Page 11: The Innocent Villain part three

995 116 0
                                    

Naira's POV

Beberapa saat setelah mendapatkan surat pemberitahuan dari Kerajaan Iztanha. Kini aku sudah berhadapan dengan Pangeran Reynald. Di taman bunga di belakang Mansion kediaman Archduke, Anne dan Derrick benar-benar meninggalkanku berduaan saja dengan si Pangeran di gazebo taman.

Tak hanya mereka berdua, bahkan seluruh anggota keluarga Archduke Van Vellzhein tak ada satu pun yang mampu membangkang perintah sang Putra Mahkota. Dia bahkan tidak membiarkan Butler dan pengawal pribadinya untuk stay menjaga tuannya.

Aku yang kini tengah duduk dengan pose kaku akibat tatapan mata sang pangeran yang menusuk ke relung kalbu. Gosh Pliz bisa gak sih Anda ngeliat ketempat lain aja? Emangnya hamba ini cuman satu-satunya pemandangan di taman ini, kah?

Iya hamba tau kalau tampang Naira itu lebih cantik dibandingkan dengan keindahan taman manapun. Tapi, ya kalau hamba yang nempatin badan se-adorable (menggemaskan) ini dan lagi diperhatiin sama ikemen kek anda. Mana kuat hambaaaaaaa!! Jeritku sendiri yang pastinya tak maungkin kuutarakan pada orang yang bersangkutan.

Aku yang tak tau harus ngomong apa, kendati si pangeran sendiri juga tidak berkata sepatah kata selain memperhatikan diri ini, yang sudah didandani dengan cantiknya oleh si Maid handal bernama Anne, sebelumnya. Akupun membuang perhatianku ke arah lain, dimana tanpa sengaja mataku menemukan bunga Lycorise berwarna merah dan putih tak jauh dari gazebo tempat kami berteduh.

"Apakah berduaan denganku membuat Nona Naira merasa bosan?" tanya sang pengeran yang tiba-tiba angkat bicara.
Aku yang terkejut. Langsung menggeleng cepat. "Bukan ... tentu saja tidak seperti itu, Yang Mulia. Saya hanya tertarik dengan bunga Lycorise itu." Kataku mencari alasan.

Sengawur kedengarannya. Mau bagaimana jadinya aku tak peduli yang penting bishounen satu itu mau melepaskan tatapan matanya yang mampu melelehkan wajah ini karena malu. Melihat bagaimana Pangeran Reynald akhirnya memalingkan perhatiannya ke arah mataku menatap.

Merasa sedikit lega, akupun akhirnya mampu mengambil secangkir milk tea yang sudah semenjak tadi terhidangkan di hadapanku. Aku yang tak sadar tengah mendapat perhatian kembali dari sang pengeran saat meneguk teh.

Hampir saja menyemburkan teh yang kuminum tersebut saat tanpa sengaja, pandangan mata kami bertemu.
Glek!! kuberikan senyum ternatural mungkin saat si pangeran kembali memberiku senyum penuh arti.

"Aku tidak sadar kalau sudah membuat Nona Naira merasa tidak nyaman." Ungkapnya lagi yang membuat senyumku makin lama makin terasa memaksa.

"Mana mungkin saya bisa merasa tidak nyaman saat bersama anda Yang Mulia. Apalagi Anda sudah dengan susah payah datang kemari demi mengunjungi saya. Tentu saja ini merupakan kehormatan bagi keluarga kami." Ucapku berusaha sesopan dan senormal mungkin.

"Well, i am so glad to hear that."(saya senang mendengarnya) Katanya lagi ikut mengambil secangkir milk tea di hadapannya.

Akupun menghembuskan nafas lega. Kembali kuedarkan pandangan ke arah lain. Aku tidak pernah menghitung sudah berapa lama aku tinggal di kediaman Archduke menajdi Naira, atau bahkan menghitung sudah berapa lama aku hidup setelah bereinkarnasi.

Yang bisa kuingat adalah ini pertama kalinya aku melihat taman ini dari Gazebo. Biasanya aku melihat taman ini dari luar pagar tanaman mawar atau dari jendela mansion. Jadi aku tidak terlalu akrab dengan tempat ini. Walaupun, ingatan Naira cukup mampu memberikan gambaran mengenai tempat ini sebelumnya.

Aku yang masih sibuk dengan pikiran dan ingatanku sendiri, tidak menyadari akan tatapan Pangeran Reynald yang seolah meneliti. "Ran ...." Kata sang pangeran membuatku kembali ke dunia nyata.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang