47: Berubah

166 10 0
                                    

"Jangan berubah. Tetap seperti ini saja. Aku tidak bisa hidup tanpa dirimu."

***

Bian bertekad untuk meminta maaf kepada Rani walaupun ia tidak tahu kesalahannya. Ia tau jika dirinya sudah berkali-kali meminta maaf, tapi mau bagaimana lagi--hanya ini yang bisa diperbuatnya.

Bian membawa sebuket bunga berukuran besar dan sebuah kotak yang berisikan berbagai aksesoris yang disukai wanita.

"Eh, Bian? Tumben kamu kesini. Cari Rani ya?" ucap Ratih sembari menatap Bian.

"Iya tante. Bisa tolong panggil Rani?"

Ratih mengangguk. "Tunggu sebentar ya."

Bian duduk di ruang tamu sambil berharap-harap cemas. Ia takut jika Rani tidak mau bertemu dengannya lagi. Ia bisa bernafas lega karena melihat Rani yang berjalan mendekat ke arahnya.

"Ngapain kesini? Udah malam," ucap Rani dingin.

"Emangnya nggak boleh ke rumah pacar sendiri?"

"Hm."

Bian memberikan buket dan kotak itu kepada Rani. Tangan Rani terulur untuk menerimanya.

"Ini apa?" tanya Rani.

"Ini permintaan maaf gue karena gue ngerasa sikap lo berubah sama gue. Gue juga ngerasa kalau lo kayak menjauh dari gue. Ada apa sebenarnya?"

Rani menatap Bian selama beberapa detik. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

"Kok malah ngelamun?"

"Eh nggak kok. Gue nggak berubah. Gue juga nggak menjauh dari lo. Mungkin lo aja yang ngerasa gitu," jawab Rani.

Bian memegang kedua tangan Rani. "Kalau ada masalah, kita harus ngomong baik-baik. Jangan saling ditutupin kayak gini. Kita udah sama-sama hampir dewasa, jadi komunikasi itu lebih penting."

Rani terdiam. Semua yang dikatakan Bian itu benar. Ia merasa jika selama menjalin hubungan, komunikasi satu sama lain tidak terlalu baik.

"Hei, kok nangis sih?" ucap Bian.

Rani menyeka air matanya yang jatuh di pipi.

"Nggak, gue cuma kelilipan."

"Ada masalah apa? Bilang aja sama gue."

Rani menghirup nafas dalam-dalam. "Siapa Syifa sebenarnya? Ada hubungan apa antara lo dan dia?"

Kini ganti Bian yang terdiam. Ia sangat muak mendengar nama Syifa lagi. Bian sakit hati karena Syifa yang membuat Kalina pergi menjauh darinya.

Rani tertawa kecut. Ia menatap Bian yang sedang berpikir keras. Rani tahu, mungkin Bian tidak akan menceritakan siapa Syifa sebenarnya.

"Kenapa diam?"

"Gue nggak bisa jelasin," jawab Bian.

"Katanya jangan ada yang ditutupin? Apa bedanya sama lo? Lo tutup semua tentang Syifa dari gue. Sebenarnya lo nganggap gue ini apa? Pajangan doang? Gue juga punya hati Bian! Kemarin lo mesra-mesraan sama Syifa di depan mata gue sendiri!"

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang