Jam menunjukkan pukul enam pagi, Bian sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ia tidak lupa membawa bola basket kesayangannya, karena hari ini ada latihan pagi persiapan turnamen minggu depan. Bian berjalan menuju garasi rumahnya, lalu mengendarai motor menuju sekolah.
Sedangkan Rani, ia masih sibuk menunggu bekalnya siap. Rani bolak-balik melihat jam yang ada di tangannya, ia takut telat dan tidak ingin bertemu dengan Bian hari ini.
"Akhirnya, gue sampai di sekolah juga," ucap Rani sembari melangkahkan kaki masuk ke dalam area sekolah.
Rani berjalan santai, tetapi ia merasa kakinya kesenggol oleh motor yang ada di belakangnya. Rani menatap ke belakang, ternyata itu adalah Bian dab motor bututnya. Ia berjalan ke depan sepeda motor Bian, Rani tidak memperbolehkan Bian melewati dirinya.
"Minggir dong, gue mau latihan nih!" ucap Bian dengan penuh emosi. Ia tidak terima Rani bersikap seenaknya sendiri, seolah sekolah ini adalah miliknya.
"Kalau gue nggak mau gimana?"
"Dasar nggak waras! Minggir cepetan." Melihat Rani tidak menanggapi ucapannya, Bian langsung menerobos Rani yang membuat rok Rani berlubang.
"Heh! Rok gue bolong nih!" omel Rani.
Rani mendekat ke arah Bian, tetapi Bian langsung berlari menuju lapangan yang sudah dipenuhi tim basket starlight untuk berlatih. Rani menatap lapangan sekilas, lalu berjalan menuju kelasnya.
"Kali ini lo bisa lolos, awas aja besok-besok," ucap Rani dengan menatap Bian tajam seolah membidik musuhnya.
Selama pelajaran berlangsung, lagi-lahi Rani tidak bisa fokus kepada materi yang diberikan oleh guru. Ia masih kepikiran dengan roknya yang berlubang, Rani mempunyai niat untuk menghampiri Bian dan memintanya ganti rugi.
Bel istirahat berbunyi, Rani langsung berjalan keluar dari kelas. Teman-temannya pun bingung, tetapi mereka berpikir mungkin Rani ada urusan yang harus diurusi sendiri.
"Heh lo!" ucap Rani seperti mengibarkan bendera perang.
"Gue punya nama!" jawab Bian kesal.
"Gue nggak peduli, tapi gue mau minta pertanggung jawaban lo," ucap Rani dengan menatap Bian tajam.
Tenan-teman Bian hanya melongo, mereka bingung maksud dari ucapan Rani. Apakah Bian berbuat sesuatu dengan Rani?
"Astaga, lo ngapain dia Bi?" tanya Dafa.
"Lo udah itu sama dia? Gila Bi, lo masih kelas sebelas," sahut Farel dengan menatap Bian.
"Hush, nggak boleh ngomong gitu. Kita dengar jawaban Bian dulu," potong Gandi.
Bian menarik nafas, lalu mendekat ke arah Rani. "Rok lo cuma bolong segitu doang, dan gue nggak perlu tanggung jawab. Manja banget sih lo," ucap Bian dengan menatap kedua bola mata Rani.
"Segitu doang? Ini udah merusak reputasi gue tau, nggak!" protes Rani.
"Bodo amat."
Rani berjalan kembali ke kelasnya, ia kesal dengan Bian. Di dalam kelas, tidak ada teman-temannya satupun lalu Rani melangkahkan kakinya menuju rooftop. Disana, teman-temannya sudah selesai makan bekal. Hanya Rani sendiri yang belum, ia tidak nafsu makan ketika mengingat wajah Bian yang songong itu.
"Lo darimana, Ran?" tanya Insha dengan merapikan bekalnya.
"Gue habis ketemu sama orang nyebelin, dia udah ngebuat rok gue bolong," jawab Rani sembari menunjukkan bagian bawah rok sekolahnya yang berlubang kecil.
"Kakak kelas gila itu?" tanya Emil.
"Iya, siapa lagi kalau bukan dia."
Pelajaran hari ini terasa lumayan lama, Rani sangat bosan dengan pelajaran matematika. Apalagi matematika berada di jam terakhir, membuat perut Rani keroncongan. Ia belum sempat memakan bekalnya tadi.
Bel pulang sekolah berbunyi, Rani sengaja tidak pulang terlebih dulu. Perutnya sudah sangat lapar dan tidak bisa menahan lapar lagi, ia membuka kotak bekalnya dan memakan dengan lahap. Akhirnya, Rani merasakan suapan nasi yang sedap.
"Cepetan keluar, kelas ini mau dipakai briefing anak-anak starlight," ucap Bian dengan menggebrak meja yang ada dihdapannya.
"Gue belum selesai makan," jawab Rani.
"Terus menurut lo, kita harus nunggu lo selesai makan? Emangnya lo siapa? Ratu?" ucap Bian sedikit emosi.
"Lo bisa nggak sih, gak cari gara-gara terus sama gue?" ucap Rani.
"Lo sendiri yang bikin gue kesal, udah sana pergi!" usir Bian. Dengan terpaksa, Rani harus melangkahkan kakinya pergi. Ia tidak mau terlalu lama terlibat cekcok dengan Bian, yang akan membuatnya semakin naik darah.
Rani berjalan keluar dari area sekolah, ia menunggu supir datang menjemputnya. Rani sangat kesal dengan ucapan Bian tadi, ia seperti tidak menghargai orang lain.
Bian dan anak-anak starlight masuk ke kelas 10 MIPA 8, ia duduk di depan sembari menunggu pelatih mereka memberi arahan. Gandi melihat ke arah Bian, ia merasa ekspresi wajah Bian sedikit berubah. Wajah Bian seperti tertekuk dan tidak semangat.
"Lo ada masalah?" tanya Gandi dengan mendekat ke arah Bian.
"Nggak ada, kenapa?"
"Muka lo tuh, kayak kanebo kering. Lo lagi mikirin adik kelas itu ya?" tebak Gandi. Bian menatap Gandi tajam, ia tidak suka ucapan yang baru saja terucap dari mulut Gandi.
"Nggak usah bahas dia, nggak penting."
Pengarahan pelatih tim basket berlangsung selama satu jam, starlight akan mengikuti turnamen antar sekolah yang diadakan di SMA Kertajaya. Bian memprediksi jika starlight bisa menyabet juara 1.
Jam menujukkan pukul lima sore, Bian membawa tasnya dan berjalan menuju parkiran bersama teman-temannya. Pertandingan pertama akan diadakan beberapa hari lagi, starlight akan melawan tim basket SMA Krida.
"Gue cabut dulu ya," ucap Gandi dengan membonceng Farel karena rumah mereka berdekatan.
"Oke," jawab Bian.
Rani sedang mengerjakan tugas matematika yang harus dikumpulkan esok hari, sebenarnya otaknya sudah tidak kuat untuk mencerna semua tulisan ini. Ia menyalakan ponselnya lalu mengecek informasi terbaru yang akan ada di SMA Kertajaya. Matanya melebar ketika melihat poster tim basket sekolahnya akan melawan SMA Krida.
Senyum Rani mengembang. "Kalau tim basket starlight kalah, gue bakal ngakak banget sih. Duh, jadi nggak siap buat nertawain kapten songong itu," ucap Rani.
Sedangkan Bian, ia sibuk membersihkan sepatu basketnya yang terkena kotoran. Ia ingin terlihat bersih ketika pertandingan nanti, Bian tidak sabar untuk mengalahkan tim basket SMA Krida dengan skor yang telak.
"Gue yakin, starlight pasti menang," ucap Bian dengan tersenyum kecil.
Part 3 sudah selesai nih. Gimana sama part ini? Semakin greget dengan Rani dan Bian nggak? Kalau aku sih greget ya hehee. Gimana kalau kalian? Komen dibawah ya 🤗
Jangan lupa share ke teman-teman kalian yang suka sama teenfiction, juga jangan lupa vote dan komen yang banyak yaash, biar aku semangat terus buat updatenya ❤
Bantu cerita ini 100 orang pembaca ya!
--Happy Reading 🌻--
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANTARA [Completed] ✔
Подростковая литератураBiantara Langit Angkasa adalah siswa SMA Kertajaya yang duduk di kelas 11. Bian sapaan akrabnya, suka bermain basket dan menjabat sebagai ketua tim basket SMA Kertajaya. Arani Sharilla Mahajaya adalah siswi yang duduk di kelas sepuluh, walaupun masi...