(session 2) Page 26: How To End This Villainous Route (5)

64 10 1
                                    

Naira's POV

Aku sebenarnya benar-benar sudah tidak punya tenaga untuk berdebat dengan hal semacam ini.
Tapi, dengan adanya Radja yang mengawasi seluruh gerak-gerikku. 
Aku terpaksa harus tetap melakukan hal ini untuk membuatnya mengerti.
Bahwa, aku bisa saja membuang seluruh perasaanku yang selama ini kumiliki
terhadap sang Pangeran.
Hanya agar aku bisa menyelamatkan diriku sendiri.

Batin Naira yang masih menyunggingkan senyum menyeringai seorang villain.

"Ohh dan kalau aku ingat-ingat lagi, bukankah ada seseorang yang juga meski sudah mengetahui bahwa saya adalah tunangan Pangeran Richardo."
"dirinya masih dengan penuh percaya diri memberikan tatto cincin kupu-kupu emas."
kataku yang kini mengangkat tinggi-tinggi tangan kananku.

"coba lihat Kyo ... sekarang katakan, siapa yang sama sekali tidak bisa menjaga perilakunya."
ucapku dengan berat hati.
yang memang masih dengan tujuan untuk membuat para pangeran membenciku.

Aku bisa melihat bagimana kedua mata Pangeran Reynald yang tajam itu menatapku dengan penuh kebencian.
kedua kakinya yang jenjang itu melangkah cepat mendekati kami.
Tanpa bisaku cegah
tangan pangeran Reynald terjulur ke arahku dan menarik tubuhku kedalam pelukannya.

Kyuven yang terlambat beraksi malah terpental jatuh oleh sesuatu kekuatan yang tak terlihat dengan kasat mata.
"Kyuven!!"

jeritku yang malah membuat kepalaku semakin bertambah pening dan sakit.
"Pangeran Reynald ... turunkan saya sekarang juga."
Ucapku berusaha tegas, kepada sosok yang kini tengah menatapku dengan begitu dingin.

"Kau pikir aku akan melepaskan orang yang sudah mengolokku dan perasaanku?"
katanya yang langsung membuatku pucat pasi.

Mampus aku gak sengaja nginjak bom bunuh diri ...
padahal belum juga aku bisa tidur nyenyak gegara si si@l@n Radja itu sekarang aku malah sepertinya sudah mau dihukum gantung sama pangeran Reynald.

Batinku yang sudah membuat tubuhku gemetaran dan kepalaku semakin pening.
"Pangeran ..."
"sebaiknya anda diam saja sekarang."
Tegasnya memutus kalimatku.

Membuatku kehilangan kata-kata bahkan keberanian untuk beragumen, tak hanya itu sepertinya atmospher yang dibuat oleh sang pangeran semakin membuat otot tubuhku menengang dan kaku.
Sehingga aku tak mampu lagi untuk berusaha mencoba melepaskan diri dari pelukannya yang semakin erat.

Toh aku juga yakin gak bakalan bisa melepaskan diri dari Pangeran Reynald meski aku gak sedang dalam keadaan seperti ini. 
Dengan badang Naira yang semungil ini mana bisa dirinya melawan tenaga pria sedewasa Pangeran Reynald.
Batinku.

Aku yang hanya bisa pasrah kemudian memutuskan untuk memejamkan kedua mataku yang kembali mulai terasa lelah.

tidak peduli dengan kemana Pangeran Reynald akan membawaku,
lagipula tidak mungkin dia bakalan langsung menghukum mati aku tanpa membawaku ke pengadilan kerajaan.

Aku pun dengan tenang menyandarkan kepalaku yang sudah semakin berat ke dada Pangeran Reynald yang bidang.

.
.
.

" ... Ra ..."
" ... Aira ..."
" ... Nona Naira ..."

entah sudah berapa lama aku berkelut melawan rasa kantuk dan sakit dikepala serta pening dikedua mataku
hingga suara panggilan Pangeran Reynald yang menggema itu malah terdengar sayup-sayup di telingaku.

" ... huh?"
Aku berusaha sekuat tenaga untuk membuka kedua kelopak mataku yang seolah beratnya seperti sudah merekat kuat
habis di lem besi.

Pandanganku mengabur,
tak yakin apakah aku sebenarnya sudah pingsan dan sekarang memasuki alam bawah sadar,
wilayah kekuasaan si gila Radja itu.
Karena saat ini aku tengah melihat wajah Pangeran Reynald yang sudah terlihat seperti orang yang ingin menangis.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang