35: Perasaan apa ini?

168 14 0
                                    

"Mengapa jika aku dekat denganmu jantung ini terus berdetak cepat? Pertanda apa ini? Perasaan apa ini?"

*****

Rani duduk di bangkunya. Beberapa hari terakhir ini namanya selalu menjadi topik pembicaraan hangat murid SMA Kertajaya karena kedekatannya dengan Bian. Banyak dari mereka yang mencela Rani dan menyebutnya dengan cabe-cabean.

"Kok ngelamun terus, sih? Ada apa?" tanya Bian.

Rani menggeleng. "Gue cuma ingat aja sama kata-kata mereka. Apa sebenarnya gue nggak pantas untuk bahagia?"

"Maksud lo?"

"Gue dengar mereka ngomongin gue dan bahkan nyebut gue sebagai cabe-cabean. Apakah gue nggak berhak bahagia dengan apa yang gue miliki sekarang?"

Bian memegang kedua tangan Rani. "Nggak boleh gitu ngomongnya. Semua orang berhak bahagia, termasuk lo. Jangan dihiraukan omongan mereka. Toh, mereka juga nggak tau kan apa yang sebenarnya terjadi?"

"Tapi, gue nggak sekuat itu untuk hadapin ini semua."

"Ada gue, lo tenang aja."

Bian adalah orang kedua yang bisa membuat Rani tenang jika berada dalam dekatnya setelah papanya. Rani juga tidak terlalu merasakan ini ketika berhubungan dengan Irfan dulu.

"Gue balik ke kelas, ya?" pamit Bian.

"Oke."

*****

Bian melihat Dafa, Gandi, dan Farel yang sedang berdiskusi. Bian mendekat ke arah mereka dan ikut dalam pembicaraan.

"Lagi ngapain? Tumben," ucap Bian.

"Gue lagi bahas strategi starlight lawan raspati. Lo nggak lupa kalau kita masih ada beberapa pertandingan lagi, kan?" tanya Gandi.

Hampir saja Bian lupa karena terlalu sibuk memperhatikan Rani.

"Hampir aja gue lupa."

Farel menatap Bian tidak percaya. Biasanya Bian paling semangat kalau menyusun strategi seperti ini. "Lo berubah, Bian!" ucap Farel.

"Hah? Gue berubah gimana?" tanya Bian.

"Lo selalu memprioritaskan Rani sampai lo lupa kalau starlight juga penting! Lo boleh suka atau pacaran sama dia, tapi jangan terlalu fokus sama dia. Banyak hal lain yang harus lo urusin, termasuk pertandingan ini!"

Bian terdiam, bibirnya tertutup rapat. Benar perkataan Farel, semua ini adalah salah dirinya yang terlalu fokus dengan gadis pujaan hatinya.

"Gue minta maaf sama kalian kalau sikap gue membuat kalian nggak nyaman. Gue akan coba lebih fokus lagi," ujar Bian.

"Oke, gue pegang omongan lo," sahut Gandi.

Suasana kelas Bian sangat ramai karena jam kosong. Bian dan teman-temannya sedang berada di lapangan bersama anggota starlight yang lain. Mereka melakukan latihan kecil sebelum pertandingan yang dilaksanakan lusa.

"Saya lihat performa kamu mulai turun. Ada apa?" tanya pelatih dengan menatap Bian.

"Maaf coach. Saya akan coba untuk lebih fokus lagi," jawab Bian.

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang