Page 16: The Villainous Charms part three

716 67 1
                                    

Third Person's POV

Ini sudah hari ke tiga dan tinggal tiga hari lagi, Naira adiknya akan masuk sekolah khusus untuk para Nobless. Namun, masalahnya Arvhein masih belum bisa menemukan cara membantu adik perempuan satu-satunya itu. Meskipun, Arvhein berusaha mengulur waktu sekalipun, Naira tidak mungkin menyerah, Ia tau adiknya memiliki kekuatan yang tak mampu dijelaskan.

Mantra yang seharusnya baru bisa dikuasai dalam kurun waktu berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan. Bagi Naira yang masih sekecil itu untuk bisa menguasai mantra sulit tersebut dalam sehari, hal itu bisa dikatakan sangat mengerikan. Arvhein takut apabila Naira akan melakukan hal nekat lagi, jika dirinya tidak segera membantunya.

Arvhein menghela napas berat. Tidak pernah dia sangka bahwa satu-satunya cara adalah dengan menemui Penyihir berambut hitam di menara Mage kerajaan Iztanha, Kayana Raz Delarion. Pasalnya, Kayana dan Arvhein memang sudah lama menjadi musuh bebuyutan. Tapi, Kayana sebagai seorang Wizage lah yang paling bisa membantu Arvhein untuk saat ini.

Hanya saja, bagaimana caranya Arvhein akan membawa topik tersebut? Karena bagaimanapun, dia tidak mungkin mengatakan kalau mantra yang sedang ia cari itu adalah untuk membantu adiknya menyembunyikan sosok seekor Chimera. Tapi, karena dirinya yang seorang Frostranger, mantra tersebut sangat tidak diperlukan. Walaupun pada dasarnya dirinya juga seorang Mage.

Bagi Arvhein, menemui Kayana saja sudah membuatnya enggan. Apalagi, harus meminta bantuan pada cowok yang seusia Pangeran Richardo itu. Tapi, demi adiknya Arvhein akan melakukan segala hal, walaupun hal yang paling dibencinya sekalipun.

Naira terlahir dengan warna iblis yang tidak bisa dijelaskan. Padahal dia dan Roland terlahir dengan warna rambut dan bola mata semirip Ayahanda dan Ibunda mereka. Arvan bahkan masih ingat kalau dalam keluarga Archduke generasi sebelumnya tidak pernah ada yang memiliki warna iblis seperti Naira.

Meski banyak yang mengatakan kalau Naira dikutuk, Arvhein dan Roland tidak pernah menghiraukannya. Ia tau, kalau dirinya dan Roland sangat menyayangi Naira, melebihi diri mereka sendiri. Adik perempuan satu-satunya yang sudah membuat mereka jatuh cinta, bahkan sebelum anak itu lahir ke dunia.

Di Faireniyan. terdapat dua warna yang dikabarkan jika dia terlahir dengan kekuatan sihir, maka dirinya akan dikaruniai kekuatan Iblis. Seperti halnya dengan Kay, yang terlahir dengan rambut berwarna hitam pekat dan mata semerah darah. Lalu Naira yang terlahir dengan rambut dan bola mata berwarna ungu.

Mereka berdua terlahir dengan kekuatan sihir yang kehebatannya bisa terbilang mengerikan. Hingga dianggap sebagai iblis karena karunia tersebut. Bedanya, Kayana yang sejak awal adalah seorang yatim piatu, ditampung oleh Maharaja yang mulia dan tinggal di menara Mage sebagai penyihir terkuat.

Hingga saat inipun, tak ada Wizard, Mage, Cleric, Warrior, bahkan Ninja yang mampu mengalahkan Kayana. Arvhein yakin, kalau Naira-lah satu-satunya yang mampu menandingi kekuatan Kayana. Tapi, Arvan tidak ingin kalau sampai kekuatan yang dimiliki oleh adik perempuannya itu, terdengar sampai ke telinga Maharaja. Arvhein tidak ingin kehilangan Naira. Maka dari itulah, Arvhein harus bisa meyakinkan Kayana agar mau membantunya, tanpa harus mengatakan bahwa hal itu adalah untuk adiknya.

Kemudian, di perpustakaan menara Mage Kerajaan Iztanha.

"Kau ingin aku membantu temanmu?" tanya Kay dengan lirikan curiga.

"Benar ... kau tau bukan kalau aku hanya seorang Frostranger. Pada dasarya kemampuanku bukan untuk melakukan mantra sulit seperti itu." Jelas Arvhein sedikit gugup.

"Lalu?" tanya Kayana lagi tanpa ekspresi.

"Maka dari itu, aku datang padamu untuk meminta bantuan ...." Jawab Arvhein lagi sedikit mengernyit.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang