Hari ini adalah hari pertama Bian menginjakkan kaki di bimbel pilihan papanya. Sebenarnya ia berniat untuk membolos, tapi Rani memaksanya untuk tetap masuk. Kalau bukan karena Rani, mungkin Bian sudah pergi meninggalkan tempat bimbel ini.
"Eh, Bian. Gue nggak nyangka bisa satu bimbel sama lo," ucap Syifa dengan menatap Bian.
Bian tidak mempedulikan kehadiran Syifa. Ia langsung berjalan masuk ke dalam kelas yang sudah disediakan.
Selama bimbel berlangsung, Bian hanya diam dan memainkan bolpoin yang ada di tangannya. Pelajaran yang dijelaskan tentor sama sekali tidak masuk ke dalam otaknya. Suara tentor itu hanya berlalu begitu saja hingga akhir bimbel.
Jam menunjukkan pukul delapan malam, Bian ingin sekali bermain ke rumah Rani. Namun ia tidak ingin mengganggu waktu istirahat Rani.
"Bian, lo anterin gue pulang ya? Gue nggak bawa mobil dan supir gue nggak bisa jemput," pinta Syifa.
"Pesen ojek online aja. Gue sibuk," jawab Bian cuek.
Syifa menatap Bian kesal. Ia langsung menelpon papa Bian dan menyuruh Edy untuk membujuk Bian.
Tak lama kemudian, ponsel Bian bergetar dan muncul nama Edy disana. Dengan cepat, Bian langsung mengangkat ponselnya dan menjauh dari tempat Syifa berdiri.
"Pasti lo yang ngadu ke papa, kan?" tanya Bian dengan nada sinis.
"Iya. Udahlah, ayo pulang," ucap Syifa lalu menarik tangan Bian hingga keluar dari tempat bimbel.
***
Rani sedang mengendarai mobilnya menuju minimarket. Ia hendak membeli mie samyang dan beberapa camilan. Tanpa sengaja, ia melihat siluet tubuh Bian yang sedang berboncengan dengan seorang gadis. Rani memicingkan matanya untuk memastikan siapa sosok itu.
"Nggak, ini nggak mungkin Bian. Dia kan lagi bimbel, masa iya jalan sama Syifa? Semoga nggak bener," ucap Rani lalu mengalihkan pandangannya.
***
Rani menekan gas mobilnya dengan perlahan. Ia menikmati jalanan Jakarta yang belum terlalu padat. Rani juga memutar playlist lagu favoritnya untuk mengisi pagi hari ini.
Pukul enam lebih lima belas menit, Rani sudah sampai di sekolah. Ia melihat sepeda motor Bian yang sudah terparkir.
"Bian?" sapa Rani.
Bian menoleh. "Eh? Maaf ya gue nggak bisa jemput."
"Nggak papa kok. Gue tau lo sibuk banget, semangat ya buat ujian sekolah."
"Makasih," ucap Bian lalu memeluk Rani.
Mereka berpisah di ujung kooridor. Rani berjalan cepat menuju kelasnya karena ia belum belajar untuk materi ulangan harian pagi ini. Bian dan Rani semakin sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mereka juga jarang bertemu seperti dulu. Tapi tidak apa, selama ini baik untuk Bian, Rani akan menerimanya.
***
Bel istirahat berbunyi, Rani sudah berada di kantin bersama teman-temannya. Mereka sibuk memesan makanan. Sedangkan Rani, pandangannya teralih menuju Bian yang sedang asyik bersama teman-temannya.
Dari arah belakang, ada Syifa yang berjalan mendekat ke arah Bian. Syifa langsung duduk di sebelah Bian. Rani menatap cukup lama kemudian akhirnya ia memilih untuk menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANTARA [Completed] ✔
Ficção AdolescenteBiantara Langit Angkasa adalah siswa SMA Kertajaya yang duduk di kelas 11. Bian sapaan akrabnya, suka bermain basket dan menjabat sebagai ketua tim basket SMA Kertajaya. Arani Sharilla Mahajaya adalah siswi yang duduk di kelas sepuluh, walaupun masi...