(session 2) Page 23: How To End This Villainous Route (2)

101 11 3
                                    

Third Person's POV

Naira terlihat tengah menyendiri di suatu tempat yang saat itu pernah didatangi olehnya bersama Pangeran Reynald.
Tempat dimana si Pangeran ganteng itu ingin mengulang ciuman pertamanya dengan Naira.

"Nona Naira?"
Kyuven memanggilnya kembali sekali lagi.

Naira yang duduk terdiam di batang pohon dekat danau itu membiarkan Kyuven menyandarkan kepalanya dikedua pahanya.
Mahluk yang kini masih dalam sosok manusianya itu terlihat begitu sedih,
ketika melihat bagaimana master-nya masih tak mampu memberikan respon apapun padanya.

Kendati ingatan ketika bagaimana Pangeran Reynald membela Araya di hadapan semua orang dan menyerangnya balik dengan kalimat dan tatapan yang jelas terlihat,
menyiratkan kebencian terhadapnya, membuat Naira sedikit terguncang.

Padahal selama ini Naira berpikir bahwa memang seharusnya seperti ini.
Dibenci, adalah hal yang pantas untuknya.
Tetapi, setelah menghadapinya sendiri,
rupanya Naira tidak menyangka bahwa akan sesakit ini.

Naira menghembuskan nafas berat.
Pikirannya menerawang kesegala arah,
tidak mampu fokus bahkan seolah-olah dirinya sudah kehilangan kesadaran.

"Nona Naira?"
Sapa suatu suara yang tak asing ditelinganya.

Dengan lemah, Naira menoleh ke arah datangnya suara.
Sosok Penyihir Delarion terlihat tengah bersiap untuk mendekatinya.

"Saya tidak sengaja melihat Anda berjalan ke arah sini, jadi saya mengikuti Anda tanpa sadar."
Katanya dengan wajah kalem.

Naira yang sedikit tertegun sempat melupakan perannya sebagai gadis jahat.
Sebenarnya ingin sekali Naira melampiaskan amarah dan kesedihannya pada tuan penyihir.
Namun, entah mengapa Naira tidak memiliki semangat untuk melakukannya.
Dirinya hanya berpaling,
lalu berdiri sebelum kemudian pergi meninggalkan Kayana tanpa kata.

"Tunggu ... Nona Naira."
Cegahnya yang sudah akan berlari mengejar sosok Naira.

Namun, Kyuven memblokir jalan pemuda tampan itu.
"Siapa kau?"
Tanyanya dengan sikap tenang,
menyembunyikan kekesalan yang sudah akan mencuat.

"Tidak ada hubungannya denganmu ... pergilah ... Nonaku tidak ingin berbicara denganmu."
Ucap Kyuven yang sudah membuat urat marah Kayana mencuat.

"Kyo ... sudahlah, akan jadi gawat kalau tunangan Pangeran Richardo terlihat tengah berduaan dengan pria lain."
Kata Naira masih terlihat memunggungi Kayana.

"Aku tidak tau siapa kau, tapi jika kau memang berada di pihak Nona Naira, aku harap kau bisa menyampaikan ini padanya."
Ucap Kayana yang kemudian menyodorkan secarik kertas kepada Kyuven.

"Nona Naira ... aku memang belum bisa mengerti apa yang sudah terjadi pada Anda."
"Tapi, aku harap Anda bisa selalu percaya bahwa saya berada di pihak Anda."
"Saya, kedua kakak lelaki anda dan kedua pangeran pasti akan melakukan segala cara untuk membantu anda."

Ucap Kayana menunduk hormat, berharap Naira akan membalasnya.
Namun, ternyata Naira yang masih terpukul oleh kenyataan bahwa dirinya berhasil membuat Pangeran Reynald membencinya.
Tak mampu memberikan respon bahkan meski untuk mencibir sang penyihir.

Kyuven hanya melihat Kayana dengan tatapan mengerti, pemuda itu adalah penyihir yang waktu itu tengah dicari olehnya.
Namun, melihat Nona-nya tersayang tidak memberikan respon baik pada pemuda yang ingin dimintai-nya tolong itu, 

membuat Kyuven semakin bertanya-tanya, meskipun begitu 
Kyuven masih tidak berani menanyakannya pada Naira. 
gelombang perasaan Naira seolah terpancar jelas dan itu membuat Kyuven tidak berani membuka pembicaraan, 
bahkan meski untuk mengoreksi master-nya sendiri.

Melihat Naira yang kemudian melangkah pergi, Kyuven mengikutinya
meninggalkan Kayana yang masih terpaku dengan tatapan cemas diwajahnya

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang