Page 19: How to Live As a Villain, Naira's Version Begin

679 73 0
                                    

Naira's POV

HEEEEEEE?! Jeritku dalam hati yang hanya mampu kusampaikan lewat ekpresi bengongku. "Aku akan bertanggung jawab, karena sudah dengan kurang ajar mengambil ciuman pertamamu." Kata pangeran Richardo lagi dengan wajahnya yang merah padam dan panik.

Melihat bagaimana seriusnya dia, membuatku ikutan bersemu merah. "Itu ... tidak ...." kataku tergagap yang kemudian, terinterupsi oleh suara familiar yang kukenal.

"Kecelakaan seperti itu, sama sekali tidak perlu di pertanggung jawabkan."

Aku dan Pangeran Richardo pun menoleh ke arah suara, di sana terlihat Pangeran Reynald yang sudah berdiri di samping kami berdua. Pada detik berikutnya, pangeran Reynald sudah berlutut di sisiku, lalu dengan lembut membelai pipiku. Tanpa sadar dan bisa kucegah, bibir pangeran Reynald sudah menempel dengan lembut di bibirku.

Aku yang hanya bisa mengerjapkan mata, karena belum bisa memproses kejadian yang baru saja menimpaku. Akhirnya disadarkan oleh teriakan Pangeran Richardo. "Pangeran Reynald, apa yang sudah kau lakukan pada Naira?!" serunya dengan wajah kesal.

Aku sendiri, baru menyadari kalau Pangeran Reynald sudah dengan sangat amat sengaja mencium bibirku, I MEANT NAIRA!!! Well, of course sekarang bibir ini adalah punyaku. Tapi ...

"Eh?? EH???" aku benar-benar telat merespon hal itu, hingga membuat pangeran Reynald mengecup pipiku yang kini sudah merona merah dengan gemas, "Pa-Pangeran Rey!!" seruku memanggilnya dengan terbata-bata.

Pangeran Reynald hanya tersenyum ke arahku, lalu dengan sigap menggendongku di pelukannya. "Uwah!!" seruku kaget ketika Pangeran Reynald tiba-tiba bangun dengan masih menggendongku di pelukannya.

"Kak Rey!!!" seru pangeran Richardo kali ini memanggil pangeran Reynald.

Pangeran Reynald berhenti, lalu menoleh untuk menatap ke arah pangeran Richardo yang sudah ikut berdiri dengan wajah mengernyit kesal. "Kejadian tadi hanya kecelakaan. Sudah kubilang, kan?! Akulah yang berhak menikahi nona Naira, untuk mempertanggung jawabkan kekurang ajaranku yang telah dengan sengaja menciumnya." Jelas Pangeran Reynald yang membuat wajahku kembali merona merah.

"kalian cuma sekedar sahabat, tidak ada hubungan pertunangan yang harus mewajibkanmu untuk mempertanggung jawabkan kecelakaan remeh seperti itu."

Ucap Pangeran Reynald lagi kini semakin erat mendekapku dalam pelukannya. Aku yang bingung karena grogi setengah mati tidak menyadari adanya perubahan ekspresi pangeran Richardo. Wajah kesal itu berubah menjadi marah dan kecewa. Seakan-akan tidak bisa menerima kenyataan bahwa ciuman pertama Naira yang sesungguhnya telah di rebut oleh Pangeran Reynald, saudara sepupunya.

Aku yang masih tidak begitu memahami arti dari ekspresi tersebut hanya bisa menatap Pangeran Richardo penuh tanya. Pangeran Reynald tidak salah, aku dan Pangeran Richardo sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi, selain hubungan persahabatan yang kujalin demi untuk menyelamatkan nyawaku.

Aku tau aku jahat dan egoist. Tapi, bahkan orang jahatpun gak ingin mati, kan?! Batinku.

Pangeran Reynald kembali berpaling, lalu beranjak pergi meninggalkan Pangeran Richardo yang masih berdiri mematung di sana. Aku tak bisa melakukan apa-apa karena aku memang tidak tau harus bagaimana. Aku tau ciuman itu hanya sekedar kecelakaan. Aku juga sudah menggodanya seperti itu, wajar saja kalau pangeran Richardo merasa harus bertanggung jawab.

Tanpa kusadari, sosok misterius yang semenjak tadi mengawasiku dan Pangeran Richardo mulai bergerak. Kali ini entah bagaimana, aku merasa seperti sedang diawasi. Walaupun, aku tak yakin siapa dan entah mengapa aku tidak merasakan adanya bahaya, bahkan ancaman dari hal tersebut.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang