Page 25: Love And Lie (part two)

343 37 0
                                    

Naira's POV

Malam harinya di kamar Naira, setelah makan malam.

Knock-knock-knock!!!

Suara ketukan terdengar dari balik pintu asramaku. "Siapa?" tanya Anne mewakiliku yang tengah disisiri olehnya. Suara Derrick terdengar di luar sana. Annepun beranjak meninggalkanku untuk membukakan pintu buat Derrick yang meminta ijinku agar dipersilahkan masuk. Kyuven yang semenjak tadi tengah menggelayutiku, langsung bergegas menuju kebawah kolong tempat tidur.

Dia selalu bisa melakukan hal tersebut setelah mendapatkan pelatihan dariku. Well, tak mudah untuk meminta Kyuven yang mungkin sangat terlalu menyayangiku untuk meninggalkanku tanpa keterpaksaan. Akhirnya yang bisa kulakukan untuknya adalah membuat duplicatku dikamar untuk menemaninya. Itu adalah sihir tersulit yang kupelajari sendiri dan untungnya tidak ada seorangpun yang tau, selain Kyuven.

Aku juga meminta Kyuven untuk berlatih bersembunyi setiap kali terdengar bunyi ketukan, entah di pintu maupun di jendela dan hanya akan keluar apabila mendengar suaraku memanggilnya. Contohnya seperti tadi. Tanpa kusuruh pun, Kyuven sudah memahami arti ketukan itu harus sembunyi di bawah tempat tidur dan tidak akan keluar selama suaraku belum memanggil namanya.

"Ada apa? Kau tau kan Nona Naira akan segera beristirahat." Kata Anne agak sedikit cemberut dengan bagaimana Derrick telah menginterupsi ritual Anne, yaitu mendandaniku sebelum tidur. Dandanan macam apa? don't worry, cuman sisiran sama pijat kepala, pundak, lutut, kaki, kog.

"Aku juga tidak suka mengganggu waktu istirahan Nona Naira. Tapi, Pangeran Richardo ingin bertemu dengan Nona." Kata Derrick yang membuatku melompat dari kursi dan langsung meluncur ke kasur.

"Tolong bilang saja pada Pangeran Richardo kalau aku sudah tidur." Kataku pelan yang masih mampu terdengar oleh Derrick, bahkan ...

"Sebegitu enggannya kah Nona Naira untuk menemui sahabatnya sendiri?" tanya suara familiar di balik pintu kamarku. Aku tersentak bangun dan melihat sosok Pangeran Richardo sudah muncul dari balik punggung Derrick.

Aku tersenyum pada Derrick dan kurasa Derrick mengerti sekali makna dari senyumku itu yang sesungguhnya. Senyum yang berarti keluhan, senyum yang memiliki kalimat tanya yang tak perlu di sampaikan dengan suara, senyum yang mampu menyampaikan "Kenapa kau gak langsung bilang saja kalau Pangeran Richardo sudah ada di belakangmu, sih ... Derrick???" pada Derrick yang membalasnya dengan senyum sesal dimana dia meminta maaf.

Aku pun hanya mampu menghela nafas dalam hati. Dengan terpaksa aku turun dari tempat tidur dan mengambil syalku. Aku tidak bisa membiarkan Pangeran Richardo berada di kamar ini karena Kyuven. Jadi aku harus membawa semua orang dari kamar ini, agar Kyuven bisa keluar dengan duplicat-ku. Aku pun meminta Derrick dan Anne untuk mengantar Pangeran Richardo ke gazebo dekat kamar, dengan alasan akan berganti pakaian yang lebih hangat. Aku memanggil Kyuven keluar dari kamar. Lalu mengaktifkan Duplica ku untuk menjaga Kyuven menggantikanku.

Kemudian, di Gazebo dekat asramaku. Anne dan Derrick menyuguhkan cokelat panas dan kue kering untuk kami berdua. Setelah aku meminta mereka meninggalkan kami. Kini tinggal aku dan Pangeran Richardo tengah duduk saling berhadapan dengan wajah serius.

"Apa kau sengaja menghindariku?" katanya dengan dingin.

Iya ... betul. Jawabku dengan senyum manis, of course sayangnya itu hanya mampu kusampaikan dalam hati. Masked face set. Aku pun memulai another Drama. "Saya tidak bermaksud menghindari Yang Mulia." Jawabku menunduk dengan ekspresi takut.

"Lalu?" tanya Pangeran Richardo lagi, sepertinya tidak terpengaruh dengan wajah memelasku.

"Saya ... Saya hanya takut kalau Pangeran Richardo akan memarahi saya mengenai perihal tersebut." Kataku blak-blakan saja, sok pura-pura innocent dengan masih mengenakan topeng berwajah takut.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang