Page 22: How To Live as A Villain, Naira's Version part four

549 56 1
                                    

Richardo's POV

"Selamat siang Pangeran Richardo." Sapa seoarang gadis padaku dengan ramahnya. Senyum di bibirnya mengembang saat menatapku.

Gadis yang bernama Araya itu kembali muncul di hadapanku. Kali ini ketika aku ingin menghabiskan waktu sendiri di taman belakang kampus. Padahal aku sudah yakin tempat ini tidak pernah didatangi oleh siapapun. Buttler dan Maidku pun sudah memastikannya untukku. Tapi, bagaimana bisa gadis ini tau kalau aku sedang ada di sini sekarang?

"Selamat siang Nona Araya, suatu kebetulan bisa bertemu anda di sini."
Sekali lagi aku merespon setiap kata dan kehadirannya. Padahal, sewaktu bersama Naira, aku bisa dengan mudah mengabaikannya. Tetapi, setiap kali aku sendirian seperti ini, seolah ada sesuatu yang mempengaruhi otak dan hatiku, karena entah bagaimana secara otomatis aku menjawab seluruh sapaannya.
Aku juga bahkan bisa tersenyum seolah gadis itu bukanlah suatu pengganggu, melainkan sesorang yang sama menyenangkannya dengan Naira.

"Pangeran Richardo hari ini sendirian saja? Apakah Nona Naira tidak sedang bersama anda?" tanyanya yang sebenarnya kuanggap kurang ajar. Tetapi, senyum dan tatapan gadis itu seolah menghipnotisku.

"Benar sangat disayangkan." Ucapku kali ini dari lubuk hati yang terdalam.

"Apakah saya boleh berada di sini untuk menemani anda? Itupun jika Yang Mulia tidak merasa terganggu dengan kehadiran saya." Katanya yang ingin sekali kujawab dengan penolakan. Tetapi ...

"Tentu saja Nona Araya, saya akan sangat senang jika anda mau bersedia untuk berada di sini lebih lama lagi dengan saya." Ucapan yang keluar dari bibirku malah keterbalikannya.

Diriku seolah dikendalikan oleh suatu kekuatan aneh yang membuatku tak bisa mengatakan hal yang sebenarnya. Aku bahkan membiarkan diriku bercengkrama dengan gadis yang kuperkirakan sudah lama menguntitku tanpa sedikitpun rasa risih atau curiga, karena setiap kali aku melihat senyum dan tatapan wajahnya, jantungku berdetak cepat dan seolah ada perasaan bahagia yang menggelitik di dalam hati.

Aku tidak terlalu menyukai sensasi tersebut, karena aku percaya bahwa itu bukanlah murni perasaanku terhadapnya. Meskipun, aku berusaha untuk mengacuhkannya, kekuatan misterius yang entah berasal dari mana itu memaksaku untuk melakukan hal yang tak kuinginkan. Setelah gadis yang bernama Araya itu pergi, barulah aku kembali kekesadaranku.

Sekembalinya aku di kamar,
Kali ini muncul gangguan yang dari orang yang sama sekali tak ingin kuhiraukan, Pangeran Reynald. Orang yang selalu kupanggil Paman karena usianya yang jauh lebih tua dibandingkan denganku. Walaupun, kami berdua sebenarnya adalah saudara sepupu. Biar bagaimanapun, dia sudah benar-benar dengan sengaja mengajukan pertunangan pada Nona Naira.

Padahal dia sudah tau bahwa nona Naira menolakku karena adanya perubahan dalam perasaannya. Aku juga tidak tau entah sejak kapan Nona Naira menyukai Pangeran Reynald. Dia bahkan dengan terang-terangan walaupun tanpa disengaja sudah mengungkapkan perasaannya. Tetapi, Setelah Naira mengatakan bahwa dia tidak ingin ada pembahasan lebih lanjut lagi mengenai masalah pertunangan dan hal itu ditujukan bukan hanya untukku, namun juga kepada Pangeran Reynald.

Sejak saat itu aku menganggap bahwa hal tersebut berarti masih ada kesempatan untukku, tinggal bagaimana caranya agar aku bisa membuat Naira kembali menyukaiku lagi seperti dahulu. Panggilan mengganggu itu tak berhenti meski sudah kuabaikan. Akhirnya, kuputuskan untuk menerima panggilan melalui sihir komunikasi itu.

"Kalau tidak ada masalah yang penting, akan kututup." Ucapku dengan ketus.

"Cepat ke kamarku kalau kau ingin bertemu dengan Naira." Katanya yang membuat mataku terbelalak dengan sempurna. Naira sekarang ada di KAMAR PANGERAN REYNALD???
Aku pun tak berniat untuk mengulur waktu, karena memikirkan Naira berduaan dengan Pangeran Reynald saja sudah membuat bulu kudukku berdiri.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang