10

333 23 0
                                    

Malam telah tiba, Rani sedang memegang cokelat pemberian Bian. Ia tidak berniat untuk memakannya walau sebenarnya Rani sangat ingin makan cokelat itu, Rani malas karena ini adalah pemberian Bian. Ia ingin membuangnya, tetapi seperti tidak menghargai.

"Dasar cowok aneh, nyebelin banget sih," ucap Rani dengan penuh emosi.

Sementara itu, Bian sedang duduk di balkon kamarnya sembari melihat ke arah langit. Tiba-tiba ingatannya tertuju pada Rani, pikirannya seakan mengulang kejadian tadi bersama Rani. Senyum Bian mengembang, entah mengapa rasanya gemas ketika melihat Rani yang sedang marah seperti itu.

"Andai lo nggak marah-marah terus sama gue, pasti kita akur," ucap Bian sembari tersenyum kecil.

****

Hari ini adalah hari minggu, Rani memutuskan untuk pergi ke sebuah kafe bersama teman-temannya untuk membuat video menyanyi yang sempat tertunda beberapa hari. Rani memakai gaya kasual dan membawa tas kecil, tak lupa ia juga membawa kostumnya.

Rani menuruni tangga dan berjalan menuju garasi rumahnya, seperti biasanya Rani akan diantarkan supir pribadinya.

"Nanti jemput jam lima sore ya, pak," ucap Rani sembari membuka mobil dan berjalan masuk ke dalam kafe.

Mata Rani mencari keberadaan teman-temanya, ternyata mereka sudah berada disini dan duduk di pojokan. Rani berjalan mendekat ke arah mereka, lalu duduk karena kakinya terasa sangat pegal.

"Maaf ya gue telat," ucap Rani.

"Nggak apa-apa kok, kita juga barusan datang," jawab Emil.

"Gimana, alatnya udah siap semua kan?" tanya Rani dengan menatap temannya satu persatu.

"Udah, tadi gue juga udah ngomong sama pemilik kafe ini kalau rooftop-nya bakal kita pakai bikin video." Rani menganggukkan kepalanya, ia tidak sabar untuk bernyanyi.

Mereka berjalan menuju rooftop kafe ini, Rani sudah berganti kostum dan sedang menunggu videografer yang akan merekam mereka bernyanyi. Tak lama kemudian, videografer datang bersama kru yang lainnya.

Rani berpikir sejenak, ia seperti tidak asing dengan siluet tubuh orang ini. Tubuhnya sama persis dengan bentuk tubuh Bian, apakah ini Bian?

"Sudah siap mbak?" tanya cowok itu.

"Bian?" ucap Rani terkejut.

"Rani? Lo ngapain disini?" tanya Bian dengan menatap Rani kebingungan.

"Lo yang ngapain kali, gue disini mau bikin video buat lomba. Lo nggak ada kerjaan makanya ngikutin gue, kan?"

"Apaan sih, gue tuh dapat job disini. Nih kalau nggak percaya lihat aja sendiri," ucap Bian sembari menunjukkan layar ponselnya ke arah Rani. Mata Rani terbelalak, ternyata ia menyewa jasa videografer milik Bian dan teman-temannya.

"Itu gue yang pesan," kata Rani.

"Hah? Lo bohong kan? Orang disini yang order namanya Sharilla kok," bantah Bian.

"Sharilla itu nama tengah gue. Udah yuk cepetan, keburu mataharinya ilang," ucap Rani lalu meninggalkan Bian.

Bian dan teman-temannya sedang mempersiapkan semua peralatan untuk mengatur cahaya. Sedangkan Rani, ia terlihat sangat kepanasan karena sinar matahari lumayan banyak. Rani sedang memoleskan bedak lagi ke wajahnya, ia ingin terlihat cantik dan menawan.

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang