(Session 2) Page 13: The Ridiculous Fact 3

90 8 1
                                    

Third Person's POV

Jawaban Naira barusan sontak membuat Anne terhenyak.
"Kenapa
kau berhenti? Cepat selesaikan tugasmu!!"
Ucap Naira yang kembali pada
posisinya.

"I...iya... nona..."
Anne yang masih ragu-ragu kembali menggerakkan
kedua tangannya yang bergetar.
Setelah beberapa saat Anne selesai membersihkan
tubuh Naira.
Masih dalam balutan handuk mandi. Naira Kembali duduk di atas bathube-nya.

"Anne, coba kau lihat apa semua orang sudah pergi dari
kamar? Kalau belum, suruh Derrick untuk membantumu mengusir mereka semua."
Kata Naira tegas tanpa keraguan dimatanya.

"...Tetapi... Nona Naira..."
Ucapan Anne terputus oleh satu
kalimat Naira yang kesal.

"Anne Sakura Shirenade!! Sejak kapan aku mengijinkanmu untuk membalas ucapanku?"
Tanya Naira dengan tatapan angkuh, "Kau itu pelayanku, pekerjaanmu hanyalah untuk melakukan apapun yang aku suruh!!"

Sambungnya lagi yang makin membuat Anne kehilangan kata-kata.

"Kalau kau memang keberatan dengan caraku, silahkan kau
pergi dan tinggalkan posisimu sebagai maid pribadiku. Aku tidak memerlukan maid
yang tidak mengerti akan posisinya." Tegas Naira dengan tatapannya yang tajam.

Anne yang mendengarnya langsung merasa lemas seketika, kedua
kakinya lunglai, seolah menyembah meminta pengampunan Naira, Anne menundukkan
kepalanya kelantai.

"Maafkan saya Nona Naira... saya berjanji tidak akan
melakukannya lagi. Jadi saya mohon... jangan pinta saya untuk meninggalkan anda..."
katanya bergetar seolah berusaha untuk menahan airmata-nya.

"Kalau kau memang tidak menginginkan hal itu terjadi padamu,
mulai sekatang jadilah pelayan yang menuruti semua perintahku tanpa
pertanyaan!!"
Tegas Naira kini menatap kosong kea rah Anne yang masih
membungkuk dengan tubuh gemetar di lantai.

"Baik... nona Naira..."

Beberapa saat kemudian.

"Nona Naira... saya mendapat kabar dari Butler Derrick. Kalau
Nona Naira diharapkan datang ke ruangan Kepala Sekolah Nanti sore." Kata Anne dengan
berhati-hati Ketika membantu Naira merapikan rambutnya.

Naira terdiam, Anne yang seolah sudah mendapatkan pukulan
dan trauma oleh sikap dan ucapan Naira barusan berusaha sekua tenaga untuk
tidak mengulangi hal yang sama.

Naira masih tidak berkata apa-apa. Walaupun ketika
Anne mencoba mengintip ekspresi Naira dari cermin di hadapannya.

Naira nampak seperti boneka sempurna yang kecantikannya
makin bersinar walau tanpa senyuman.

"Katakan pada Derrick untuk menyampaikan
bahwa aku mungkin akan datang terlambat."
Jawabnya yang disambut dengan senyum
oleh Anne.

"Baik, Nona Naira~" balasnya dengan senyum sumringah.
Saat ini bagi Anne, asal Nona Naira yang ia
kasihi itu masih mengijinkannya untuk berada disisinya sebagai maid pribadi.
Anne tidak memperdulikan perihal apapun, bahkan Anne sudah tidak ingin
mempertanyakan atau lebih tepatnya mengabaikan alasan atas berubahnya sikap
Naira yang tiba-tiba.

Keesokan harinya.

Reynald terlihat tengah melamun di beranda kamarnya.
Walaupun butler dan Ksatrianya sudah mencoba memanggil Reynald berulang kali,
Tuan muda mereka seolah tengah berada di dunia lain.

Reynald sendiri tidak
mampu menghentikan otaknya yang terus memikirkan Naira.
Pertemuan kemarin sore
di ruang kepala sekolah, yang dihadiri oleh Kayana, kedua kakak lelaki Naira,
kedua pangeran putra mahkota, kedua orang tuan Naira dan tentu saja kepala
sekolah Fairan Aedhira Zaephiroth.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang