TMA! 38

7.8K 936 45
                                    

Hujan gerimis turun, membuat jalan setapak di kaki gunung menjadi basah. Seorang anak kecil berlari naik dengan bayi yang menangis di dekapannya.

"Iya Oris, tenanglah ... Sebentar lagi kita akan bertemu ibu---"

Langkah kecil milik anak yang tak lain adalah Arcy itu terhenti saat mata hitamnya menangkap sosok pria yang sedang menggali tanah, tak jauh dari laki-laki itu, tergeletak seorang wanita dengan kepala yang berlumur darah.

"... Ibu?" gumam Arcy dengan mata yang membesar.

Mendengar suara tangisan yang semakin menjadi dari bayi yang di dekap Arcy membuat lelaki yang sedang menggali tanah itu menghentikan cangkulannya, ia menoleh Arcy dengan tatapan tajam selama beberapa saat sebelum akhirnya seringai aneh muncul di wajahnya.

"Arcy?" panggilnya. Perlahan Arcy memundurkan langkah seiring dengan keluarnya laki-laki dari dalam lubang dangkal yang digalinya, "mau kemana? jalan licin, jangan mundur." Air mata jatuh dari mata sebelah kanan Arcy, pandangannya terus mengarah pada wanita yang terbaring di atas tanah.

"... Ibu," gumam Arcy, "Ibu!" jeritnya kemudian.

"Percuma saja, ibumu sudah mati, Arcy. Kami bertengkar karena ibumu menuduh ayah selingkuh pada temannya, dia itu sudah gila. Jadi, kau dan Oris tunggulah dirumah, ayah akan bereskan ini lalu pulang."

Arcy tak menjawab, tangan kecilnya yang menggendong bayi Oris bergetar, "monster ... Ayah monster!"

Seringai perlahan hilang dari wajah pria tinggi seiring berakhirnya kalimat Arcy, wajah pria bernama Darel itu berubah datar, mata abu-abunya berubah dingin, "apa katamu, Arcy?"

"Ayah monster!" ulang Arcy tanpa ragu.

Dengan cepat Darel mendekat lalu memukul wajah Arcy hingga tubuh kecilnya terpental, Oris terlepas dari dekapannya, tangisan Oris semakin keras, "kau tidak pantas mengatakan hal seperti itu padaku, Arcy. Aku ayahmu ..." Darel mengambil Oris yang terjatuh di tanah, mengendongnya dengan lembut.

"Ayah tahu kalau kau dan Oris masih sangat memerlukan sosok seorang ibu, jadi, secepatnya ayah akan cari penggantinya." Senyuman kembali menghiasi wajah Darel, "kalau kau tak setuju, kau boleh pergi, silakan besar sendiri."

TMA!

Arcy membuka mata saat ia merasa ada yang menepuk-nepuk pundaknya. Sosok wajah pria tua asing yang bersinar oleh lampu perahu yang Arcy tumpangi menyambut wajahnya.

"Maaf membangunkanmu, tapi kita sudah sampai di pelabuhan, aku harus kembali untuk mencari penumpang lain," ucap pria tua itu ramah, Arcy bangkit dari posisi tidurnya, ia menatap langit yang sudah memerah selama beberapa saat sebelum akhirnya berdiri, "sudah mau malam tapi kau masih ingin mencari penumpang?" tanya Arcy.

Pria tua di depannya tersenyum kecil, "ya, sebenarnya ongkos sewa perahu yang aku dapat darimu saja sudah cukup, tapi tak lama lagi anak laki-lakiku akan menikah, jadi aku harus bekerja dua kali lipat untuk itu ..."

Arcy terdiam saat mendengar jawaban pria tua tersebut, tiba-tiba saja wajah Lily memenuhi kepalanya.

"Apa kau benar-benar akan menikahiku?"

Arcy menghela nafas pelan saat mengingat kalimat terakhir yang ia dengar dari Lily, Arcy menundukkan tubuhnya, membuka salah satu tas yang ia bawa untuk mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam sana, "ini ambillah, harganya cukup mahal jika kau jual," Arcy menyodorkan kotak tersebut ke arah pria di depannya.

"Apa ini?" tanya pria itu seraya menerimanya.

"Sepasang cincin, sebelumnya aku juga berencana menikah ..." Arcy kembali menghela nafas, namun kini dengan dalam, "tapi, aku tidak bisa." Lanjut Arcy pada kalimatnya.

"Kenapa tidak bisa?"

Arcy tersenyum pahit, pria di depannya menatap dengan lekat, "karena aku tidak pantas ..." Jawab Arcy, ia kembali menunduk untuk menjangkau tali tas miliknya, "bisa tolong bawakan ini?"

Pria di depan Arcy tak merespons, ia terdiam selama beberapa saat sebelum membuka mulutnya, "tampaknya, kau sudah terbiasa hidup dalam kebohongan, anak muda ..." Ucap pria itu dengan seulas senyum, ia kembali menyodorkan kotak berisi cincin yang ia dapat dari Arcy, "aku tidak tahu apa yang terjadi di kisah cintamu, tapi matamu dengan jelas memberitahuku kalau wanita itu sangat penting untukmu. Namun secara egois, kau mencoba menolaknya, ambil kembali ini, jangan membodohi dirimu sendiri. Dan kalau tujuanmu kemari untuk melarikan diri, maka kau akan menyesalinya ..."

TMA!

Sinar lentera yang baru dinyalakan Kei membuat ruangan yang ditempati Lily menjadi terang. Kei bergerak mendekati sosok Lily yang duduk dengan diam di atas ranjangnya.

”... Apa perkataan mereka benar, Kei? apa Arcy benar-benar pergi?" tanya Lily pelan.

Untuk sesaat, Lily tak langsung menjawab, ia menurunkan alisnya tak enak, "mungkin dia---"

"Jangan coba menghiburku, Kei, katakan saja ... Apa Arcy benar-benar pergi?"

Kei bungkam, tak menjawab pertanyaan yang Lily lontarkan padanya, suara langkah kaki terdengar mendekat. Thomas dan Luke masuk ke dalam ruangan yang ditempati Lily.

"Aku rasa begitu ... Kami sudah mengecek rumahnya, dia membawa Oris yang itu berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat," jawab Thomas pada pertanyaan Lily.

"Oris?" bingung Lily.

"Oris adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki Arcy, dua tahun lalu ia mati dan Arcy mengawetkan tubuhnya ... Kalian juga tahu soal itu, siapa kalian sebenarnya?" Kei menatap Thomas dan Luke secara bergantian.

"Kami berasal dari desa yang sama dan kami berteman dengan Arcy sejak kecil. Jadi---"

"Sejak kecil?" potong Kei.

"Ya ..." Luke menjawab.

"Kalau begitu, apa kalian tahu kalau kedua orang Arcy dibunuh pada tahun 1998?" Kei kembali mengajukan.

"Tentu saja, ayah Arcy dan ibu tirinya dibunuh karena Arcy yang melapor pada warga ..." Thomas langsung menjawab, jawaban itu berhasil membuat Kei mengerutkan dahi, "Arcy? kenapa dia melaporkan kedua orangtuanya?"

Thomas mengidikkan bahu, "entahlah, Arcy tidak pernah cerita tentang orangtuanya pada kami, dulu kami juga masih kecil jadi siapa yang peduli ... Tapi kerap sekali wajah Arcy lebam, dan aku rasa itu perbuatan orangtuanya, jadi kemungkinan Arcy kesal soal itu."

"Tapi, artikel yang aku temukan di internet mengatakan kalau ayah dan ibu Arcy dipenggal dan dibakar karena ketahuan memasak daging manusia?" Kei berekspresi heran.

"Memang benar ... Dulu desa kami sedang mengalami krisis yang cukup parah. Tak ada perahu yang menghubungkan desa kami ke Kota, perampokan rumah, pencurian hewan-hewan ternak marak terjadi. Sampai puncaknya, Tylor menghilang selama tiga hari, dan pada hari keempat, jasadnya yang tersisa setengah badan ditemukan warga ditepian sungai, pada hari itu juga Arcy mengatakan pada warga kalau ayahnya lah yang sudah membunuh dan memasak daging Tylor untuk makan malam," jelas Thomas.

"Dan, sejak hari itu pula, Arcy dan Oris tidak pernah terlihat lagi sampai kami kembali bertemu di Kota lima tahun yang lalu ..." Luke menambahkan.

Kei tak menjawab, sedangkan Lily hanya mendengar tanpa berkomentar, meski sedang berada ditengah-tengah obrolan Kei, Thomas dan Luke, tampaknya pikiran gadis itu sedang berada di tempat lain.

"Kalau begitu, apakah ada kemungkinan kalau Arcy pulang ke rumahnya di Simul pago?"

THAT MAN ARCY!
To be continue ...

THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang