(Session 2) Page 3: Villain's Secrets (3)

170 19 0
                                    

Third Person's POV

Setelah Araya berpamitan karena hari sudah mulai sore,
dan dia tidak ingin ada yang meras curiga dengan keberadaannya di asrama Naira.
Araya memutuskan untuk pergi menggunakan teleportasi.
Naira terlihat menghela nafas panjang,

Banyak hal yang terasa janggal dan benar-benar diluar perkiraannya.
Perihal nona Araya yang ternyata memiliki orang yang disukai,
yang mana orang tersebut bukanlah tokoh pendamping si tokoh utama.
Soal Nona Araya yang ternyata mampu melakukan sihir dasar seperti teleportasi.

Juga perihal dirinya yang juga sebenarnya merasa terhipnotis setiap kali berada di tempat yang sama dengan kedua pangeran.

Naira masih bisa mengingat penjelasan yang diberikan oleh Araya mengenai bagaimana dia juga menyadari bahwa dia mengatakan hal-hal diluar kewenangannya.

"Aku juga pada awalnya tidak yakin dengan apa yang sebenarnya terajdi."
"Dimana setiap kali aku bertemu dengan para pangeran."
"Tubuhku seolah memiliki pikirannya sendiri."
"Aku mengucapkan hal-hal yang sama sekali tidak kuinginkan."
"Namun, entah mengapa perasaanku sama sekali tidak merasa aneh dan malahan aku seolah tengah bersama orang yang aku sukai."

Naira kemudian mengingat betapa manga-manga Isekai yang selama ini ia telah baca,
meyampaikan bahwa alasan mengapa adanya ketertarikan para tokoh utama kepada sang heroine adalah karena memang sudah sesuai dengan plot yang seharusnya.

Naira kembali menghela nafas panjang.
Bukan karena dia kecewa dengan kenyataan yang ia dapat.
Tetapi lebih karena dirinya tidak tau apa yang sebaiknya ia lakukan.
Selama membaca manga-manga Isekai yang berlatar belakang dunia otome game.

Akan ada saat dimana Naira harus strugling dalam melawan alur cerita yang sudah dirancang di dalam sistem tersebut.
Dengan kata lain adalah melawan takdir.
Naira juga mengingat bagaimana Araya meminta tolong Naira untuk dapat membantunya.

"Soal apa?"
Tanya Naira sedikit aware.
"Sebenarnya aku sekarang tengah mencari sakusha."
Kata Araya.
"Sakusha??"
Tanya Naira memiringkan kepalanya bingung.

"Itu adalah istilah seorang pencipta dalam dunia ini."
"Dimana maksudku adalah pengarang Otome Game yang menjadi dunia kita saat ini."
"Ada di dunia ini juga."
Terangnya membuat Naira benar-benar terkejut dengan kedua mata indahnya yang sudah membelalak lebar.

"Maksudmu?"
"Pengarang Otome Game itu juga mati dan terlempar ke dunia ini??"
Tanya Naira lagi masih tidak bisa mempercayai ucapan Araya.

"Aku tidak tau."
"Tapi ... sebenarnya hari dimana aku meninggal karena kecelakaan itu."
"Orang itu juga ada di sana bersamaku."
"Dia bahkan berusaha untuk menolongku."
Terangnya pada Naira.

"... Apa anda yakin bahwa pengarang Otome Game ini juga ikut mati bersama anda?"
Tanya Naira lagi dengan satu alis terangkat.

Araya seolah memperlihatkan wajah desperate pada Naira.
"AAAAAAARGH aku tidak tauuuuuu ... lalu aku harus bagaimana, dong??"
Tanya Araya yang malah membuat Naira sweatdrop.

"Aku tau ini gak boleh dan sangat keterlaluan."
"Sebenarnya mengenai orang itu ikut mati bersamaku dan terlempar ke dunia ini hanyalah sebatas dugaan saja."
"Aku bahkan gak tau bagaimana nasib orang itu."
Terangnya lagi menarik rambutnya sendiri.

"Apa Nona Araya berharap kalau orang itu mati saja?"
Tanya Naira sedikit menggoda.
"Ehh ... bukan-bukan begitu, sebenarnya sih, ya ... agak berharap sedikit."
"Tapi, enggak kok, kalau dia masih hidup, ya nggak apa-apa ...."
Katanya lagi bingung sendiri.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang