(Session 2) Page 6: The Reason (3)

140 15 0
                                    

Nairas's POV

Beberapa menit setelah Anne dan Derrick pergi meninggalkan kamarku.

Tuan Radja akhirnya bersedia melepaskan pelukannya dariku setelah aku memohon padanya.

"Tapi saya masih ingin memeluk anda ... apa tidak boleh?"
"Apa pelukan saya membuat anda merasa tidak nyaman?"
Tanya tuan Radja dengan polosnya.
matanya seolah sudah berpose seperti puppy yang akan ditinggal majikan.

Benar ... sebenarnya saya ingin bilang kalau pelukan anda sangat tidak baik bagi kesehatan jantung saya. Kataku dalam hati yang masih berusaha mengumpat malu dengan bagaimana kedua lengan lencir tuan Radja melilit tubuh kecil Naira.

Walaupun masih terlihat enggan,
sosok tampan itupun akhirnya mau melepaskanku.
"Tapi, saya nanti bolehkan menggenggam tangan Nona selama Nona tidur?"
Katanya lagi dengan puppy eyes.

DO You KNOW WHAT Tuan Radja??
Jangankan sentuhan anda, wajah ganteng anda itu sudah bisa bikin jantung saya nggak sehat.

Umpatku dalam hati.
"Kenapa anda ingin sekali menyentuh saya?"
Tanyaku dengan kalimat yang seharusnya hanya ingin kusampaikan di dalam kepala.

"Karena anda rasanya sangat lezat!!"
Jawabnya dengan senyum lebar penuh percaya diri yang langsung membuat bulu kudukku meremang dan wajahku memanas sampai mendidih dibuatnya.

Walaupun aku sedikit banyak mengerti akan maksudnya,
tetap saja konotasi kalimatnya sangat memalukan. keluhku.

Aku melangkah mendekat ke pintu kamar,
Kulihat bagaimana Anne dan Derrick terkejut saat mengetahui aku kembali muncul dari dalam kamar.
Setelah menjelaskan pada mereka bahwa aku menggunakan sihir untuk bersembunyi.
Tiba-tiba saja Anne memelukku dengan ekspresi yang sudah ingin menangis.
Derrick juga terlihat seolah menahan airmata.

Araaa~

sepertinya perihal mereka yang membayangkan tidak bisa bertemu dengan sosok Naira masih berefek.

Aku hanya mampu menepu-nepuk punggung Anne dengan senyum garing sambil memeluknya.
Mencoba menenangkan mereka berdua dan meyakinkan mereka bahwa aku tidak akan menghilang ataupun pergi meninggalkan mereka.

Kembali ke kamar.

"Maksud Tuan Radja?"
Tanyaku yang terkejut dengan penjelasannya mengenai Araya.

"Seperti yang sudah saya informasikan pada anda,"
"hari ini pun gadis itu kembali di kunjungi oleh kepala sekolah yang juga membawa sosok misterius berjubah hitam."
Katanya lagi padaku yang sudah duduk bersama Kyuven di tempat tidur.

"Sesaat setelah anak misterius itu muncul,"
"dia akan mengeluarkan sihir yang memblokir pendengaran dan pengelihatanku,"
"seolah-oleh dia mengetahui bahwa ada yang pasti akan memata-matai mereka seperti itu."
Ujarnya panjang lebar sebelum mengeluarkan sebuah batu kristal dari telapak tangannya.

Seperti sebuah proyektor.
gambaran point of viewnya tuan Radja terlihat di sana.
Nona Araya yang sedang terbaring dengan balutan perban dikepala.
Sosok kepala sekolah yang sekali lagi membawa anak misterius berjubah hitam disampingnya.

Dan zap,

seperti halnya yang pernah terjadi sebelumnya.
sesaat setelah si anak misterius itu menatap keluar jendela, apa yang dilihat tuan Radja selanjutnya adalah jendela ruang tabib akademi berwarna putih.
seolah ada sihir yang telah memblokirnya.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang