(session 2) Page 14: Villain in Demand

74 10 0
                                    

Third Person's POV

Keesokan harinya.

Reynald terlihat berjalan cepat menuju ke ruang kepala sekolah akademi Fairan.
Ketika dirinya membuka daun pintu kembar ruangan tersebut.
Terlihatlah di seberang sana.
Sosok Naira yang tengah memunggunginya dan Araya yang sudah menoleh ke arahnya dengan wajah sendu, seolah akan siap untuk menangis.

"Anda sudah datang, Pangeran Reynald."
Ucap Kepala Sekolah Aedhira yang menyunggingkan senyum dari balik mejanya.

"Ada keperluan apa anda memanggil saya kemari?"
Tanya Reynald kini melangkah mendekati sosok Naira yang masih tak bergeming
dari tempatnya berdiri.

"Saya baru saja mendapat laporan dari nona Naira
kalau Araya, keponakan saya telah melakukan beberapa pelanggaran."
Jelas Kepala Sekolah lagi yang kini semakin membuat Araya panik.

"Lalu? Apa hubungannya dengan anda memanggil saya kemari."
Tanya pangeran Reynald lagi yang sekali ini tidak terpengaruh oleh
nona Araya, dikarenakan keberadaan Naira yang juga berada di dalam ruangan
tersebut.

"Saya ingin meminta maaf atas kelancangan keponakan saya, yang sudah
memaksa anda untuk dating ketempat seperti itu di waktu malam."
Jelasnya yang membuat sang pangeran tertegun hingga kemudian melempar pandangannya pada Naira.

"Tuan Aedhira. Saya tau anda sangat menyayangi nona Araya sebagai
keponakan anda."
Katanya mengawali sembari memperlihatkan gesture yang seolah cemas,
"tetapi... sebagai seorang gadis yang bahkan tidak memiliki hubungan apapun dengan sang pangeran. Bukankah akan sangat membahayakan posisi nona Araya nantinya."
Sambung Naira lagi.

"...Te-tetapi... saya... sama sekali tidak mengundang..."
Ujara Araya terbata-bata, namun kalimatnya dengan seketika di potong oleh Naira.

"Saya sangat memahami perasaan anda nona Araya.
Saya tau kalau anda punya perasaan khusus terhadap Pangeran Reynald.
Tetapi, bukan berarti anda bisa pergi malam-malam seperti itu dan mengundang yang mulia putra mahkota Negara Ceylon dan berduaan dengan beliau."
Terangnya yang malah membuat Pangeran Reynald tertegun luar biasa.

"Bagaimana kalau seandainya hal ini diketahui oleh orang selain saya.
Bukankah nama kepala sekolah Zaephiroth akan tercemar karena perbuatan dan
kelalaian anda."
Katanya yang kini semakin membuat Araya terpojok.

"...Tapi... saya..."
Araya yang berusaha menahan airmatanya masih tidak mampu untuk membela diri.

"Tuan Zaephiroth, bukankah akan adil jika anda tidak mendiskriminasi
nona Araya hanya karena dia adalah keponakan anda?
Ayahanda dan yang mulia kaisar Yashura juga tidak akan
menyukai hal ini jika saya harus terpaksa mengatakannya pada mereka, bukan?!"

Penuturan Naira yang kali ini terdengar mengancam.
Membuat Pangeran Reynald akhirnya angkat bicara.

"Nona Naira..."
Panggilnya yang masih tak mampu membuat gadis itu menoleh ke arahnya.

"Jika memang anda menganggap pertemuan saya dengan nona Araya itu di sengaja.
Lalu bagaimana dengan anda sendiri?"
Tanya Pangeran Reynald yang menatapnya dengan perasaan terluka dan kecewa.

"Saya? Saya sedang dalam perjalanan kembali dari latihan sihir."
Jawabnya yang semakin membuat Pangeran Reynald terkejut.

"Sejak kapan anda belajar sihir diluar jam sekolah??"
Tanya Pangeran Reynald yang kini dengan terpaksa harus menarik lengan Naira agar gadis cantik itu mau menatap ke arahnya.

"Aduh... sakit...apa yang anda lakukan..."
Katanya merengek yang seketika membuat Reynald tersadar bahwa amarahnya membuat dirinya tanpa sadar berbuat kasar pada gadis yang sangat ingin dimilikinya.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang