9

297 20 0
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi, Rani dan teman-temannya berganti kostum dan mempersiapkan diri untuk menyanyi. Mereka sudah menyiapkan semua peralatan yang diletakkan di lapangan, Rani membawa lampu studionya.

Saat Rani hendak menuju lapangan, ia sudah melihat dekorasi yang dipersiapkan dengan teman-temannya rusak. Rani menatap sekitar, tetapi tidak ada siapa-siapa disana. Rani menunggu cukup lama, akhirnya ada Bian dan teman-temannya yang sedang berjalan menuju lapangan.

"Lo yang ngehancurin ini semua, kan?" tanya Rani dengan penuh emosi.

"Apa? Lo nuduh gue?" jawab Bian bingung.

"Menurut lo aja, siapa yang selalu nggak suka sama gue dan cari gara-gara. Cuma lo kan? Berarti ini semua salah lo!" ucap Rani dengan menunjuk kearah wajah Bian.

"Kalau ngomong tuh dijaga! Lo perempuan, nggak sepantasnya bentak-bentak cowok kayak gini! Lagipula gue sama teman-teman gue baru datang kesini. Jadi, jangan sok nuduh tanpa ada bukti. Paham?"

Rani mengepalkan tangannya, ia tidak suka dengan ucapan Bian. Rani memilih untuk pergi, ia sudah sangat sakit hati dengan semua ucapan yang keluar dari mulut Bian. Syuting video menyanyi hari ini terpaksa batal, Rani sudah tidak niat lagi.

"Loh, kok pulang sih?" tanya Emil kebingungan.

"Syutingnya besok aja, gue punya tempat bagus. Gue balik dulu ya," ucap Rani dengan tergesa-gesa dan meninggalkan semua temannya.

Bian menatap Rani yang mulai menjauh, ia mengusap rambutnya gusar. Apakah Bian terlalu keras memarahi Rani tadi? Entahlah, Bian sudah malas dengan latihan hari ini karena suasana hatinya jelek.

"Lo mikirin Rani?" tanya Gandi dengan menatap Bian.

Ekspresi wajah Bian berubah seketika. "Ya gitu deh, emangnya gue salah ngomong gitu? Kan bener dia asal nuduh kita," ucap Bian dengan menatap Gandi.

"Mungkin dia lagi PMS," jawab Gandi dengan tersenyum lebar.

Rani sudah sampai di rumahnya, ia berjalan ke kamar dengan cepat. Rani menaruh wajahnya diatas bantal lalu menangis. Walaupun Rani dikenal sebagai anak yang pemberontak, padahal hatinya sangat rapuh. Rani sakit hati dengan ucapan Bian tadi, ia adalah tipe orang yang tidak bisa dibentak oleh siapapun.

****

Hari ini Rani berangkat ke sekolah tidak semangat, ia malas bertemu dengan Bian dan teman-temannya. Namun Rani juga harus datang ke sekolah karena hari ini harus syuting video menyanyi.

"Anggap aja Bian itu hanya angin lewat, semangat Rani!" ucap Rani dengan menatap cermin.

Rani berjalan menuju kelasnya, ia berharap semoga tidak bertemu Bian. Rani meletakkan tasnya diatas meja, ia melihat sebatang cokelat yang ada di lokernya. Tangan Rani terulur untuk mengambil cokelat itu.

"Dari siapa nih?" ucap Rani bingung. Ia melihat ada sebuah surat kecil. "Please forgive me?" sambungnya.

Insha menatap Rani yang sedang berdiri kebingungan, ia mendekat dan menepuk pundak Rani pelan. Rani terkejut dan menatap Insha tajam.

"Ngelamun aja, masih pagi nih," ucap Insha.

"Lo tahu nggak ini dari siapa?" tanya Rani sembari menunjukkan cokelat itu.

Insha menggeleng. "Kan lo yang dapat, kok tanya gue?"

"Hm."

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang