32: Hancur

215 14 0
                                    

"Kini aku sendiri disini. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa hidup tanpamu disisiku. Tolong, kembalilah."

*****

Satu hari telah berlalu, Rani masih berada di bandara untuk mencari informasi terbaru. Wajahnya sudah sangat pucat dan tidak karuan. Dari kemarin, Rani tidak bisa berhenti menangis.

"Kita pulang dulu aja, ya?" ajak mama Rani.

Rani menggeleng. "Rani nggak mau. Rani akan tetap disini."

"Rani, kamu nggak boleh begini. Mama juga sedih mendengar kabar ini. Tapi kita cuma manusia, semua terjadi atas kehendak-Nya. Jika nantinya kita mendengar kabar yang kurang baik, itu semua sudah rencana-Nya dan pasti ada hikmah dibalik semua itu."

Rani terdiam, ia mencerna semua kata-kata yang keluar dari mulut mamanya itu. Lalu sedetik kemudian Rani bangkit dan berjalan meninggalkan bandara.

****

Bian memarkirkan sepedanya lalu berjalan menuju kelas Rani. Ia ingin memastikan jika Rani masuk sekolah hari ini. Namun, ia hanya melihat teman dekat Rani saja.

"Rani kemana?" tanya Bian.

Emil menatap Bian. "Nggak tau, dia nggak kasih kabar ke gue. Emangnya kenapa?"

"Lo nggal bohong sama gue, kan?"

"Ngapain gue bohong sama lo? Nggak ada untungnya juga, kan?" ucap Emil.

Bian langsung pergi dari kelas Rani. Ia malas berdebat dengan cewek di pagi hari. Bian menatap sekitarnya dan berharap semoga semuanya baik-baik saja.

Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Suasana SMA Kertajaya ramai dipenuhi suara siswa-siswi yang saling bertukar cerita satu sama lain. Sedangkan Bian, ia hanya duduk di kelas dengan melamun.

"Ada masalah apa lagi?" tanya Gandi.

Bian tersadar dari lamunannya. "Gue kemarin nggak sengaja lihat Rani dan mamanya ke bandara. Terus gue tanya sama orang yang ada disana dan katanya ada pesawat yang hilang kontak."

"Oh, iya. Gue kemarin sempat lihat beritanya. Udah ada daftar nama penumpangnya juga kok."

Bian menatap Gandi dengan serius. "Seriusan lo? Nggak hoax, kan?"

Gandi menggelengkan kepalanya.

"Gue mau lihat dong, kirim ke gue."

"Emangnya lo cari siapa?" tanya Gandi.

Bian berpikir sejenak. Iya juga ya, siapa yang akan dicarinya? Apakah papa Rani? Tapi siapa namanya?

"Yee, malah ngelamun lagi."

"Eh, emmm. Kirim ajalah, gue mau lihat-lihat daftar namanya," ucap Bian lalu menyalakan ponselnya.

"Oke."

Bian membaca satu persatu nama yang ada di dalam daftar itu. Ia sama sekali tidak tahu siapa nama papanya Rani. Namun ia ingat, nama terakhir Rani adalah Mahajaya. Kemungkinan besar itu adalah nama marga keluarganya.

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang