(Session 2) Page 16: Villain in Demand 3

90 11 0
                                    

Naira's POV

Tubuhku terbaring terlentang di sebelah Kyuven, setelah berjam-jam ditemani oleh Anne dan Derrick tanpa jawaban dan hasil yang pasti aku pun menyerah.
Berharap akan adanya keajaiban yang membuat para pangeran, kedua kakak dan tuan Penyihir Delarion mengetahui situasiku tanpa harus aku yang mengatakannya.
Karena si gila yang terus menerus memantauku seperti cctv.

Sebenarnya, kalau dilihat dari sisi kehidupanku sebelum menjadi Naira, aku pikir hal ini tidak seberat permasalahanku yang dulu.
Lagipula si gila itu juga gak kalah tampan kalau dibandingkan dengan para Capture Target.

Hanya saja, kalau harus kembali meyakini bahwa ini adalah dunia nyata juga dan orang-orang di dunia fantasi ini adalah mahluk yang juga bisa mati dan belum tentu mendapatkan kesempatan ke dua untuk hidup seperti diriku ini.

Aku jadi merasa ngeri sendiri, kalau harus menyerahkan diriku pada si gila itu.
Menjadi musuh Aiwond karena ingin menguasainya.

(Benar ... aku tidak bisa begitu saja menyerah dengan rencana jahat nona Araya, kepala sekolah dan si gila itu ... kalau saja aku tau dalang di balik semua ini.
Aku yakin si gila ini bukan hanya bekerja untuk nona Araya dan pak kepala sekolah.
Tapi, siapa?)

Tanyaku pada diri sendiri.

Aku sebenarnya juga tidak ingin dibenci oleh orang-orang yang kusayangi.
Tetapi, kalau harus membayangkan jiwa ini akan diseret paksa oleh si gila itu jika aku tidak berhasil membuat para Capture Target memihak nona Araya.

(This is nuts)

(Kalau saja aku bisa melakukan telepati)
Kataku lagi kini memeluk tubuh Kyuven dengan manja
(Tapi siapa juga yang bisa menangkap sinyal telepatiku ini?!)
Gerutuku dalam hati lagi yang kini menatap Kyuven yang menatapku balik dengan ekspresi penuh tanya.

(Whatever-lah)

chirp chirp chirp

Third Person's POV

Kicauan suara burung membangunkan Naira yang kurang tidur dengan pulas semalaman.

"Mmmnh ...."

Gadis mungil itu menggeliat, meringik dalam tidurnya yang dirasa kurang karena terlalu banyak berpikir. Sampai kemudian pelukannya yang erat pada tubuh berbulu lebat Kyuven berubah menjadi sentuhan halus pada kulit mulus dan hangat.

Masih belum cukup mampu membuat Naira tersadarkan, jilatan lembut pun mendarat di pipinya.
"selamat pagi Nona Naira~"

"Pagi juga ... Kyu ...."
Ketika Naira tanpa sadar membalas sapaan hangat dari suara merdu nan asing di sampingnya.
Saat itulah Naira terbangun sepenuhnya.

WHAAAAAAAA!!!

Jeritan Naira yang mengundang Anne dan Derrick dengan panik, semakin membuat kedua orang kepercayaan Naira itu dalam posisi waspada dan bahkan Derrick kembali berubah menjadi The Black Buttler.
Namun, bukannya takut, cowok seumuran pangeran Reynald itu malah dengan santainya menggelayuti Naira dengan manja.

"Cepat lepaskan nona Naira!!!"
Derrick yang sudah siap dengan pisau lipat di sela-sela jarinya dan Anne yang sudah bergerak mendekat dengan hati-hati masih tidak mampu membuat cowok ganteng yang bertelanjang bulat itu bergeming.

[Nona Naira, apa yang sebenarnya ingin di lakukan oleh Anne dan Derrick]
Tiba-tiba saja satu suara muncul di dalam otaknya.

Naira menoleh ke arah cowok yang tengah memeluk tubuh mungilnya dari belakang, tangan Naira bergerak membentuk gestur untuk berhenti kepada kedua Maid dan Buttler-nya.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang