(Season 3) 6. The Hidden Page 3 - Reynald POV

9 0 0
                                    

[Aku rasa kalau saat itu anda mendapatkan kartu undangan yang sama dari nona naira.][anda pasti juga akan langsung setuju untuk datang ke pesta ulang tahunnya.]Ucap gaharu yang mana aku benarkan.

"terima kasih.""kami akan sangat menghargai dan menunggu kedatangan anda."Ucapku sedikit membungkuk hormat.

"Apa semua orang mendapatkan undangan yang sama?"tanyanya padaku dengan tatapan serius.

"Ahh jika yang anda maksud adalah undangan buatan tangan adik saya.""Hanya andalah yang menerimanya."jawabku kembali dengan senyum bisnis.

"Ohhh~"Responnya padaku.

"Begitukah?"katanya lagi memasang senyum yang mana aku bisa mengartikannya.

Walaupun entah kenapa aku sangat merasa iri dengan bagaimana diriku di dunia ini mendapatkan undangan istimewa dari naira.Harusnya kemarin aku meminta naira untuk membuatkan dua surat.agar bisa kusimpan salah satunya untuk diriku sendiri.Batinku agak lumayan keki.

"Karena urusan saya di sini sudah selesai, saya pamit undur diri dulu, yang mulia."Kataku sedikit menunduk memberi hormat padanya, sebelum aku berpaling untuk beranjak dari lokasi.

"Ah, tunggu dulu ... Roland."serunya tiba-tiba mencegahku untuk pergi.

"Apa kau punya waktu?""Aku ingin mengobrol denganmu."Sambungnya lagi yang cukup membuatku tertegun.

Siang itu di dalam gedung tua di area lahan terlarang.

"Apa ada sesuatu yang ingin anda bicarakan di tempat seperti ini, yang mulia?"tanyaku padanya yang malah menuntunku ke suatu ruangan.

Di dalam ruangan tersebut terdapat meja dan kusi yang ditutupi dengan lembaran kain putih."Jujur saja, aku tidak ingin ada orang lain yang mendengar obrolan kita."Jawabnya yang mana membuatku sedikit mengernyit.

"Ohh ... seberapa rahasiakah perbincangan ini, yang mulia."tanyaku sedikit menggodanya.

"Ini mengenai adik perempuanmu ku dengar dia lahir dengan warna yang tidak biasa."Katanya yang sudah duduk di kursi setelah menyingkap kain putih berdebu tersebut.

"Warna ungu seindah batu cheldonian.""Meskipun aku memang belum pernah bertemu dengan adikmu.""Sudah terlalu banyak rumor yang muncul dari mulut orang-orang di sekitar kita."Jelasnya lagi dengan senyum datar.

"Lalu?"tanyaku dingin padanya yang enath kenapa tidak begitu menyukai topik ini.

Mungkin beginilah yang akan dirasakan Roland dan Arvhein jika seandainya aku juga menanyakan perihal yang sama mengenai Naira.

Batinku.

"Lalu?"tanyanya balik padaku.

"Apa ada masalah dengan hal tersebut?""Apa anda berniat ingin mengkonfirmasi kebenaran itu sebagai alasan untuk anda bisa memikirkan ulang perihal undangan ulang tahun itu?"

Cerocosku menyerangnya dengan senyum dan tatapan sinis untuk menyembunyikan perasaan kesal yang sudah meluap di dalam hatiku saat ini.

Meskipun ucapanku sama sekali tidak sopan dan terdengar kurang ajar, pada kenyataannya dia malah mengerjapkan mata dengan tatapan penuh tanya.
Seolah-olah aku mengatakan suatu hal yang aneh.

"Maaf ... jika saya terdengar emosi."Kataku membungkuk padanya yang malah mendengus lucu.

"Duduklah, aku tidak menyalahkanmu karena memang sepertinya ada yang kurang tepat dengan bagaimana aku menyampaikan maksud dan kalimatku."Jawabnya bertele-tele.

Yang mana jika mengingat diriku sendiri, adalah tipe yang tidak akan pernah mau mengatakan maaf dan terima kasih kepada orang selain anggota keluargaku.Jadi biasanya aku selalu mengatakan hal yang berbelit-belit agar orang lain tau bahwa aku mungkin memang melakukan kesalah tanpa harus mengatakan maaf.

Akupun menuruti kemauannya dan menyingkirkan kain pada salah satu kursi yang berada di hadapannya.

"Aku bukannya memiliki maksud buruk dengan menanyakan hal tersebut.""Hanya saja rumor mengenai adik perempuanmu yang sering sekali aku dengar itu membuatku jadi sangat merasa penasaran."katanya lagi kini sudah bersandar pada single chairnya.

"Jujur saja aku ingin menyampaikan ini kepadamu.""Aku sempat pernah menyelidiki tentang keluargamu hingga ke generasi sebelumnya."

"Tapi aku sama sakali tidak menemukan ada salah satu anggota keluarga kalian yang lahir dengan warna seperti itu sebelumnya."
Jelasnya yang cukup membuatku terkejut.

Ini pertama kalinya aku mengetahui bahwasanya diriku yang berada di dunia ini malah telah lama menyelidiki tentang masalah tersebut.

Apakah ini salah satu dari 1% perbedaan yang dikatakan Gaharu?batinku yang tanpa sadar sudah mengerutkan kening.

"Well ... wajar jika kau merasa tersinggung dengan bagaimana orang lain melakukan hal itu pada keluargamu."
Katanya dengan memamerkan senyum lembut yang cukup membuatku sadar bahwa ekspresiku terlihat kesal.
"Maafkan hamba yang mulia, sepertinya saya tidak terlalu bisa mengontrol ekspresi saya jika itu sudah menyangkut adik perempuan saya."
Kataku beralasan.

"HAHAHA tentu saja aku tau itu."
"Apa kau tidak mendengar bagaimana orang-orang di akademi menyebutmu dan Arvhein sebagai duo bucin adik, siscon akut dan aku lupa sebutan apalagi yang mereka berikan kepadamu."
Katanya terlihat berpikir dengan wajah serius.

"terima kasih sudah mengatakannya."
Ucapku tersenyum garing yang baru saja mengingat bagaimana di duniaku juga kedua kakak lelaki Naira menyandang banyak gelar seperti yang sudah ia jabarkan.

."Ngomong-ngomong ... apa masih ada yang ingin anda tanyakan atau mungkin ada yang ingin anda sampaikan?"
kataku lagi.

"mungkin aku akan terdengar terlalu mencari tahu tentang masalah keluarga kalian. tetapi ..."

"Mengenai masalah itu, sampai saat ini kami juga masih mencari tau, yang mulia."
Ucapku melanjutkan kelimatnya yang terhenti.

"Hanya saja hingga detik ini pun kami masih belum menemukan jawabannya."
Sambungku lagi yang membuatnya berhmm-hmm tanda mengerti.

"Meskipun kau tau bahwa kita berdua tidak begitu dekat, tetapi jika kau butuh bantuanku katakan saja, aku serius."
Ucapnya yang membuatku tertegun luar biasa.

"Anggap saja tawaran ini sebagai balasan atas kemurahan hatimu yang sudah bersedia mengundangku bahkan dengan cara seimut ini secara pribadi."
Jelasnya kembali memperlihatkan surat undangan buatan naira kepadaku.

"Karena aku juga menaruh rasa penasaran dengan kelahiran anak-anak yang membawa warna iblis."
"jadi entah kenapa jika kita bekerja sama, aku tidak akan perlu merasa seperti orang jahat yang ingin mencongkel rahasia keluarga kalian tanpa izin."
Ujarnya lagi yang membuatku paham.

"jika memang begitu adanya, maka dengan senang hati saya akan menerima tawaran anda, yang mulia."
Ucapku tersenyum padanya.

"Nah, karena kita sudah berada dalam topik ini, jadi sekalian saja aku tanyakan ini padamu."
"Apa kau tau alasan mengapa Penyihir Menara Hitam bernama Kayana itu bisa terlahir dengan warna iblis?"
tanyanya padaku yang cukup membuatku sedikit keheranan.

"Jika saya harus kembali menggali ingatan tentang pengetahuan mengenai sejarah dunia ini."
"Warna rambut berwarna hitam dan mata merah yang dikatakan sebagai warna iblis itu sebenarnya adalah warna salah satu dari tujuh dewa yang berkuasa."

"Sama halnya dengan warna ungu."
"Hanya saja entah kenapa lambat laun sejarah dunia seolah-olah seperti telah dimanipulasi dan diubah tanpa seorang pun mempermasalahkannya."
Jelasku padanya yang sudah bersedekap mendengarkan penuturanku.

"Karena bagaimanapun pihak-pihak yang memanipulasi dan mengubah sejarah adalah orang-orang dengan kedudukan dan pengaruh kuat."
"Sehingga tidak ada seorangpun yang meragukan apapun yang dikatakan oleh mereka."
Katanya kali ini menambahkan.

"Sayangnya tidak pernah terjadi dalam sejarah Ceylon, seorang anak terlahir dengan warn rambut dan mata para dewa."
"Karena itulah, kasus yang terjadi pada nona Naira dan Penyihir Kayana sangat menarik perhatianku."
Sambungnya lagi yang membuatku mengingat sesuatu.

"Jadi aku meminta akses pada ayahku, raja Ceylon untuk menggali buku pengetahuan mengenai sejarah wonderland."
"Dan dengan sangat mengejutkan, aku menemukan sebuah buku yang memuat tentang sejarah asli wonderland."
Jelasnya yang membuatku terperangah tidak percaya.

Aku bahkan tidak pernah berpikir sampai ka arah sana.
Bagaimana aku bisa melewatkan hal tersebut?
Batinku menggigit jari.

"Aku tidak tau apa yang sedang kau rasakan saat ini."
"Tapi jika kau merasa sungkat, itu tidak perlu."
"Karena kalau kau mau aku bisa meminjamkannya padamu."
Ucapnya yang kembali membuatku terkejut.

"Benarkah, yang mulia?"
Kataku dengan sangat bersemangat.

"Sayangnya buku itu sudah sangat terlalu tua untuk aku bawa dalam perjalanan."
"Jadi satu-satunya yang bisa kau lakukan adalah pergi bersamaku untuk kembali ke Ceylon."
Ujarnya menawariku.

"Kita punya waktu paling tidak setelah hari ulang tahun adikmu."
"Perjalanan ke Ilankai membutuhkan waktu 2 hari."
"jadi kalau kau setuju kita akan meminta cuti selama seminggu."
sambungnya lagi yang membuatku berpikir.*

Bukan masalah bersedia pergi atau tidak.
hanya saja apa benar keluarga kerajaan Ceylon memiliki buku samacam itu?
Apakah keluarga keluarga kerajaan Ceylon yang berada di dunia asliku juga memilikinya??
Batinku yang lagi-lagi tanpa sengaja sudah mengernyitkan alis.

"Apa segitu beratnya meninggalkan adik perempuanmu selama seminggu?"
Godanya padaku yang mana kemungkinannya karena mendapati ekspresiku telah berubah.

Aku yang terkejut dengan kalimat tersebut tiba-tiba terpikirkan sebuah ide.
"Baiklah yang mulia saya terima ajakan anda."
"Terima kasih banyak sebelumnya."
Ucapku menunduk dengan senyum padanya.

Setelah itu kami memutuskan untuk kembali ke kelas bersama-sama, sambil berbincang-bincang mengenai sejarah yang kutau mengenai warna para dewa.

Malamnya.
Diruang kerja Archduke.

"Pangerang Reynald mengajakmu untuk pergi bersamanya ke Ilankai?"
Tanya Archduke padaku yang sama-sama memberikan ekspresi kaget seperti Arvhein.

"Benar ... beliau bilang telah menemukan buku mengenai sejarah asli Wonderland dan juga mengenai warna milik para iblis tersebut."
"jadi aku pikir tidak ada salahnya jika kita pergi kesana."
Ujarku yang membuat Archduke dan Arvhein kembali tertegun.

"Kita?"
tanya Arvhein kali ini.

Aku hanya mengangguk sebagai balasannya.
"Tidak seperti Faireniyan."
"Ilankai tidak memiliki sejarah dimana seorang anak terlahir dengan warna iblis."
"Jadi bukankah ini bisa menjadi kesempatan bagi naira untuk ikut liburan bersama keluarga?"
Ujarku lagi pada mereka mengiming-imingi.

Jujur saja, jika bisa aku hanya ingin mengajak naira pergi bersama dengan maid pribadinya.
Tapi aku tidak yakin Archduke akan menyetujuinya apalagi dengan si Arvhein yang bucin adiknya itu.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang