irfan ih, gombal terus." Irfan hanya tertawa kecil ketika melihat gadis di hadapannya ini salah tingkah. Ia suka melihat wajah Rani yang seperti kepiting rebus ini.
Selama perjalanan, obrolan Irfan dan Rani tidak terputus. Seolah mereka sudah kenal lama. Rani sangat nyaman ketika berbicara dengan Irfan, begitu juga sebaliknya. Bagi Irfan, Rani adalah gadis idamannya selama ini.
"Oh iya, lusa gue tanding sama starlight. Lo lihat gue, ya?"
Rani mengangguk. "Pasti gue lihat kok. Tanding dimana? Di Kertajaya?" tanya Rani dengan menatap Irfan.
"Iya."
"Oke. Makasih ya buat hari ini, lo udah bikin suasana hati gue senang. Gue masuk dulu ya," pamit Rani lalu turun dari mobil Irfan dan segera masuk ke dalam rumahnya.
Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Rani sedang duduk di tepi kolam renang miliknya, ia menatap ke arah langit yang dipenuhi bintang dan bulan. Senyum Rani mengembang ketika mengingat kejadian yang terjadi antara dirinya dan Irfan tadi. Saat ini Irfan berhasil menguasai seluruh pikiran Rani.
"Lo tuh lucu banget deh. Walaupun kita baru kenal, tapi gue udah senyaman ini dong. Semoga aja kita bisa jadi beneran," ucap Rani lalu tertawa kecil.
Bian sedang memarkirkan motornya ke dalam garasi rumahnya. Ia melangkahkan kaki menuju kamarnya yang terletak di lantai dua. Bian merebahkan tubuhnya diatas kasur. Entah mengapa hari ini terasa sangat lelah baginya, tidak seperti biasanya.
"Apa semua yang diucapkan Gandi benar? Apa benar gue suka sama lo? Tapi kenapa harus lo sih? Dasar cewek alay nggak jelas," ucap Bian lalu mengusap rambutnya gusar.
Part 17 udah selesai nih. Gimana sama part ini? Greget ga lihat Bian yang suka uring-uringan? Wkwkwk.
Jangan luap tunggu update selanjutnya ya! Vote, komen, sharenya juga jangan lupa yaa :)
Bantu 200 pembaca ya, thank you^^
--Happy Reading ❤--
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANTARA [Completed] ✔
Teen FictionBiantara Langit Angkasa adalah siswa SMA Kertajaya yang duduk di kelas 11. Bian sapaan akrabnya, suka bermain basket dan menjabat sebagai ketua tim basket SMA Kertajaya. Arani Sharilla Mahajaya adalah siswi yang duduk di kelas sepuluh, walaupun masi...