Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Rani, ia tidak sabar menunggu pengumuman pemenang lomba bernyanyi waktu itu. Rani berangkat ke sekolah lebih pagi karena ia lupa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
"Gimana lomba nyanyi lo?" tanya Bian yang secara tiba-tiba berada di belakang Rani.
"Belum pengumuman, mungkin nanti siang. Kenapa memangnya?" jawab Rani dengan menatap Bian.
Bian menggeleng pelan lalu tersenyum. "Nggak, semoga menang ya," ucap Bian lalu pergi meninggalkan Rani. Senyum di bibir Rani mengembang, entah mengapa rasanya sangat bahagia ketika mendengar ucapan ini dari mulut Bian.
Jam pelajaran berlangsung sangat lama, Rani bosan dengan suasana kelas yang sunyi dan membuatnya mengantuk. Ia tidak kuat menahan kantuknya, kepala Rani tertunduk dan terlelap dalam tidur.
"Rani, bangun!" ucap guru Rani dengan menggebrak meja Rani.
"Hah?" jawab Rani refleks.
"Kenapa kamu tidur? Kamu nggak memperhatikan penjelasan saya? Nggak sopan sekali kamu!"
Rani hanya menunduk. "Maaf bu."
"Sekarang kamu keluar! Jangan ikut pelajaran saya," ucap guru itu sembari menunjuk pintu kelas. Rani berjalan keluar kelas dengan pasrah, ia sudah tidak memikirkan apa yang terjadi nantinya.
Bian sedang memainkan bola basket di lapangan bersama starlight, mereka akan menghadapi putaran final dua hari lagi. Bian ingin mendapat hasil yang maksimal dan membuktikan jika starlight memang hebat. Pandangan mata Bian tertuju pada Rani, dia tampak sangat lesu.
"Lo kenapa? Dihukum ya?" tanya Bian.
"Eh? Ngapain lo disini?" jawab Rani secara refleks karena terkejut melihat Bian.
"Lagi latihan, terus gue lihat lo murung gitu. Jadi gue kesini aja. Emangnya ada apaan sih? Lo dihukum karena apa?" tanya Bian dengan panjang lebar.
"Gue ketiduran."
"Oh, cuma itu?"
Alis Rani terangkat, ia tidak tahu apa maksud Bian. "Maksudnya gimana? Cuma itu?"
"Ya, masalah gitu doang aja kok dipusingin sih. Santai aja kali," jawab Bian dengan duduk di sebelah Rani.
"Hm."
"Dua hari lagi starlight tanding di putaran final, lo nggak ingin lihat?" tanya Bian secara tiba-tiba. Rani menatap Bian bingung, ia tidak tahu apa arti ucapan Bian ini.
"Maksudnya? Emangnya gue harus lihat? Untuk apa?"
"Ya nggak apa sih, kali aja lo mau lihat dan dukung starlight," jawab Bian sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lihat nanti aja."
Setelah percakapan itu, Bian langsung berjalan menjauh dari tempat Rani tanpa permisi. Rani menatap punggung Bian yang mendekat ke arah lapangan, ia masih tidak tahu mengapa Bian mengatakan itu padanya. Mengapa Bian seolah menyuruh dirinya untuk melihat pertandingan itu? Apakah Bian berharap jika saat bertanding didukung oleh Rani?
"Dasar nggak jelas banget," ucap Rani pelan.
Bel istirahat berbunyi, Rani sudah berada di rooftop bersama teman-temannya. Rani masih memikirkan tentang ucapan Bian tadi, ada apa sebenarnya?
"Hayo ngelamunin apa?" tanya Insha sembari menyenggol lengan Rani.
"Nggak kok, siapa juga yang ngelamun."
"Jangan bohong, kita kenal sama lo udah lama. Ngelamunin apa sih? Soal hukuman di kelas tadi?" sahut Emil dengan menatap Rani serius.
Rani menggelengkan kepalanya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANTARA [Completed] ✔
Teen FictionBiantara Langit Angkasa adalah siswa SMA Kertajaya yang duduk di kelas 11. Bian sapaan akrabnya, suka bermain basket dan menjabat sebagai ketua tim basket SMA Kertajaya. Arani Sharilla Mahajaya adalah siswi yang duduk di kelas sepuluh, walaupun masi...