(session 2) Page 22: How To End This Villainous Route (1)

77 6 0
                                    

Naira's POV

Setelah merasa tenang dengan secangkir milk tea hangat dari Anne, akhirnya aku pun mulai perbincangan dengan Kyuven, Anne dan Derrick, setelah memastikan bahwa si rese Radja itu tidak sedang mengintip maupun menguping pembicaraan kami.
Tentu saja dengan Skill sihir coba-cobaku lagi.
Aku melantunkan mantra aneh yang berharap bahwa sihir untuk membuat aku, Kyuven, Anne dan Derrick mampu melakukan telepathy.

Jadi saat ini di dalam kamarku, kami berempat terlihat tengah menyeruput teh dan makan cemilan dengan santai sementara Kyuven tengah tiduran dipangkuanku dengan manjanya.
Meskipun terlihat sunyi senyap tanpa suara sebenarnya kami berempat tengah berbincang-bincang di dalam pikiran kami.

"Kamu bertemu orang asing di menara tuan penyihir?"
Tanyaku pada Kyuven yang sudah memperlihatkan ekornya tengah bergoyang-goyang.

"Benar ...."
jawabnya yang mendengkur senang ketika tanganku membelai kepalanya.

"Apa kamu bisa menjelaskan bagaimana sosoknya?" tanyaku lagi penasaran.

"Dia punya warna rambut dan bola mata berwarna madu .... "jelas Kyuven.

"Hanya ada satu orang yang memiliki warna mata dan rambut seperti itu."
Kataku kembali menyeruput milk tea.

"Bukankah kepala sekolah juga memiliki warna rambut dan bola mata seperti itu."
Kata Anne mencoba mengontrol ekspresinya.

"... Bukan 'juga' Anne, tetapi memang dialah orangnya ... entahlah, aku merasa pak kepala sekolah Aedhira itu pasti memiliki hubungan dengan Araya dan Radja ... atau bisa dibilang kalau mereka bertiga sebenarnya memang bersekongkol."
Jelasku yang kini menyandarkan punggungku pada kursi.

"... Araya, kepala sekolah dan Radja ... mereka adalah orang-orang yang terpaksa harus kulawan, dengan atau tanpa bantuan para pangeran dan tuan penyihir ...."
Ucapku lagi.

"Saya mohon Nona Naira, jangan melakukan hal-hal berbahaya lagi."
"Saya sudah mengantarkan surat Anda dan ternyata para pangeran, tuan penyihir Delarion serta kedua tuan muda tengah berkumpul di kamar Pangeran Richardo."
Terang Anne.

"Tuan muda itu... maksudmu ... para kakak?"
Tanyaku lagi yang hampir saja berjingkat dari sofa.

"Benar Nona ...."
"Mereka berlima tengah berkumpul di sana untuk membahas cara menyelamatkan Anda."
"Bahkan sebelum saya mengantarkan surat dari Anda, sepertinya mereka berlima memang sudah memiliki rencana sendiri untuk membantu Anda."
Terang Anne lagi panjang lebar dengan senyum terukir di bibirnya.

Aku hanya bisa memejamkan mata, senyum tipis terpamer dibibir mungil Naira.

"Saya tau kalau para pangeran dan tuan muda juga tuan penyihir Delarion tidak mungkin percaya tentang akting Anda."
Ucap Derrick yang sudah ikut menyandarkan punggungnya di single chair.

"Apa aktingku seburuk itu?" tanyaku dengan polosnya.

"Tentu saja tidak, saking hebatnya akting Anda, Anne sampai mau bunuh diri, kan?!"
Kata Derrick yang entah kenapa malah di dukung anggukan setuju oleh Anne.

"Saya sendiri saja hampir sempat mempercayai perubahan pada diri Anda."
"Tetapi, sama seperti para pangeran, kedua tuan muda, serta tuan penyihir Delarion."
"Perasaan sayang ini tidak mungkin kalah oleh bagaimana sikap Anda pada kami."
Kali ini Anne menerangkan dengan bibir yang memperlihatkan senyum bahagia, ketika berpura-pura menyeruput secangkir teh di tangannya.

"Nona ... bagaimanapun, kami percaya bahwa perubahan sikap Anda, pasti dipengaruhi oleh sesuatu dan apapun itu, kami ingin sekali membantu Anda."
Derrick sekali lagi menjalaskan padaku.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang