(session 2) Page 30: The End?

87 8 1
                                    

Sebelumnya
Diperbatasan antara alam sadar dan bawah alam sadar Naira

"sigh" ... sepertinya mantra yang kugunakan untuk mencegahku agar tidak tertidur, tidak mempan.
batin Naira sedikit kesal dan kecewa.

"Kau tidak apa-apa?"
Tanya satu suara yang cukup familiar di telinga Naira dan cukup mampu membuat urat kesal Naira makin mencuat keluar.

"Apa aku kelihatan tidak apa-apa?"
Tanyanya lagi kini berbalik menatap mahluk yang mengaku sebagai Radja Peri itu.

"Tenang saja, aku di sini tidak bisa berbuat seenaknya untuk mengurung jiwamu."
Katanya mengangkat kedua tangan, seperti gesture menyerah.
Senyum kecutnya membuat Naira sedikit penasaran.

"Kenapa?"
tanyanya kemudian.

"Ini adalah perbatasan antara alam sadar dan alam bawah sadarmu, jadi aku tidak punya kuasa penuh terhadapmu."
"Dengan kata lain kau bisa melawanku di alam ini."
terangnya yang malah semakin membuat Naira mengernyitkan dahinya, curiga.

"Kenapa kau mengatakan hal ini kepadaku?"
"Bukankah akan lebih menguntungkan bagimu jika aku tidak tau apa-apa."
Kata Naira yang hanya ditanggapi dengan senyum simpul dari pemuda tampan dihadapannya itu.

Saat Naira mencoba untuk kembali memperhatikan mahluk yang selalu ia panggil dengan si gila itu.
naira baru menyadari bahwa kedua warna bola mata dan helai rambut di balik hoody-nya itu hampir sama seperti miliknya.
hanya saja warna yang dimiliki oleh pemuda itu lebih silverish.

"Apa kau mulai merasa simpati padaku?"
Tanya Naira kini yang mana cukup mampu membuat pemuda itu terkejut.

"Ini pertama kalinya selama aku mengenalmu, aku baru menyadari bahwa kau dan aku sepertinya berada dalam kondisi yang sama."
Kata Naira lagi kini mulai berjalan mendekati pemuda yang sedari tadi duduk di atas tempat atau sesuatu yang sama putihnya dengan ruangan yang ada di sekeliling Naira.

"Coba katakan padaku."
"Siapa kau sebenarnya ..."
Ucap Naira lembut saat meraih penutup kepala pemuda yang juga sedari tadi terdiam membiarkan Naira membuka hoodynya.
Memamerkan warna seindah permata tersebut.

Entah bagaimana Naira seolah mengingat sesuatu, atau lebih tepatnya seperti mendapat ingatan dari masa lalu Naira.
Pemilik warna mata dan rambut platinum purple adalah merupakan mahluk yang terlahir dari hasil pernikahan antara iblis dan manusia.
Naira sedikit terkejut dengan ingatan yang ia terima barusan.

Kedua bola mata berwarna cheldony itu kembali mengernyit, seolah masih meragukan hal tersebut.
Seakan mampu membaca ekspresi Naira. Pemuda itu tersenyum, sebelum kemudian meraih kedua tangan Naira.
Diciumnya kedua punggung tangan Naira olehnya.
Walaupun terkejut, entah kenapa Naira tak mampu menampiknya.

"Benar ... walaupun sebenarnya situasi kita cukup berbeda, tapi kita berdua juga sebenarnya berada dalam posisi yang sama."
"Aku adalah Xelvasiliac ... satu-satunya mahluk yang terlahir dari hasil pernikahan iblis dan manusia."
"Ayahku adalah iblis, sedangkan ibundaku adalah seorang manusia."
"Hubungan terlarang merekalah yang membuatku terlahir kedunia ini."
"Tentu saja hal tersebut sangat bertentangan dan dianggap sebagai ancaman oleh semua orang."
Terangnya mulai bercerita.

"Kau juga pasti baru saja mendapat ingatan dari dirimu dimasa lalu, kan?!"
"kelahiranku, hubungan terkutuk kedua orang tuaku, semuanya tercatat dalam buku Aiwond."
"Untuk diceritakan kepada semua generasi bahwa keberadaanku adalah aib bagi umat manusia bahkan iblis sekalipun."
"Namun, dengan belas kasih yang dilimpahkan oleh Atashi-sama ... aku bisa hidup sampai saat ini."

Naira mendengarkan kisah Xelvasiliac dengan tenang.
Gadis cantik itu juga membiarkan Xelvasiliac yang masih menggenggam kedua telapak tangannya.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang