Prolog

72.4K 4.2K 145
                                    

Note : untuk yang sudah kenal sosok Arcylic lewat cerita I SAW THE DEVIL, harap di perhatikan kalau cerita THAT MAN ARCY! ini tidak berhubungan dengan karakternya di I SAW THE DEVIL. Ini supaya pembaca yang tidak sempat membaca ISTD dapat membaca THAT MAN ARCY! karenakan I SAW THE DEVIL akan di terbitkan, jadi saya tidak ingin membuat para pembaca baru kebingungan.

TMA!

Juli, 2015.

Debu di jalan berpasir berterbangan kala sebuah truk besar melintas, di sepanjang jalan hanya ditumbuhi rumput ilalang yang jarang, suasana gersang semakin kuat kala matahari bersinar terik.

Di dalam bak truk besar tersebut, terdapat seorang gadis yang tengah menangis, kedua tangannya di borgol kuat, matanya tertutup kain yang sudah kotor, dress yang melekat di tubuhnya hampir di penuhi darah kering secara keseluruhan. Gadis itu terbaring sambil memeluk kedua lututnya sendiri, ia berada di antara mayat-mayat wanita yang sebelumnya sempat ia ajak bicara sampai akhirnya malam mengerikan itu terjadi.

Lily namanya, gadis itu tidak akan lupa bagaimana cara teman-temannya di bunuh. Jangan tanya kenapa dirinya tidak melarikan diri, gadis itu sudah mencoba, sudah belasan kali dan berakhir tertangkap.

Laju truk memelan, terdengar suara pintu depan di buka lalu kembali di tutup dengan keras, pembicaraan dengan bahasa asing mengalun sayup di telinga Lily, ia menelan ludah saat bak truk di buka. Bahasa asing kembali terdengar, yang tak lama kemudian berganti dengan suara tawa. Suara yang tak sepantasnya terdengar kala melihat puluhan mayat di dalam bak truk tersebut.

Untuk sesaat, keadaan berubah senyap. Suara mesin mobil terdengar menjauh, sedangkan deruman mesin truk yang di tempati Lily di matikan. Gadis itu dapat merasakan kalau mayat-mayat yang berada di dekatnya di tarik keluar.

"Morietur..."

Kata itulah yang terus di dengar Lily saat satu persatu mayat di tarik keluar, dan kini, sampai pada gilirannya. Keadaan kembali senyap, wajah Lily dapat merasakan angin panas yang berhembus sesekali padanya.

"...aku tahu kau masih hidup." Suara berat yang di hantar angin ke telinga Lily itu berhasil membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Besi bak truk berdecit, Lily menggeser tubuhnya ke belakang saat mendengar suara langkah kaki mendekati kepalanya.

"Tidak... Tidak, aku mohon jangan bunuh aku. Jangan bunuh aku, aku mohon." Suara Lily terdengar kering juga gemetar.

Pria yang berdiri di dekatnya itu terdiam, berselang beberapa detik ia berjongkok, membelai anak rambut hitam Lily yang berjatuhan menutupi wajah kotornya, "...bibirmu kering, berapa lama kau tidak minum?" pertanyaan yang di ucapkan laki-laki yang tidak Lily ketahui bagaimana rupanya itu mengalun tenang.

"Aku punya air, tapi di rumahku..." Lanjut pria itu, "kau mau ikut?"

Keadaan kembali senyap, Lily tak menjawab, pria yang beberapa saat lalu membelai rambutnya pun tak lagi bersuara.

"Orang-orang yang membawamu ke sini sebentar lagi akan kembali, mungkin mereka akan bawakan air, tunggu saja..." Pria yang sebelumnya berjongkok itu kembali berdiri, "aku pergi dulu, senang bertemu denganmu." Lanjutnya hendak melangkah pergi, namun langkah pria itu tertahan setelah mendengar perkataan Lily.

"Tolong selamatkan aku..." Ucap Lily memelas pada pria yang ia tidak tahu siapa.

Hening, tak ada respon dari pria tersebut, "mereka akan membunuhku, mereka membunuh semua orang yang ada di dalam truk ini, dan jika kau tidak membawaku pergi dari sini, maka mereka juga akan membunuhku... Tolong aku tuan, aku mohon."

Keadaan kembali hening, hanya helaan nafas yang terdengar dari pria tersebut setelah beberapa menit pertanyaan Lily mengudara, ia kembali berjongkok, dengan senyap tangannya bergerak untuk membuka kain lusuh yang di tutupkan pada kedua mata Lily.

"...kau yakin, ingin di selamatkan olehku?"

Lily tak menjawab, gadis itu mencoba menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke matanya, selama beberapa detik, Lily terus memusatkan pandangannya pada pria yang berjongkok di depannya, penglihatan gadis itu sangat kabur, hingga akhirnya ia terpaku pada sosok pria yang berada tepat di depan matanya.

Mata abu dengan rambut senada yang di sisir ke belakang itu seolah menyihir mata Lily.

Selama hidup, baru kali ini ia melihat laki-laki dengan sorot mata yang tak bisa di tebak seperti pria di hadapannya sekarang, "kau dengar?" pria itu kembali mengajukan pertanyaan.

"...ya," Lily membasahi bibirnya, "ya, tolong selamatkan aku."

"Yakin?"

Lily mengangguk antusias, "yakin, a,aku tidak ingin di bunuh oleh mereka..."

Meski terlihat samar, pria itu tersenyum, "baiklah... Kalau begitu, ayo pergi."

THAT MAN ARCY!
To be continue...

Hi, i'm back...
Maaf sebelumnya karena plin-plan, publish satu cerita terus di unpublish, gitu terus aku :"

Maafin ya guys, maafin...
Itu karena aku yang salah milih bahan cerita, ujung-ujungnya malah otak ga jalan :"

Tapi, untuk yang satu ini, semoga aja enggak, TMA! bakal update tiap hari guys, mohon bantuannya ya <3

Bighug, AuthorID.

THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang