Page 27: Love And Lie (part four)

269 36 3
                                    

Reynald's POV

Knock-knock-knock!!!

Terdengar bunyi ketukan dari luar pintu kamarku. "Yang Mulia, Dragon datang untuk melapor!!" seru pengawal pribadiku di luar sana.

"Masuklah." Perintahku padanya.

Pada detik berikutnya sosok Draco sudah terlihat diambang pintu yang baru saja dibuka olehnya. "Kabar apa yang kau bawa?" tanyaku padanya yang sudah masuk dan menutup pintu di belakangnya.

"Yang Mulia, saya mendapati pangeran Richardo keluar dari asrama Nona Naira." Katanya yang tengah membungkuk, memberi salam hormat padaku.

Entah kenapa aku tidak merasa terkejut dengan apa yang baru saja di katakan oleh pengawalku itu. Setelah kejadian siang waktu itu. Aku sudah menyuruh Dracon untuk mengawasi di sekeliling Nona Naira dan melaporkan situasinya padaku. Aku masih belum bisa mengerti tentang perasaanku yang sebenarnya terhadap Nona Naira. Usia kami yang terpaut cukup jauh. Tapi, aku merasa ada sesuatu yang mendekatkan kami berdua. Orang-orang mungkin akan menganggapku tidak waras atau mungkin bercanda.

Karena siapapun yang melihat kebersamaan kami hanya akan melihat pemandangan seorang kakak yang memanjakan adik kecilnya tercinta. Aku masih ingat bagaimana tidak terimanya Richardo ketika aku melamar Nona Naira. Juga ketika Nona Naira tanpa sengaja mengungkapkan perasaannya terhadapku. Bagi Richardo, aku mungkin adalah seorang paman-paman tua yang punya masalah kejiwaan karena menyukai anak kecil. Tapi, bagaimanapun tidak akan ada yang protes kalau Naira sudah melakukan debutan-nya, kan? Tanyaku pada diri sendiri.

Lagipula, usia Ayahanda dan Ibunda juga terpaut jauh waktu itu. Jadi, kenapa aku harus memikirkan perbedaan usia kami. Ujarku lagi.

Setelah Nona Naira menceritakan soal mimpi yang berhubungan dengan keanehan kami dan gadis yang bernama Araya itu. Nampaknya Ricky sudah mulai memperlihatkan obsessinya pada Nona Naira. Hhhh ... kuhela napas panjang, Aku melipat kedua tanganku di dada sambil menyandarkan punggungku pada sofa.

"Yang Mulia?" tanya Draco yang melihatku mengerutkan kening.

Akan aneh bila aku menanyakan pada Draco apa yang dilakukan Pangeran Richardo di asrama Nona Naira karena bagaimanapun orang-orang masih menganggap Nona Naira adalah tunangan Ricky. Kuberikan tatapan datar pada Draco yang mengerjapkan mata penuh tanya. "Hhh ... lalu, apa ada keanehan lain lagi selama kau di sana?" tanyaku lagi membiarkan saja pertanyaanku yang sebelumnya mengawang dalam benakku saja.

"Mengenai hal itu ...." Ekspresi draco tiba-tiba berubah menjadi cemas dan serius.

Rupanya tanpa Draco sengaja dirinya yang akan melakukan patroli di sekitar asrama Nona Naira dan asramaku kembali bertemu dengan Ricky yang tengah berjalan menuju ke Lahan Terlarang. Karena penasaran dan bermaksud akan menghentikan Ricky, Draco mendengar percakapan dua orang dari balik semak di bangunan tua dalam kawasan Lahan Terlarang. Demi untuk menginvestigasi hal tersebut Draco ikut menyelinap tanpa sepengetahuan Pangeran Richardo juga.

Ketika perbincangan itu selesai Draco yang melihat gadis kecil itu berlari menuju ke arahnya, memutuskan untuk bersembunyi. Saat sosok gadis kecil itu sudah melewatinya. "Alyn??? Kau bilang gadis yang kau lihat sedang bersama sosok laki-laki misterius itu adalah Alyn??" tanyaku dengan mata terbelalak sempurna.

"Benar yang mulia." Kata Draco penuh percaya diri.

"Kau benar-benar yakin tidak salah lihat?!" tanyaku yang masih meragukan kata-katanya.

"Hamba sudah memerkirakan hal ini jadi hamba membuat rekaman untuk anda investigasi sendiri." Draco mengeluarkan sebuah batu berwarna biru dari kantongnya, lalu memberikannya padaku.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang