(session 2) Page 25: How To End This Villainous Route (4)

76 7 0
                                    

Third Person's POV
Dikamar asrama Naira,

Setelah menceritakan duduk permasalahan mengenai siapakah Ikemen manja yang hampir saja kehilangan nyawanya oleh kedua sister kompleks oniichan-nya si Naira.

"... Nainai ... kamu tidak sedang diam-diam mempelajari sihir berbahaya, kan?!"
Tanya Arvhein yang sudah duduk berjongkok dihadapan Naira yang tengah berada di sofa bersama Kyuven.

"Maksud kak Arvan? Perubahan Kyuven ini karena sihir Nainai?"
Tanya Naira balik dengan polosnya.

Arvhein dan Roland hanya mampu saling memandang,
mereka bukannya meragukan atau mencurigai adik terkasih mereka.
Hanya saja mereka berdua cemas jika terjadi sesuatu hal yang bisa membahayakan adik mereka dikarenakan sihir coba-cobanya itu.

Melihat bagaimana kedua kakak lelakinya hanya bisa diam dan memberikan tatapan cemas padanya,Naira pun kemudian mengerti,
dirinya tersenyum sebelum kemudian mengusap pipi kedua kakak lelakinya.

"Kak Arvan dan Kak Roland tidak perlu cemas,
Nainai tidak belajar sihir yang aneh-aneh, kok."
Katanya sampai kemudian ekspresi meragu dari kedua kakak lelakinya membuat Naira harus mengangkat tangan kanannya dalam gestur bersumpah.

Melihat hal tersebut,
akhirnya Arvhein dan Roland menyerah,
mereka berdua pun memutuskan untuk menjadi semakin berhati-hati dan menjaga keamanan tuan putri cilik tercinta mereka.

"Jadi begitu kamu bangun, tiba-tiba saja Kyuven sudah berubah jadi manusia?'
tanya sang kakak pada Naira.

"Benar, saking kagetnya aku sampai gak percaya kalau Kyuven bisa berubah wujud menjadi manusia juga."
Ucap Naira yang tengah mengusap-usap puncak kepala Kyuven.

Meskipun di dalam tubuh manusia ganteng itu merupakan aslinya binatang,
tetap saja penampilan Kyuven sekarang masih mampu membuat kedua kakak lelaki Naira naik pitam saking tidak terimanya.

"Aku baru sekali ini mengetahui kalau mahluk chimera juga mampu mengubah bentuknya menjadi manusia."
Ucap Roland memegangi dagunya berpikir.

"Apa tidak ada sejarah yang mengatakan adanya kemungkinan itu sebelumnya?"
tanya Naira dengan mimik penasaran.

"Tidak selama yang kutahu."
Jawab Roland.

"Hey kau, apa kau tidak bisa mengubah bentukmu kembali menjadi binatang?"
Tanya Arvan yang berusaha untuk tidak menebas kedua lengan Kyuven yang dengan santai dan innocentnya menggelayuti pinggang Naira.

"Mana kutahu."
Jawab Kyuven acuh.
"Aku sendiri juga awalnya kaget ketika tiba-tiba sudah memiliki sosok manusia."
Sambungnya lagi yang terlihat cemberut.

Naira hanya bisa tersenyum garing dan canggung ketika melihat bagaimana kakak lelakinya Roland berusaha menarik Arvhein dan mencegah pemuda itu untuk tidak menembak Kyuven yang masih dengan santai bermanja di pangkuan Naira sembari menjulurkan lidahnya, mengejek, pada Arvhein.

Melihat tingkah kedua kakaknya dan Kyuven membuat Naira tersenyum bahagia.
untuk sesaat dirinya lupa akan rasa sakit hatinya pada Pangeran Reynald.

Malam harinya,

"Nainai, kamu belum tidur?"
Tanya Arvhein yang memutuskan untuk tinggal bersama Roland untuk menjaga Naira.

"Aku ... tidak bisa tidur, Kak ..."
Jawab Naira dengan senyum kecut.

Arvhein dan Roland yang mendengarnya pun terlihat mulai cemas.
Roland duduk di sebelah Naira di atas ranjang,
dengan lembut Roland mengusap puncak kepala Naira.

"Maaf ... kakak dan Kayana masih belum bisa menemukan cara untuk mematahkan sihir atau apapun itu yang setiap malam mampu menjebakmu di dalam mimpi."
Ungkap Roland dengan tatapan sesal.

"Tidak apa-apa kok kak,
rasanya kalau sehari dua hari saja aku bisa berusaha untuk tidak tidur sama sekali."
ujar Naira dengan senyum penuh semangat.
"Kakak janji akan segera menemukan jalan keluarnya bersama Pangeran Reynald dan Pangeran Richardo juga."
"Tidak akan kami biarkan anak perempuan bernama Araya dan komplotannya itu memberikan masalah padamu lebih lama lagi."

terang Arvhein kali ini yang ikut duduk di samping Naira.
Naira menunduk lesu,
Arvhein dan Roland yang melihatnya jadi semakin merasa cemas.

"Aku tidak butuh bantuan dari kedua pangeran ..."
Katanya lirih.
"Nainai?"

Merasa seolah pendengaran mereka sedikit terganggu,
Roland berusaha untuk mengkonfirmasi ucapan Naira.

"Hanya dengan Kak Roland dan Kak Arvan saja sudah cukup ... kalau memang tuan penyihir Kayana mau membantu, Nainai tidak keberatan."
"Tapi ... Nainai sudah tidak mau lagi melibatkan kedua pangeran."
"Biarkan saja, toh saat ini mereka mungkin juga sudah lupa sama Nainai."

Ungkapnya dengan ekspresi sok cuek,
ditambah dengan bagaimana Naira berpangku tangan sambil cemberut.
seolah memberi penegasan bahwa dirinya sudah tidak ingin berurusan dengan kedua Pangeran,
sebenarnya cukup membuat perasaan Roland dan Arvhein bercampur aduk.
antara bahagia dan cemas.

bahagia bahwa sang adik tercinta sudah tidak lagi memiliki perasaan pada kedua pangeran
juga cemas dengan apa yang sebenarnya terjadi pada mereka sehingga membuat Naira memutuskan hal semacam itu.

Ditambah dengan bagaimana Naira mengatakan bahwa kemungkinan besar kedua pangeran sudah tidak lagi mengingatnya.
membuat Roland dan Arvhein semakin bertanya-tanya.

Keesokan harinya
.

Naira yang benar-benar tidak tidur semalaman terlihat seperti akan pingsan pada detik itu juga.
namun,
entah mungkin karena sihir coba-coba yang saat itu pernah ia gunakan pada dirinya sendiri membuat Naira tidak bisa mengatupkan kedua matanya walaupun dirinya sudah sangat mengantuk.

Roland dan Arvhein yang melihat kondisi adik perempuannya semakin tidak mampu membendung rasa takut dan cemas.
Walaupun masih merasa tidak terima dan keberatan,
Arvhein memutuskan untuk memberikan tugas menjaga Naira pada Kyuven yang sampai saat ini pun masih berada dalam sosok manusianya.

Roland dan Arvhein sudah membuat janji bersama Kayana untuk segera menyelesaikan permasalahan Naira.
Walaupun dengan bantuan Naira,
Kayana masih belum mampu mengetahui dengan jelas siapakah sosok Radja sebenarnya.
Menurut Raja Peri asli yang pernah di summon sebelumnya oleh si penyihir berambut hitam, asal mereka bisa mengetahui siapakah sebenar mahluk di balik sosok Radja untuk mengelabuhi Naira,
Raja Peri akan mampu mematahkan kekuatan tersebut.

Dunia yang penuh dengan kekuatan sihir dan fantasi ini,
dimana nama mahluk selain manusia bisa dijadikan senjata untuk mengalahkannya.
seperti iblis dalam kepercayaan beberapa agama yang menjadikan nama sebagai kelemahan mereka.

Namun,
sayangnya hingga dua hari berikutnya,
kedua kakak Naira dan penyihir Kayana masih belum sanggup menemukan kunci untuk memecahkan misteri nama mahluk tersebut.
karena bagaimanapun sebenarnya jalan termudah yang bisa mereka ambil adalah dengan mengintrogasi Araya-nya saja,
Kayana yang mengingat jelas pengalamannya terpengaruh oleh "charm" milik Araya,
tidak bisa atau bahkan sebenarnya tidak ingin mendekati gadis itu sama sekali.

sedangkan kedua kakak Naira tidak bisa sembarangan memasuki lingkungan sekolah terutama akademi kelas intermediate tanpa surat ijin.

"Bagaimana kalau kita menyusup dan menculik Araya waktu tengah malam."
Ucap Arvhein dengan penuh percaya diri idenya yang ia kira cukup brilian malah membuat Roland dan Kayana menepuk jidat mereka.

"kau ini apa sudah lupa,"
"kalau setiap kamar murid-murid di akademi di lindungi oleh kekuatan sihir yang aku buat untuk keamanan."
"Kalau kau memaksa masuk dengan memecahkan segel sihir itu,"
"sistem keamanan sekolah akan aktif untuk menangkapmu pada saat itu juga."
ujar kayana dengan tampang kesal.

"kau, kan, yang membuatnya,"
"jadi seharusnya kau bisa, kan, untuk mematahkannya tanpa membuat sistem keamanan sekolah menyala."
kata Arvhein membela diri.

"Kau pikir kalau Araya menghilang nanti waktu pagi,"
"siapa orang yang akan di curigai pertama kali?"
tanya Kayana yang sudah mencuatkan urat kesal.
"Siapapun juga tau kalau mantra segel itu akulah yang membuatnya dan hanya akulah yang bisa mematahkannya."

"Walaupun aku mengajarimu juga tetap akulah nanti yang akan mereka curigai."
jelas Kayana menghela nafas panjang.

setelah itu keduanya ikut menghela nafas panjang.
"kau bilang tadi kalau gadis itu punya charm magic yang bisa mempengaruhi siapapun selama orang itu memiliki perasaan kepada Naira?!"

tanya Roland tiba-tiba
"benar."
Jawab Kayana tegas.

Roland dan Arvhein terdiam menatap Kayana sejenak,
"Sejak kapan kau punya perasaan pada adikku?"
Tanya Arvhein tiba-tiba yang malah membuat Kayana tersentak kaget dengan wajah merah padam.

"A-ke ... kenapa tiba-tiba saja kau menanyakan hal yang tidak relevant seperti itu."
balas Kayana yang sudah mengernyitkan kedua alisnya.
"Apa maksudmu tidak relevant."
"tentu saja hal itu ada hubungannya dengan Naira, bukan?!"

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang