Page 8: The Life of A villain part Five

1.2K 129 6
                                    

Naira's POV

Aku menggosok-gosok mataku yang terasa panas. Kupaksakan tubuh kecilku yang terasa berat untuk bangun. Kyuven merengek di sampingku seolah masih ingin menghibur hatiku.

Sepertinya aku sudah terlalu banyak menangis. Kulihat matahari sudah meninggi di luar jendela kamarku. Sepertinya aku ketiduran setelah puas menangis. Aigooo apa aku sudah mulai berubah menjadi anak kecil beneran?

Batinku malu sendiri.

Mengingat bagaimana aku menangis sejadi-jadinya bahkan meski Kak Arvan dan Ayahanda datang untuk menenangkanku. Rupanya hal tersebut tak mampu untuk membuatku tenang.

Aku bahkan merasa tidak enak pada Anne yang sudah berusaha sekuat tenaga menenangkanku. Bukannya berhenti aku malah tambah menangis kencang.

Ya Tuhan ... goncangan jiwa dan hormonku lebih parah ketimbang ketika aku lagi PMS. Gosh!!! Keluhku.

Klek!! Suara pintu kamarku terbuka, aku melihat wajah Anne begitu dia masuk.

"Nona!! Anda Sudah bangun? Apa anda baik-baik saja? Anda pasti lapar, kan? Tunggu sebentar ya, saya sudah menyiapkan hidangannya."

Anne yang sudah berlari mendekat karena cemas mulai menanyaiku secara bertubi-tubi. Perhatiannya yang walau memang selalu berlebihan tetap membuat hatiku terenyuh.

Sebelum, dia kembali beranjak pergi untuk mengambil hidanganku. Kutarik lengan seragam Anne dengan ragu.

"... Maaf ... Anne ...." Ucapku masih terdengar serak.

Get a hold of yourself Naira. Kamu gak boleh nangis lagi. Sudah cukup!! Seruku dalam hati.

"Padahal tadi Anne sudah berusaha menenangkanku yang tiba-tiba menangis. Tapi ... aku malah menangis semakin kencang dan membuat kegaduhan."

Anne berlutut di samping tempat tidurku. Mencoba menatapku yang tengah merunduk. "Nona Naira?" panggilnya padaku mencoba untuk menarik perhatianku yang masih tak mampu untuk menatap wajahnya.

"Apa Nona Naira membenci saya?" tanya Anne yang langsung membuatku terkejut.

"Tidak. Mana mungkin aku membencimu Anne. Aku suka padamu kog sungguh." Ujarku dengan tatapan serius yang malah membuat Anne terkekeh

"Kalau memang begitu, Nona Naira tidak perlu meminta maaf." Ucapnya sembari mengusap kepalaku.

"Tapi ... aku ... sudah sangat keterlaluan pada Anne ... aku benar-benar menyesal ... maafkan aku." Ujarku lagi mengalihkan pandangan karena malu.

"Nona Naira ... apa Nona tau sebesar apa rasa sayang saya pada anda?" tanya Anne padaku yang kubalas dengan gelengan kepala.

"Bahkan jika Nona mengatakan benci kepada saya, ataupun jika Nona memukul hamba dan kalaupun hamba harus mati ditangan Nona Naira tanpa alasan ... saya Anne Sakura dari keluarga Viscount Shirenade tidak akan pernah membenci anda."

Tutur Anne padaku dengan senyum yang entah kenapa membuat bulu kuduk di belakang leherku bangun semua.
"Jadi Nona Naira tidak perlu meminta maaf pada seorang Maid seperti saya."
"Saya ada demi Nona, saya hidup hanya untuk Nona ... jadi Nona Naira tidak perlu mencemaskan saya." Jelasnya lagi kali ini memegang kedua tanganku dan mengatupkan di dalam genggaman tangannya.

SHOOT!!! Kenapa aku merasa ada hawa-hawa Yandere di novel ini?

Well mengingat perjuangan Pangeran Reynald yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan cinta Araya. Sampai memecahkan perang dengan kekaisaran saudaranya sendiri, aku rasa itu juga bisa disebut dengan obsesi Pangeran yandere, ya?! Keluhku

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang