Page 13: The Innocent Villain part five

918 106 8
                                    

Reynald's POV

Siang itu, setelah kami menikmati makan siang. Sepertinya seluruh keluarga Archduke Van Vellzhein ingin ikut dalam perbincangan Putri tunggal mereka. Rasanya seolah-olah mereka sudah tidak ingin berlama-lama membiarkan anak mereka dimonopoli oleh orang lain.

Khususnya Arvhein dan Roland. Kedua kakak lelaki Naira yang mengidap siscon parah. Jelas sekali terlihat dengan bagaimana kedua pria yang seumuran denganku itu, sekarang tengah mengapit adik perempuannya seperti sandwich. Seolah-olah memberitahukan pada semua mahluk di sekelilingnya bahwa Naira adalah milik mereka.

Bisa kulihat pula bagaimana kesalnya Richardo yang sedari tadi terpaksa harus duduk di sebelahku dan menyaksikan Naira sedang dimanja oleh para kakak lelakinya.

"Jadi, kalian sudah menjadi teman dekat?" tanya Roland yang masih menempeli adik perempuannya seperti perangko.

"Bukan cuma sekedar teman dekat, kak. Aku dan Pangeran Richardo sudah jadi sahabat, sahabat dekat." Jelasnya dengan wajah sumringah.

Senyum lebarnya cukup mampu membuat siapapun yang melihatnya merasa gemas ingin memeluknya. Well, sebagai orang yang selalu di kelilingi oleh hal-hal yang cantik. Entah kenapa aku merasa kalau, kecantikan Naira sangat berbeda. Walaupun pertemuanku sebelumnya dengan gadis itu tidak terlalu berkesan.

Aku ingat bagaimana gadis kecil itu mengekori Richardo kemanapun dia pergi seperti anak itik. Aku yang memang tidak ingin mencampuri urusan pribadi saudara sepupuku sama sekali tidak akan menyangka, kalau saat ini aku berada di sini untuk menemuinya.

Dengan tujuan dimana aku ingin mendapatkan seluruh perhatian dan perasaannya demi kepentingan pribadiku. Gadis itu seperti rare item yang akan menjadi rebutan seluruh kekaisaran Aiwond, jika rahasia mengenai level kekuatan yang ia miliki terdengar sampai ke luar Faireniyan.

Faireniyan sudah memiliki Penyihir Kegelapan dengan rank SSS di menara hitam istana Iztanha. Jadi, bukankah akan adil kalau Naira mejadi penyihir milik Ceylon. Tapi, entah kenapa kalau membayangkan Naira akan menjadi Penyihir Ceylon, aku tidak begitu menyukai hal tersebut.

Tidak bisakah Naira menjadi milikku seorang saja? Penyihir pribadiku ... gumamku yang tanpa kusadari, semenjak tadi tatapan mataku terfokus pada Naira seorang saja. Hingga suara Pangeran Ricky menyeretku kembali tersadar.

"Walaupun kau menatap Naira sampai seperti itu. Bukan berarti dia akan langsung berpaling padamu." Ungkapnya berbisik lembut.

... Aku terdiam sejenak. Hingga kemudian, kalimat yang terucap dari bibirku keluar tanpa terpikir dua kali. "Jadi, Nona Naira ... akan menjadi suatu kehormatan bagi saya, jika Nona Naira bersedia menjadi calon tunangan dari Putra Mahkota Kaisar Negara Ceylon."

.

.

.

"EHHHH?????"

Siapapun pemilik telinga di ruangan ini sama sekali tidak bisa menutup rasa keterkejutan yang mereka dapatkan, setelah dengan jelas mendengar bagaimana aku seolah melamar Naira di hadapan seluruh keluarganya. Naira hanya termangu bengong dengan kedua pipinya yang bersemu merah.

Sangat menggemaskan. Pikirku yang masih menyunggingkan senyum ke arahnya. Tanpa memperdulikan bagaimana seluruh keluarganya merespon ucapanku. "Apakah lamaran saya terlalu berlebihan, Archduke?" tanyaku yang langsung mengarahkan pandangan kepada Ayahanda Naira, Tuan Archduke Rakha Van Vellzhein.

Tampaknya Tuan Archduke masih belum bisa menghilangkan rasa terkejutnya. Ekspresinya yang bercampur jadi satu itu, antara tidak terima, bingung dan entah apalagi. Aku hanya mampu mengendus lucu dalam hati. Tidak menyangka kalau penyakit bernama virus Naira ini memiliki efek yang sangat besar.

My Precious Lady VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang