"Terima kasih telah mengajarkanku untuk menerima semua ini walaupun diriku tidak bisa menghadapi ini. Terima kasih semesta."
*****
Rani tengah bersiap untuk bergegas ke rumah sakit karena akan ada informasi terbaru tekait kecelakaan pesawat yang ditumpangi papanya.
"Rani, apapun hasilnya nanti kamu harus bisa terima ya?" ucap Ratih dengan mengusap lembut puncak kepala Rani.
Rani mengangguk. "Rani akan coba."
Mobil alphard putih melaju dengan kecepatan rata-rata menyusuri jalanan ibukota yang sangat padat. Rani duduk di kursi depan bersama mamanya.
Mereka sudah sampai di depan rumah sakit. Rumah sakit ini sangat ramai dipenuhi oleh keluarga penumpang pesawat. Rani menatap ke arah keluarga penumpang, banyak harapan yang terpancar dari sorot mata mereka.
"Selamat pagi bapak dan ibu sekalian. Disini, saya ingin mengumumkan bahwasannya korban jatuhnya pesawat tidak ada yang bisa ditemukan. Ini disebabkan karena pesawat sudah berada di kedalaman 2.000 meter lebih. Saya harap, semua keluarga yang ditinggalkan bisa tabah dan menerima kejadian ini."
Ratih menangis di hadapan Rani. Ia sangat terpukul atas kejadian ini. Rani memeluk mamanya dan mencoba menenangkannya.
"Kata mama Rani harus ikhlas, mama juga harus ikhlas ya? Papa sudah terbang ke surga," ucap Rani.
Ratih mengangguk lalu mencium kening anak semata wayangnya itu.
"Makasih ya, kamu adalah alasan mama untuk terus bisa semangat melanjutkan hidup. Jadi, jangan kecewakan mama dan papa, ya?"
Rani mengangguk. "Rani janji nggak akan ngecewain kalian berdua."
Rani dan para keluarga penumpang pesawat akan diantar oleh pihak maskapai ke tempat kejadian untuk menaburkan bunga dan mengucapkan selamat tinggal.
Kini Rani melihat hamparan laut yang sangat luas. Laut ini terlihat sangat tenang dan ada beberapa bercak minyak. Rani sedang berada diatas laut yang mengambil nyawa papanya.
"Papa, walaupun Rani nggak bisa lihat jasad papa. Rani harap papa bisa istirahat dengan tenang di surga, ya. Rani janji akan jaga mama dan selalu membahagiakan mama. Maafin Rani kalau selama ini Rani bandel sama papa. Rani sayang papa.." ucapnya dengan menahan tangis sekuat tenaga.
Rani menaburkan bunga dan menyentuh air laut tersebut.
"Papa suka wangi bunga, kan? Sekarang banyak bunga yang menghiasi peristirahatan terakhir papa. Istirahat dengan tenang ya, pa."
*****
Bian sedang berlatih dengan starlight karena besok adalah pertandingan penentu. Bian tidak sabar untuk bisa secepatnya mengalahkan tim basket SMA Raspati dan juga Irfan.
Latihan hari ini sudah selesai. Mereka berkumpul di tengah lapangan untuk melakukan evaluasi atas latihan kali ini.
"Saya berharap semoga kalian bisa kerjasama dengan baik dan membuahkan hasil yang positif. Dan untuk kamu Bian, saya berharap kamu bisa menjalankan tugasmu dengan baik," ucap pelatih.
Bian mengangguk.
"Tumben nggak bucin," ucap Farel.
"Kan yayangnya lagi nggak masuk," sahut Dafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANTARA [Completed] ✔
Teen FictionBiantara Langit Angkasa adalah siswa SMA Kertajaya yang duduk di kelas 11. Bian sapaan akrabnya, suka bermain basket dan menjabat sebagai ketua tim basket SMA Kertajaya. Arani Sharilla Mahajaya adalah siswi yang duduk di kelas sepuluh, walaupun masi...