53: Memutuskan

504 11 0
                                    

Hari dilaksanakannya ujian sekolah sudah dekat. Ujian yang menjadi mimpi buruk bagi semua siswa itu dilaksanakan esok hari. Bian semakin disibukkan dengan belajar dan bimbel. Ia juga sudah jarang bertemu dengan Rani.

"Duh, besok ujian lagi. Gue deg-degan takut nggak lulus," ucap Dafa dengan menatap ketiga temannya.

"Makanya belajar, jangan main game terus!" sahut Gandi.

"Tau tuh!" ucap Farel.

Ketiga teman Bian sibuk beradu mulut. Sedangkan Bian, ia hanya duduk dan melamun. Tatapannya kosong.

"Lo kenapa? Berantem lagi sama Rani?" tanya Gandi.

"Nggak. Gue mikirin tentang hubungan gue sama Rani. Akhir-akhir ini kita jarang ketemu dan bokap gue nggak setuju kalau gue punya hubungan sama Rani. Bokap gue malah ngedukung gue pacaran sama Syifa," jawab Bian.

Farel dan Gandi saling bertatapan. "Hah? Seriusan lo?" ucap keduanya.

Rani mematung di ambang pintu kelas Bian. Bekal yang ada di tangannya jatuh dan membuat suara yang cukup nyaring.

"Rani?" ucap Bian kaget.

Rani tersenyum lalu pergi meninggalkan kelas Bian.

"Rani tunggu!"

Rani menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya Rani menatap Bian dengan tatapan sendu.

"Lo dengar semuanya?"

Rani mengangguk.

"Maaf, gue juga nggak tau kenapa bokap ngelarang. Tapi gue janji, gue bakal usaha untuk cinta kita. Gue nggak mau pisah sama lo," pinta Bian sembari memegang kedua tangan Rani.

Rani melepaskan tangannya. "Jangan, lebih baik lo nurut sama ucapan papa lo. Mungkin ini yang terbaik untuk kita."

"Nggak! Gue nggak mau. Gue cinta sama lo selamanya."

Tiba-tiba Syifa datang dan berdiri disamping Bian. Ia menatap Rani dengan tatapan kemenangan. Syifa sangat bahagia mendengar jawaban Rani yang seolah kalah.

"Udahlah, bokapnya Bian lebih setuju Bian sama gue. Mending lo mundur aja!" ucap Syifa.

Rani mengangguk. "Oke, gue bakal mundur."

Bian menatap kepergian Rani. Ia tidak bisa berkata-kata lagi. Apakah mungkin akhir kisah cinta mereka seperti ini? Bian tidak menginginkan hal ini terjadi.

***

Hari demi hari telah terlewati. Kini Bian sedang menjalani ujian sekolah. Seluruh kelas sebelas dan sepuluh diliburkan. Sekolah ini hanya terisi oleh anak-anak kelas dua belas yang berjumlah tiga ratus orang.

"Nanti bagi contekan, ya," ucap Dafa.

Farel menjitak kepala Dafa. "Dasar, contekan mulu yang dipikirin. Emangnya lo nggak belajar?"

"Belajar juga gimana, otak gue udah pas banget dan nggak bisa nerima pelajaran lagi," jawab Dafa.

Gandi menatap kedua temannya. "Itu mah alasan lo aja. Iya, kan?"

Dafa tidak menjawab dan hanya membalas ucapan Gandi dengan senyum manis tidak berdosa miliknya.

Ujian hari pertama berlangsung lumayan cepat. Bian hanya menemukan sedikit kesulitan. Walau ia tidak memperhatikan penjelasan tentor bimbel, tapi otaknya cukup mudah meningat ucapan yang masuk ke dalam telinganya.

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang