(Session 2) Page 15: Villain in Demand 2

115 8 1
                                    

Naira's POV

Beberapa bulan sejak saat itu.
Aku yang benar-benar sudah bekerja keras dan berusaha sebaik mungkin memerankan peran jahat sebagai nona Villainess Naira, seperti yang tertulis dalam original novelnya.

Berprilaku kasar, arrogant dan sangat menyebalkan.
Terutama jika hal tersebut menyangkut soal nona Araya.

Aku juga sudah berhasil menggunakan dengan baik authoritasku yang seorang anak Archduke agar orang-orang takut terhadap apapun ancamanku.

Tapi entah kenapa, kedua kakak-kakak Ikemen-ku itu sama sekali tidak terpengaruh, terutama para pangeran dan tuan penyihir Delarion.
Padahal aku yakin tidak ada yang salah dengan aktingku.

Aku bahkan yakin mereka sangat mempercayai bahwa aku telah berubah pada hari-hari pertama.
Tapi, entah sejak kapan mereka jadi tambah gencar menepis semua perilaku "Jahatku" dengan masih bersikap lembut dan hangat.

AAARRRRRGGGHHH!!!

Jeritku dalam hati kesal.
Kenapa, sih, mereka semua tidak juga membenciku?
Keluhku kesal sendiri sembari memeluk guling di atas tempat tidur.

"Aku sudah melewati tahun ajaran pertama sebagai seorang Villain.
Tapi, kalau sampai harus melakukan hal ini selama dua tahun kedepan
lagi ... aku benar-benar bisa jadi gila!!"
Protesku yang kini memeluk Kyuven.

"Mungkinkah sebenarnya mereka berlima sudah mengetahui akan kondisi nona Naira?"
Tanya Derrick yang tengah berdiri di sebelah tempat tidurku.

"Saya juga merasa seperti itu ... mungkin saja mereka bersikap seperti itu karena mereka percaya sebenarnya nona Naira bukanlah anda yang bersikap seperti sekarang ini.
Dan mereka berharap agar Nona bisa menyerah dan berhenti ...."
Jelas Anne kali ini yang tengah duduk di sebelah tempat tidurku.

"Maksudmu ... mereka semua ingin supaya aku mengaku kalah dan mengatakan yang sebenarnya pada mereka?"
Tanyaku sedikit ragu pada Anne.

Derrick dan Anne hanya mengangguk perlahan.
"Mana mungkin aku bisa melakukannya ...."
Gumamku dengan kedua mata sayu.

Anne dan Derrick hanya mampu memandang satu sama lain dengan ekspresi cemas.
Bagaimana tidak, kalau mereka berdualah yang pertama kali tahu mengenai kondisi yang menimpaku.

Kejadian itu berawal kira-kira dua bulan yang lalu.

Setelah dengan susah payah selama tiga bulan berturut-turut aku menjadi tokoh antagonist.
Aku yang pernah sekali ingin memecat Anne karena sudah tidak tahan melihat bagaimana gadis muda itu melihatku dengan kecemasan.
Akhirnya mencoba bunuh diri, dia bahkan mengancam tepat di depan mataku bahwa
akan mengakhiri hidupnya kalau aku bilang tidak menginginkannya lagi sebagai Maid pribadiku.

Aku yang panik langsung meneriakkan nama Derrick seraya menghentikan aksi Anne yang sudah meraih pisau roti pada meja di sebelahnya, dengan sihir waktu.
Agar cewek yandere itu tidak memotong lehernya sendiri.
Setelah Derrick berhasil menyingkirkan pisau tersebut dari tangan Anne yang sudah menempelkan ujung pisau tersebut ke lehernya.
Sihirku pun lenyap.

Kedua kakiku yang sudah lemas membuatku jatuh ke lantai berkarpet tebal di kamar.
Derrick yang masih memeluk Anne untuk menenangkannya akhirnya membuatku sadar.
Aku tidak akan menang melawan seorang yandere.
Walaupun begitu,
aku tidak mungkin terus-terusan membuktikan pada semua orang bahwa aku sudah
berubah menajdi jahat dan pentas dibenci.

Sampai kemudian saat tanpa sengaja Anne dan Derrick
melakukan kesalahan dengan membiarkan nona Araya masuk ke kamarku lagi dengan
tanpa ijin.
Walaupun aku tau itu bukan kesalahan mereka.
Tapi aku mengambil kesempatan itu untuk membuat mereka sadar akan bagaimana telah berubahnya aku
dan ingin mereka membenciku.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang