(Session 2) Page 18: Who Is The Real Villain?-part two

98 10 6
                                    

Naira's POV

Aku masih berdecak kesal dalam hati ketika melihat senyum psycho itu masih terpamer jelas di wajahnya yang tampan.
Saat ini orang gila itu masih juga menggunakan sosok Radja yang mana entah apakah itu merupakan sosok aslinya atau bukan.
Aku juga tidak memiliki pengetahuan setinggi itu untuk mengetahuinya.
Walaupun aku selalu berhasil melakukan berbagai macam sihir hanya dengan coba-coba.

Bukan berarti aku bisa mencoba segalanya dengan hasil yang akan 100% berhasil.
Tapi, aku juga tidak mungkin menanyakannya secara langsung juga pada psycopath gila ini
. Batinku dalam hati.

Aku pun menghembuskan nafas berat, pasrah.
Pusing sekarang pun di hadapan mahluk rese satu ini juga gak bakalan menghasilkan apa-apa. malah adanya aku bakalan ikut gila karena kesal sendiri.
Aku bahkan gak tau ini mahluk sebenarnya tipe macam apa, sadist, maso apa yandere
.
Batinku beragumen sendiri.

Tanpa sengaja mencoba untuk tenang dengan mengalihkan perhatian dari mahluk tak jelas yang sampai detik ini masih menggunakan sosok Radja.
Namun, belum puas mengganggu ketenanganku dengan dunia lamunanku sendiri.
Seolah merasa tidak terima dirinya diabaikan olehku yang kini masih diam.
Mahluk ganteng tapi br*ngs*k ini menginterupsi.

"Aku tau sebenarnya kamu penasaran, kan?!"
"Dengan sebenarnya apakah sosok yang kamu kenal bernama Radja ini merupakan sosok asliku?"
katanya seolah mampu membaca pikiranku.

"Huh?!"
tanyaku agak heran juga dengan pertanyaannya yang kelewat benar.
"Apa maksudmu?"
 tanyaku pura-pura bodoh.

"Tidak perlu berpura-pura seperti itu."
"Aku tau kok kalau kamu juga tidak punya keberanian untuk menanyakannya langsung pada orang yang sedang kamu benci ini."
Katanya lagi kali ini meletakkan telapak tangan kanannya di dada, dengan gestur yang mana berarti menunjuk dirinya sendiri dengan hormat.

Aku yang makin kesal dengan bagaimana dia menjujung tinggi dirinya sendiri seperti itu hanya bisa mengankat sebelah alis tinggi-tinggi.

"Aku gak tau kenapa kau bisa sepercaya diri itu kalau aku sedang memikirkan soal asal asulmu."
"Asal tau aja, ya, mau kamu itu beneran Radja atau orang yang pura-pura menjadi Radja aku gak peduli."
Kataku lagi dengan tatapan dingin.

"Heee~ benar, kah?!"
"Padahal aku punya firasat kuat kalau kamu sedang memikirkan soal aku."
Ujarnya yang makin membuatku tambah kesal, karena memang begitulah kebenarannya.

Tapi aku gak mungkin mengakuinya.
Gila nih mahluk beneran deh.
Males banget gak, sih, kalau omongan mahluk gak beres satu ini emang aslinya bener
.

Aku hanya bisa menghembuskan nafas sebelum kemudian bersedekap dengan tatapan angkuh yang tak mampu melunturkan keimutan wajah Naira.

"Apa kau tidak terlalu berdelusi?"
"Aku tau kalau kau sangat menyukai sosok baruku yang sebagai Naira ini,"
"tapi bukan berarti aku punya kewajiban untuk memikirkan mahluk gak jelas sepertimu, kan?!" kataku yang rupanya mampu membuat Radja sedikit tersentak.

Kedua mata silvernya yang sedikit terbelalak itu sebenarny sedikit membuatku tidak nyaman.

Merinding juga kalau membayangkan aku bakalan celaka gegara omonganku yang keterlaluan, apalagi dia tau kalau aku ini jiwa yang berasal dari dunia lain,
yang mana aslinya juga punya tampang di bawah standart bahkan gak ada seperempatnya kecantikan wajah Naira
.

Kalau dia ngamuk aku bakalan mati instant gak sih??

Batinku yang sudah berkeringat dingin dengan deras.
hingga tindakannya kemudian membuatku harus menutup mata erat,
bersiap dengan apa yang akan terjadi padaku pada detik berikutnya.

Namun, pada beberapa detik setelahnya pun aku tidak merasakan apa-apa sampai kemudian aku membuka kedua mataku perlahan-lahan.
Wajah ganteng Radja mejeng dengan zoom in dua ratus persen di depan mataku.
Aku yang kaget langsung menarik mundur kepalaku,
tapi malah kedua tangan panjangnya sudah menarikku kembali hingga wajah kami hanya berjarak sepuluh jemari tangan mungil Naira.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang