38: Sebuah ikatan

171 12 0
                                    

"Kita sudah saling mengikat dengan atas nama cinta. Jadi, jangan pernah buat aku sakit hati kedua kalinya karena cinta."

*****

Kejadian kemarin di lapangan menjadi trending topic seluruh antero sekolah ini. Banyak yang mendukung hubungan Rani dan Bian, banyak juga mereka yang sirik dan tak suka.

Rani berjalan menyusuri kooridor sendirian. Biasanya ia berjalan berdampingan dengan Bian, namun kali ini tidak karena Bian sedang membeli makanan untuk sarapan.

"Heh, adik kelas nggak tau diri!" ucap seorang perempuan berambut cokelat tua.

Rani menoleh ke arah perempuan tersebut. Perempuan itu memakai badge berwarna merah yang artinya kini sedang duduk di kelas dua belas.

"Lo manggil gue, kak?" tanya Rani.

"Berani banget jawab ucapan gue? Punya nyali juga ternyata adik cabe satu ini."

"Maaf, maksudnya apa ya kak? Gue sama sekali nggak ngerti maksud pembicaraan lo."

Perempuan bernama Syifa itu mendekat ke arah Rani. Ia menatap wajah Rani dari jarak yang sangat dekat lalu tersenyum licik.

"Jauhin Bian atau lo bakal kena masalah."

Rani bingung. "Maksudnya?"

Syifa berdecak kesal. Ia tidak suka dengan kinerja otak Rani yang lambat dan membuatnya harus menjelaskan secara detail pada Rani.

"Lo nggak paham? Cari tahu sendiri maksudnya! Semoga ini terakhir kali gue peringatin ini sama lo dan jangan sampai gue berbuat lebih daripada ini!" ucapnya lalu pergi.

Rani terdiam. Baru saja menjalin hubungan dengan Bian, sudah ada masalah lagi? Apa tidak pantas Rani berbahagia dengan pilihannya sendiri? Mengapa masalah terus menghantui setiap ia melangkah menuju arah yang lebih depan?

*****

Selama pelajaran berlangsung, Rani tidak bisa melupakan kejadian tadi. Rani sama sekali tidak mendengarkan penjelasan guru yang ada di depan kelas. Pikirannya selalu tertuju pada setiap kata yang diucapkan oleh Syifa. Ia jadi penasraan siapa sebenarnya Syifa itu? Apakah ia memiliki masa lalu dengan Bian?

"Duh, yang udah punya pacar masih ngelamun terus. Ada apa sih? Masa udah ada masalah sama Bian?" tanya Insha.

"Loh? Kalian kok disini? Pindah sana, nanti ketahuan sama guru."

Insha, Emil, dan Fina tertawa melihat ekspresi Rani yang panik tapi lucu.

"Udah bel istirahat kali," seru Emil.

"Oh iya? Gue nggak dengar."

"Ya nggak dengarlah. Daritadi lo kan sibuk ngelamun terus," sahut Fina.

Rani hanya tertawa.

"Ngelamunin apa?" tanya Insha.

Rani menggeleng. "Nggak kok, masalah nggak penting. Gue juga nggak tau kenapa dia bisa ada di pikiran gue. Aneh ya."

"Lo nggak bohong sama kita, kan?"

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang