"Bagaimana? Harus menerima atau begini saja?"
*****
Pagi ini Rani bangun dengan tidak semangat. Semalam ia memikirkan tentang ucapan Bian. Rani tidak tahu, apakah Bian mengatakan itu sungguhan atau hanya main-main saja?
"Bian udah nunggu dibawah. Kamu cepetan siap-siapnya," ucap Ratih.
"Iya, ma. Bentar lagi," jawab Rani.
Rani melihat Bian yang mengenakan jaket jeans berwarna hitam. Ia sangat terpesona dengan penampilan Bian pagi ini. Bian terlihat berbeda dari biasanya.
"Gue tau gue ganteng, tapi jangan dilihatin gitu terus. Nanti kalau gue baper, mau tanggung jawab?" ucap Bian.
"Ih, pede banget jadi manusia."
Bian tertawa kecil. "Buruan naik, nanti keburu telat lagi."
Rani naik keatas motor Bian dan mulai melaju menuju sekolah. Bian sengaja mengegas dengan kecepatan diatas rata-rata karena ingin Rani memeluk perutnya.
"Ih, Bian! Pelan-pelan aja bisa nggak? Untung aja gue nggak mati," ucap Rani kesal.
"Nggak papa, enak gitu. Gue bisa dapat pelukan dari lo."
Rani menepuk punggung Bian. "Itu sih maunya lo!"
Rani dan Bian berjalan menyusuri kooridor untuk menuju kelas. Seperti biasanya, Bian mengantarkan Rani ke depan kelasnya. Ia ingin memastikan jika Rani sampai di kelas dengan selamat.
"Nggak usah dianter juga kali. Gue udah besar," protes Rani.
"Gue cuma memastikan keadaan lo. Gue nggak mau lo dicaci maki sama fans gue," jawab Bian.
"Emang situ punya fans?"
"Tau ah. Gue ke kelas dulu. Semangat belajarnya," ucap Bian lalu pergi.
*****
Banyak jam pelajaran kosong di kelas Rani. Semua murid pergi ke kantin untuk membeli makanan. Sedangkan Rani, ia hanya duduk di kelas bersama para sahabatnya.
Emil dan Insha sibuk mengobrolkan tas keluaran terbaru yang rilis baru-baru ini. Sedangkan Fina fokus dengan layar ponselnya.
"Kalian nggak bosen?" tanya Rani.
Emil menatap Rani. "Maaf daritadi kita nyuekin lo. Kita nggak bermaksud kok."
"Iya nggak papa," ucap Rani. "Sebenarnya gue mau cerita sesuatu sama kalian, tapi kayaknya besok aja deh."
"Nggak! Lo harus cerita sekarang. Lo mau bikin tidur malam gue nggak nyenyak? Ayolah sekarang aja," sahut Insha.
Rani menarik nafas lalu mulai menceritakan kejadian kemarin bersama Bian. Ia ingin mempertanyakan maksud ucapan Bian kemarin. Apakah itu sebuah pernyataan cinta atau bagaimana?
"Hemm, kalau menurut gue sih dia itu pengen nembak lo tapi dia gengsi," ucap Fina.
"Nah iya, bener tuh," sahut Emil.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANTARA [Completed] ✔
Teen FictionBiantara Langit Angkasa adalah siswa SMA Kertajaya yang duduk di kelas 11. Bian sapaan akrabnya, suka bermain basket dan menjabat sebagai ketua tim basket SMA Kertajaya. Arani Sharilla Mahajaya adalah siswi yang duduk di kelas sepuluh, walaupun masi...