(Session 2) Page 24: How To End This Villainous Route (3)

71 9 3
                                    

Naira's POV

Dengan berat hati aku memutuskan untuk kembali ke Asrama,
tapi entah kenapa dengan bodohnya aku malah berjalan tanpa arah.

Padahal bisa saja aku menggunakan sihir teleportasi agar bisa langsung sampai ke kamar,
tanpa perlu khawatir akan bertemu siapapun selama dalam perjalanan.
Jadilah sekarang begitu sadar aku malah sudah berada di dekat Lahan Terlarang.

Kyuven yang masih mengikuti dari belakang,
Tetap diam membisu,
memperhatikanku yang seolah sudah kehilangan semangat untuk memperdulikan apapun.
Mataku tengah terpaku menatap ke dalam area Lahan Terlarang.

Aku ingat, pada malam itu,
ketika tanpa sengaja aku melihat Pangeran Reynald dan nona Araya berduaan.
Aku yang terpaksa menuruti perintah dari si Radja gila itu untuk datang ke Lahan Terlarang.
Dengan alasan absurd,
bahwa aku baru saja akan kembali dari "kursus" sihir.

Awalnya aku tidak tau apa rencana mahluk edan satu itu.
Namun, begitu melihat mereka berdua ...
aku menyadari bahwa Radja memang sengaja menyuruhku ke tempat ini malam itu.
Tujuannya tentu saja Adalah untuk memancing emosiku.

Aku yang memahami hal tersebut,
awalnya tidak begitu merasakan apapun ...
karena entah kenapa aku percaya bahwa aku masih mampu melumpuhkan "pengaruh" dari nona Araya terhadap Pangeran Reynald.

Karena itulah aku masih bisa merasa tenang, saat harus kembali berperan sebagai "gadis jahat".

Tapi sekarang ...

"Nona Naira, apakah bagini cara calon permaisuri Faireniyan bersikap kepada salah satu rakyatnya?"

"Dan apakah pantas Anda mengkritik tingkah nona Araya,"
"dimana Anda sendiri tengah menggandeng mesra lengan seorang lelaki yang tak jelas asal usulnya."

Mengingat hal tersebut saja sudah mampu
membuat perasaanku kacau lagi,
hatiku juga rasanya jadi aneh.
Perasaan yang sebelumnya tidak pernah aku rasakan.

Selama ini, aku hanya berfokus pada tujuanku yang ingin hidup tenang dan terutama adalah berusaha sebaik mungkin untuk menghindari bad ending.

Namun ... entah sejak kapan perasaan yang hampir seperti kosong dan tak terpengaruh oleh apapun itu, mulai merespon setiap hal yang terjadi pada pemilik tubuh ini.

Apa aku sakit hati??
Apa aku cemburu??

Tanyaku berulang kali pada diri sendiri.
Ataukah malah keduanya?

"Kyuven ...."
Panggilku,
pada sosok mahluk penyayang yang kini sudah memperlihatkan ekspresi bahagia, senyum pada bibir tipis itu mengembang ketika mendengar suaraku memanggil namanya lagi.

"Ya nona Naira?!"
Balasnya dengan langkah ringan mendekat kepadaku.

"Maaf ... untuk saat ini aku benar-benar hanya ingin sendirian ..."

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang